Jika sebuah produk investasi menjanjikan keuntungan tetap misalnya 10% per bulan, artinya 120% dalam setahun. Dalam banyak kasus yang saya baca bahkan ada yang mencapai sekitar 30% per bulan. Wow! Jika keuntungan saja sedemikian besar, tidak terbayangkan besarnya omset usahanya.
Padahal omzet ini masih harus dikurangi beban operasional. Laba usaha di perusahaan pun ada yang dibagi kepada investor, namun ada bagian laba yang ditahan untuk operasional.
Selain itu, kita perlu lihat juga operasional perusahaan. Usaha sebesar apa yang mampu menghasilkan laba dan omzet sebesar itu. Kita dapat membandingkannya dengan perusahaan-perusahaan besar yang ada. Setelah itu kembali kita dapat menanyakan, apakah keuntungan 10% per bulan masuk akal?
3. Waktu
Pengembalian investasi yang relatif sangat cepat merupakan hal yang patut diwaspadai. Sebuah usaha umumnya dibangun tidak serta merta menjadi besar dalam hitungan hari atau bulan.
Dalam banyak kisah sukses para pengusaha, rata-rata mereka baru menikmati keuntungan di tahun kedua atau bahkan setelahnya. Pada awal usaha, mereka pasti berharap laba.
Namun jika merugi, mereka berharap tidak banyak, bahkan mencapai impas adalah hal baik. Sehingga jika ada tawaran investasi yang menjanjikan pengembalian modal dalam hitungan hari atau bulan, bukankah kita perlu curiga?
Dalam banyak kasus investasi bodong, mereka menggunakan skema Ponzi, sehingga pengembalian modal yang cepat dan besar diperoleh dari perputaran dana dari investor lain. Semacam gali lobang tutup lobang.
Crazy rich tidak terjadi secara crazy! Menjadi makmur membutuhkan proses, perilaku dan mindset yang benar. Jika kita tidak mau memilih masuk akal dalam berinvestasi dan kemudian mengalami penipuan, kita bukan mendadak bodong lho, tapi “sengaja” bodong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H