Mohon tunggu...
Endang Sriwahyuli Simanjuntak
Endang Sriwahyuli Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - @mbokne_segara

Guru di SMPN 6 Yogyakarta dan SMPN 3 Yogyakarta, Penulis Buku Tanah Brahmana. Seorang ibu untuk Ocean dan Sky, pecinta teratai, kamboja dan hujan. Penikmat candi, jalan sunyi dan pedesaan. Sampai bertemu di IG @mbokne_segara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pudarnya Manis Gula di Tanah Merdeka

16 April 2024   10:56 Diperbarui: 16 April 2024   11:38 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menandai awal dari perjuangan panjang menuju kemerdekaan seutuhnya dari penjajahan. Namun, setelah kemerdekaan tersebut, Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan politik dan ekonomi yang mempengaruhi perkembangan negara. Salah satu momen krusial dalam sejarah Indonesia adalah periode antara tahun 1957 hingga 1960, di mana perubahan politik yang signifikan memengaruhi kebijakan ekonomi pemerintah.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Salah satu kebijakan ekonomi yang paling mencolok adalah nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, termasuk perkebunan dan pabrik gula, yang sebelumnya dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda. Di antara perusahaan yang terkena dampak nasionalisasi adalah Pabrik Gula Gondang Winangun, yang terletak di wilayah Klaten, Jawa Tengah. Pabrik ini, didirikan pada tahun 1860 oleh NV Klatensche Cultuur Maatschapij, awalnya dikelola oleh NV Mirandolle Vaut dan Co.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi


Sebelum nasionalisasi, PG Gondang Winangun merupakan salah satu dari 180 pabrik gula aktif di Pulau Jawa. Namun, setelah tahun 1968, pabrik ini berganti nama menjadi Pabrik Gula Gondang Baru sebagai bagian dari transformasi ekonomi yang sedang berlangsung. Sebagai bagian dari proses nasionalisasi, pemerintah Indonesia mengambil alih kepemilikan perusahaan-perusahaan tersebut, yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi struktur kepemilikan, tetapi juga manajemen dan tenaga kerja di pabrik. Sebelum nasionalisasi, pabrik ini dipimpin oleh seorang Administratur, yang dibantu oleh staf pegawai mayoritas berasal dari orang-orang Belanda atau Indo Belanda. Setelah nasionalisasi, banyak tenaga ahli Belanda meninggalkan Indonesia, menyebabkan kekurangan keahlian di pabrik tersebut.

Perkembangan ekonomi PG Gondang Winangun selaras dengan permintaan dan kapasitas produksi gula di pasar dunia, terutama selama masa keemasan gula di Jawa antara tahun 1889 hingga 1929. Namun, setelah nasionalisasi, pabrik menghadapi berbagai tantangan baru. Produksi gula dan luas lahan tebu mengalami pasang surut karena masalah seperti kurangnya tenaga ahli, peralatan tua, dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

Meskipun mengalami kesulitan, Pabrik Gula Gondang Winangun berhasil bertahan melalui usaha keras dan persiapan yang matang. Dengan adanya kerja sama dengan beberapa perusahaan yang bersedia menanamkan modal, pabrik ini berhasil bangkit dan mengubah namanya menjadi Pabrik Gula Gondang Baru.

Perubahan ekonomi pasca-nasionalisasi tidak hanya terjadi di PG Gondang Winangun, tetapi juga di perusahaan-perusahaan lain yang mengalami nasionalisasi. Meskipun mengalami tantangan dan perubahan, nasionalisasi ini menunjukkan upaya pemerintah Indonesia untuk mengambil alih kontrol atas ekonomi negara dan memperjuangkan kedaulatan ekonomi. Dengan demikian, perubahan ekonomi pasca-nasionalisasi merupakan bagian integral dari perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan yang seutuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun