Mohon tunggu...
Endang Sriwahyuli Simanjuntak
Endang Sriwahyuli Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - @mbokne_segara

Guru di SMPN 6 Yogyakarta dan SMPN 3 Yogyakarta, Penulis Buku Tanah Brahmana. Seorang ibu untuk Ocean dan Sky, pecinta teratai, kamboja dan hujan. Penikmat candi, jalan sunyi dan pedesaan. Sampai bertemu di IG @mbokne_segara

Selanjutnya

Tutup

Trip

Candi Ijo: Mahkota Perbukitan Selatan Prambanan

17 Juli 2024   08:54 Diperbarui: 17 Juli 2024   09:12 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Ijo adalah candi dengan lokasi tertinggi di Yogyakarta. Candi ini juga memiliki Lingga Yoni terbesar yang pernah ditemukan. Terdiri dari 11 teras dengan mengusung konsep punden berundak yang dibangun pada batuan padas Batur Agung di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo Prambanan.

Candi Induk di Candi Ijo berada pada teras ke-11, begitu juga dengan ketiga perwaranya. Pada teras ke-10 tidak terdapat bangunan candi. Pada teras ke-9 terdapat satu batur atau mandapa berumpak 24 buah, pada teras ke-8 terdapat tiga buah candi, empat buah batur dan temuan dua buah prasasti yang menghadap ke timur. Pada teras ke-7 dan ke-6 tidak terdapat bangunan candi. Pada teras ke-5 ada satu Candi dan dua buah batur. Pada teras ke-4 terdapat satu candi, teras ke-3 dan ke-2 tidak ada candi lalu teras ke-1 ada satu candi.

Kesemuaan struktur di sana ada yang sudah berhasil dipugar dan ada yang masih berupa reruntuhan. Tapak yang terpilih untuk Candi Ijo adalah batuan padas yang berada pada ketinggian 395,481 meter di atas permukaan air laut dan Candi Ijo adalah candi dengan lokasi tertinggi di daerah Yogyakarta.

Di lereng Candi Ijo juga pernah ditemukan arca Narasimha dan arca Wisnutriwikrama yang menjadi satu-satunya yang pernah ditemukan di Indonesia. Arca Narasimha yang ditemukan di Candi Ijo, merupakan arca langka, bahkan satu-satunya jenis arca penjelmaan (avatara) Dewa Wisnu yang ditemukan di Yogyakarta. 

Arca ini menggambarkan figur manusia berkepala singa (Narasimha) dalam posisi menghimpit dan membelah dada musuh di pangkuannya. Dan tempat arca itu ditemukan tidak berada persis di komplek Candi Ijo, namun berada pada satu bukit kecil di barat laut Candi Ijo dan sebagian besar pengunjung Candi Ijo tidak mengetahuinya. Tempat penemuan itu lebih dikenal sebagai Sumur Bandung. 

Pada penggalian yang dilakukan di sumuran candi induk, ditemukan lembaran  emas bertulis, cincin emas, batu merjan, dan sejenis biji-bijian. Lembaran emas bertulis tersebut berhasil dibaca oleh Y.G. de Casparis berbunyi "Pandu Rangga Bhasmaja".

Berdasarkan pencarian saya terhadap kata Panduranga, ia dikenal juga sebagai Vithoba atau Vithala. Dewa Hindu yang sebagian besar disembah di negara bagian Maharashtra dan Karnataka di India. Dia umumnya dianggap sebagai manifestasi dari dewa Wisnu, atau avatarnya Krishna. Vithoba sering digambarkan sebagai anak laki-laki berkulit gelap, berdiri dengan tangan akimbo di atas batu bata, terkadang ditemani oleh pendampingnya Rakhumai.

Relate ya dengan penemuan Arca Wisnu Triwikrama di lereng barat laut Candi Ijo (Sumur Bandung) 


Teras berundak adalah struktur tata ruang atau bangunan berupa trap yang mengarah pada satu titik sebagai pusatnya. Struktur seperti ini sering ditemukan pada mandala pemujaan periode pra Hindu-Buddha.

Struktur berundak seperti pada Candi Ijo biasa disebut sebagai Pepunden dalam bahasa Jawa. Yang dimaknai sebagai objek pemujaan. Konsepnya mirip dengan Kabuyutan pada masyarakat Sunda.

Saya pernah mendengar cerita bahwa di Jawa Barat ada sebutan "Unur" untuk setiap tanah yang membukit. Nah, mungkin ini adalah bentuk sederhana dari Kabuyutan atau Pepunden yang meniru bentuk dari mandala pemujaan pada masa pra Hindu- Buddha dalam hal ini masyarakat Austronesia.

Sampai saat ini reruntuhan di setiap teras Candi Ijo masih dalam pengerjaan. Beberapa sedang dalam tahap susun coba dan pengumpulan temuan-temuan lainnya. Di antaranya, arca, antefik, ratna, lumpang, panel berisi flora dan fauna. Semoga anak cucu kita kelak dapat menikmati hasil dari penyusunan kembali Candi Ijo. Rahayu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun