Kemarin adalah Jumat Agung. Disebut sebagai Good Friday oleh sebagian besar umat di dunia karena, it is good for only one reason. Hari itu 2000 tahun yang lalu, mari kembali melihat ke belakang saat peristiwa di kayu salib, merenungkan kembali semua yang Yesus hadapi di Golgota.
Diujung kengerian akibat desakan massa yang tak terkendali, dengan luka di sekujur tubuh dan menyaksikan orang-orang yang mengasihinya menangis putus asa. Ia mengucapkan tujuh kalimat di atas kayu salib, sebelum Ia memilih untuk berserah. Ia mendemonstrasikan sisi manusiaNya dan berserah pada momen final dalam hidupNya sebagai manusia, sekaligus menunjukkan bagaimana seharusnya seorang manusia menerima takdirnya.
Pertama
Lukas 23:34 (TB) Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Kedua
Lukas 23:43 (TB) Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Ketiga
Yohanes 19:26-27 (TB) Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Keempat
Matius 27:46 (TB) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Kelima
Yohanes 19:28 (TB) Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci —: "Aku haus!"
Keenam
Yohanes 19:30 (TB) Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Ketujuh
Lukas 23:46 (TB) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Detik-detik terakhir masa hidupnya adalah gambaran betapa tubuh manusia tak mampu menerima rasa sakit. Dalam kelemahan yang berujung pada kematian Yesus mungkin ada satu titik dimana iman pada murid-muris seolah runtuh dan berganti dengan rasa takut tak terkira. Bagaimana tidak, Ia yang mereka anggap sebagai manusia super itu pergi meninggalkan mereka dengan cara dan hukuman yang sangat hina. Di masa lalu orang yang mati di atas kayu salib dianggap sebagai orang yang terkena kutukan.
Namun kata Shalom yang mereka dengar di subuh itu adalah salam ya menggemparkan sekaligus menggetarkan. Mengapa engkau mencari yang hidup di antara yang mati? Demikian pertanyaan itu sampai di telinga mereka. Ya, mereka lupa bahwa kematian itu adalah awal kehidupan dan kekalahan itu adalah awal dari kemenangan. Sungguh, Ia hidup. Selamat Paskah😊🙏
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H