Mohon tunggu...
Endang saefulloh
Endang saefulloh Mohon Tunggu... Guru - Bahagia dan sehat selalu

Belajar mensyukuri yang ada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maraknya Bullying dan Hilangnya Pendidikan Akhlaq

6 Oktober 2021   03:01 Diperbarui: 6 Oktober 2021   04:49 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seiring pesatnya globalisasi, ditandai derasnya arus informasi,  pendidikan akhlaq seringkali  dilupakan  saat ini. Peristiwa seorang anak bernama,  Renggo, suatu hari berjalan tergesa-gesa tidak sengaja menyenggol makanan ringan seharga Rp 1.000,- (seribu rupiah) yang dibawa kakak kelasnya hingga terjatuh. Renggo telah meminta maaf dan mengganti makanan ringan tersebut. Namun  pelaku Y (kakak kelasnya) tidak bisa menerima kesalahan renggo kakak kelas itu tega  menganiaya Renggo  dengan gagang sapu. [Beritajakarta]. 

Akhir-akhir ini perliku bullying  marak terjadi, di sekolah, di kampus hingga di tempat kerja. Kasus bullying atau perundungan di sekolah masih menjadi catatan hitam dunia pendidikan yang sulit dihapus. Berita mengenai korban perundungan setiap tahun selalu muncul di pemberitaan nasional juga internasional. Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka korban bullying di sekolah.

Banyak seminar dan pembekalan yang diberikan, tetapi angka perundungan masih tetap ada. Mengetahui dan memahami faktor pemicu perundungan, bisa menjadi langkah awal untuk mencegah kasus bullying di sekolah.  Beberapa tanda seorang  siswa menjadi korban bullying diantaranya : 1. Enggan pergi ke sekolah 2. Sering mengeluh sakit perut, dan sakit kepala apalagi saat menjelang berangkat sekolah. 3. Sering cemas dan pucat sesudah melihat HP. 4. Malas berteman, cenderung menyendiri. 5. Sering ada bekas luka di tubuh siswa 6. Sulit tidur di malam hari karena gugup dan cemas. 7. Menurunnya prestasi akademik.

Dilansir dari Kompas.com,  Kebanyakan  pelaku bullying di sekolah memiliki masalah dalam keluarga mereka. Ketidakharmonisan di rumah, membuat anak kurang mendapat  perhatian dan kasih sayang orang tua. Renggangnya komunikasi antara orang tua dan anak menjadi sebab lemahnya  kontrol orang tua terhadap perilaku buah hati mereka.

Bahkan perilaku  bullying  saat ini  tidak hanya terjadi di sekolah, termasuk di tempat kerja.  Seharusnya  tempat kerja menjadi rumah kedua, yang terjadi malah  seperti "neraka kecil" karena mereka mengalami perundungan dari rekan-rekan kerja.

Penelitian  Gunawan, Prihanto, & Yuwanto (2009) mengenai kekerasan di tempat kerja (workplace bullying) terhadap 123 orang pekerja di Surabaya, diperoleh data bahwa 49% responden menjadi saksi mata terjadinya bullying di tempat kerja dan mengalami beberapa efek, diantaranya :

Pertama, efek psikologis seperti  rasa marah, terluka, sedih, kecewa, kehilangan rasa percaya diri, marah pada diri sendiri, merasa terisolasi, frustrasi di tempat kerja, dan mengalami ketakutan menghadapi orang lain.

Kedua,  efek perilaku seperti sikap defensif, hilangnya komitmen kerja, dan dorongan berhenti pekerjaan.

Bullying didefinisikan sebagai " Perilaku bermusuhan dan komunikasi yang tidak etis, yang diarahkan secara sistematis oleh satu atau beberapa individu terhadap satu individu lainnya. Bullying atau aksi pembulian dapat diartikan juga sebagai perundungan. Sebuah perilaku agresif dan kekerasan. Baik kekerasan secara fisik maupun secara psikis yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah, yang dengan sengaja bertujuan mendominasi, menyakiti, menyingkirkan, dan melukai korban secara berkelanjutan dan berulang-ulang, sebagai penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan secara sistematis" (Rigby, 1994; Olweus, 2005; Black & Jackson, 2007).

Ada beberapa perundungan yang kerap terjadi, Diantaranya : Mulut kotor,  ucapan atau kata-kata kotor kepada rekan kerja, dengan maksud menghina, ataupun disebabkan kesalahan kerja. Kritik tajam,   mencari kesalahan, ketimbang melihat usaha dari rekan kerja atau anak buah. Iri atau kecemburuan,   persaingan tidak sehat, saling menjatuhkan prestasi karena kecemburuan. Saling sikut, dan menjegal rekan kerja demi mempromosikan diri sendiri. Bercanda di luar batas, mengolok-olok atau menjadikan rekan kerja  sebagai bahan becanda agar  ditertawakan.

Maraknya perilaku  bullying ini, merupakan tanda hilangnya nilai-nilai akhlak di kalangan masyarakat kita saat ini. Pendidikan diharapkan tidak hanya mengutamakan aspek kognitif, juga aspek  akhlaqul karimah (perilaku yang mulia). Bahkan, di Jepang pelajaran tentang etika dan moral lebih diutamakan dari pada ilmu pengetahuan (kognitif).

Umumnya orang tua  ketika bertemu dengan anak pertanyaan pertama   kepada anak adalah, "Sudahkah  kamu bisa menghitung,  apakah  kamu sudah  hapal ini ?,", (Pertanyaan yang mengarah pada pengetahuan yang bersifat kognitif). Namun, sangat jarang   kita bertanya kepada anak  :" Bagaimana mana kamu  menghormati orang tua, guru, hormat kepada yang lebih tua   menyayangi sesama ?" pertanyaan yang mengarah etika dan moral.  

Manusia tanpa akhlaq mulia tak ubahnya hewan bisa saling memangsa satu sama lain, saling musuhi dan saling jatuhkan menjadi hal biasa. Maraknya perilaku  bullying diantara siswa bahkan diantara rekan kerja, telah menciptakan keresahan di tengah kehidupan kita. Demikian, tanpa akhlaq mulia tidak ada ketenangan, ketentraman dan welas asih diantara sesama.

Disinilah  pentingnya pendidikan akhlaq sejak dini bagi anak-anak dan generasi masa kini. Mereka  adalah amanah dari Alloh SWT.  Jika akhlaq baik ditanamkan sejak dini akan tumbuh generasi yang mampu memberi manfaat bagi diri dan sesamanya.  Sebuah pepatah mengatakan :"Kalau kita belum bisa memberi sedekah dengan harta,  berilah sedekah dengan ucapan yang baik (positif)".

Dengan  akhlaq mulia, diharapkan akan tercipta ketenangan, ketentraman di  tengah masyarakat. Itulah tujuan baginda Rosululloh Saw diutus ke muka bumi, yakni  menyempurnakan akhlaq mulia,  yang  merupakan bekal  utama bagi generasi dan anak-anak bangsa.  Sebaliknya akhlaq buruk menyebabkan masa depan generasi menjadi buruk.

Bagi seorang muslim, akhlak mulia merupakan perhiasan terindah di dunia. Perhiasan yang kelak akan selalu dikenang sepanjang masa. Perhiasan yang menjadikan pemiliknya mulia di hadapan manusia dan  sang pencipta.  Dengan akhlak mulia, pribadi seseorang akan terlihat indah. Setiap orang yang melihatnya kagum dengan keindahan akhlaknya. Bahkan, akhlak mulia menjadi bukti kemuliaan seorang muslim.

Menghiasi diri dengan akhlak berarti mempertegas jati diri  sebagai manusia. Akhlak  akan membedakan derajat manusia dari  hewan. Dengan akhlak mulia akan  tercipta tatanan  hidup yang tidak dimiliki hewan. Tanpa  akhlak manusia menuju pada derajat paling rendah dan hina. Tanpa akhlak, manusia bisa melakukan perbuatan semaunya dan seenaknya, tak peduli menyakiti sesamanya. Allah SWT berfirman, ''Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna. Kemudian Kami kembalikan manusia kepada derajat yang paling rendah.'' (QS Al-Tin : 5-6).

Dalam kehidupan bermasyarakat, akhlak menjadi kunci kelangsungan hidup. Kehidupan  bermasyarakat akan punya nilai  manakala di dalamnya ditanamkan akhlak mulia. Sebaliknya, tanpa akhlaq maka keretakan dan  keresahan di tengah kehidupan masyarkat  tinggal menunggu waktu.  Masyarakat tanpa akhlak tak ubahnya  hewan yang hidup di hutan belantara,  di mana pengaruh dan kekuasaan diraih dengan cara menindas yang lemah, bukan atas integritas akhlak.

Keberhasilan baginda Nabi Muhammad SAW berdakwah tidak  hanya bertumpu  pada  keluhuran ajaran Islam, melainkan  karena kemuliaan akhlak, keluhuran budi pekerti yang dipraktikkan dalam setiap langkah hidupannya.

Akhlaq yang baik merupakan buah dari keimanan yang baik. Keimanan dapat   menciptakan "keamanan", maka pendidikan pertama yang seharusnya ditanamkan kepada generasi muda saat ini adalah pendidikan keimanan. 

Seseorang belum dikatakan sempurna imannya kalau ia tidak memiliki akhlak yang baik. Ada orang yang mengaku dirinya beriman, banyak beribadah, rajin puasa namun ia sering menyakiti orang lain, mengecewakan kedua orang tua, sombong kepada sesama dan perbuatan buruk lainnya. Maka keimanannya belum  dikatakan sempurna.  Sebagaimana dijalaskan dalam sebuah hadits : "Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya"  (HR. Tirmidzi)

Ternyata ada hubungan antara keimanan dan keamanan, dalam kata lain, keimanan akan  melahirkan keamanan. Rosululloh saw bersabda :  "Tidaklah seseorang  berzina dalam keadaan beriman, tidaklah seseorang itu mabuk kalau dia beriman, dan tidaklah ia mencuri dalam keadaan beriman" (HR. Bukhori dan muslim).

Hadits diatas menyiratkan, hubungan antara keimanan dan keamanan lingkungan. Orang beriman dengan  dorongan imanya akan berusaha mengawasi diri sendiri (control diri) serta memimpin diri. Ia menyadari setiap diri hakikatnya pemimpin, yang akan dipertanggung jawabkan terhadap apa yang dipimpinnya. Maka ia harus mampu memimpin seluruh tubuhnya, yakni,  hati, mata, telinga, tangan, kaki, mulut untuk  senantiasa digunakan dijalan yang Alloh ridhoi.

Ia menyadari, Alloh Swt maha melihat, maha mendengar dan maha tahu apa pun yang kita perbuat,  bersembunyi maupun terang-terangan. Alloh swt maha mengetahui  diamanapun berada. Sehigga  ia  merasa malu untuk berfikir, berucap, dan melakukan perbuatan yang tidak berguna, tidak ada manfaat terlebih perbuatan dan  ucapan yang menyakiti sesamanya. Karena dorongan iman inilah seseorang tergerak untuk mendirikan ( membangun)  sholat, dan dengan sholat  diharpakan  tercegah  perbuatan keji dan munkar.   Sehingga orang yang sudah baik sholatnya, tidak akan mau membullying sesamanya.

Alloh Swt berfirman : " Sesungguhnya sholat itu dapat  mencegah dari perbuatan keji dan kemunkaran"   (QS.Al-Ankabut :29:45). Semoga Alloh Swt senantiasa membimbing kita menuju jalan yang lurus. Amiin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun