Pengangguran memang selalu menjadi persoalan yang menyelimuti pembangunan saat ini. Pengangguran sering didefinisikan sebagai orang yang ingin bekerja namun tidak memperoleh pekerjaan. Â Di Indonesia sendiri angka pengangguran telah mencapai puluhan juta orang. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta orang per Agustus 2023 atau setara dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,32 persen dari total 147,71 angkatan kerja. Seperti yang kita ketahui, pengangguran merupakan suatu masalah yang mendesak, dilihat dari dampaknya pun kita dapat mengetahui pengangguran merupakan persoalan berbahaya dan memiliki risiko yang tinggi dalam tatanan kehidupan sosial.
Meskipun Indonesia kaya akan sumber daya manusia, jumlahnya yang melimpah tidak menjamin keberadaan individu yang kompeten di antara mereka. Satu diantara faktor utama yang berperan pada tingginya tingkat pengangguran adalah kurangnya skill atau keterampilan seseorang di antara komunitas kerja. Padahal keterampilan yang relevan sangat berpengaruh dalam dunia kerja di masa kini. Mengapa begitu? Keterampilan yang relevan dapat meningkatkan prospek karir sehingga membuat seseorang memiliki peluang untuk bekerja di berbagi industri dan sektor.
Tenaga kerja memiliki pengaruh penting dalam memajukan pembangunan nasional, tetapi di Indonesia kualitas tenaga kerja masih dianggap rendah oleh negara lain. Â Pada dasarnya pendidikan merupakan fondasi pertama pengetahuan yang penting, namun skill-lah yang dapat berperan menuntut pengalaman dalam menerapkan pengetahun tersebut dalam lingungan kerja. Seseorang dengan title sarjana mungkin memiliki pemahaman yang teoritis di bidangnya, namun jika mereka kurang memiliki keterampilan seperti komunikasi, pemecahan masalah, kepemimpinan dan keterampilan yang mumpuni lainnya, mereka akan kesulitan untuk survive dalam pekerjaan mereka.
Teman teman, sebenarnya apa sih yang menjadikan banyak individu kekurangan keterampilan yang relevan untuk pasar kerja? Mari kita kulik beberapa faktor penyebab:
1. Kurangnya akses pelatihan
Kendala finansial, geografis bahkan sosial dapat menghambat kemampuan individu untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
2. Motivasi atau kesadaran
Kurangnya motivasi atau kesadaran tentang pentingnya pengembangan keterampilan kerja dapat menjadi penghalang bagi individu untuk bergerak dalam meningkatkan ketersmpilan mereka. Dukungan dari lingkungan dan pemahaman yang kurang tentang peluang karir dapat mempengaruhi motivasi untuk mengembangkan ketermpilan mereka.
3. Kurangnya pengalaman
Kesempatan dalam mendapatkan pengalaman kerja yang kurang dapat membuat individu kurang siap untuk masuk ke pasar kerja.
Berbicara masalah pengangguran, artinya kita tak semata berbicara mengenai problem individual saja, problem sosial ekonomi juga turut berperan. Seseorang yang menganggur tentunya tidak menghasilkan barang dan jasa artinya akan semakin bertambah banyak pengangguran maka PDB (Produk Domestik Bruto) menurun. Penurunan PDB mengakibatkan menurunnya pendapatan perkapita. Setiap orang pastinya ingin kebutuhan pokoknya terpenuhi agar bisa bertahan hidup. Dengan begitu, orang yang tidak bekerja mungkin dapat melakukan segala upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sekalipun dengan melakukan tindakan kriminal. Ditinjau dari segi mental, pengangguran menyebabkan rusaknya kepercayaan diri hingga menimbulkan depresi.
Tingginya angka pengangguran akibat kurangnya keterampilan kerja menjadi sebuah tantangan tantangan serius. Dengan puluhan juta orang menganggur, risiko terhadap stabilitas sosial dan penurunan kualitas hidup masyarakat menjadi sangat real. Meskipun Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berlimpah, kurangnya keterampilan yang relevan dalam pasar dalam target pasar kerja sangat memperburuk situasi ini. Timbulnya dampak dari pengangguran menjadi kewajiban pemerintah dan masyarakat untuk segera mengatasi tingkat pengangguran yang terjadi.
Penguatan program pelatihan keterampilan menjadi kunci utama dalam menangani masalah pengangguran akibat kurangnya keterampilan kerja di Indonesia. Pemerintah perlu memastikan bahwa program-program tersebut tidak hanya mudah diakses oleh berbagai lapisan masyarakat, tetapi juga relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang. Di samping itu, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan keterampilan kerja melalui kampanye penyuluhan menjadi langkah penting dalam mengubah paradigma dan meningkatkan motivasi untuk mengikuti pelatihan. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan juga diperlukan untuk memastikan bahwa keterampilan yang diajarkan sesuai dengan tuntutan industri. Program magang dan kerja sama dengan perusahaan dapat memberikan pengalaman kerja yang berharga dan membuka peluang kerja bagi peserta pelatihan. Selain itu, dukungan finansial seperti beasiswa atau bantuan keuangan akan membantu mengatasi hambatan finansial yang sering kali menghalangi akses pelatihan. Dengan implementasi langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat mengatasi tantangan pengangguran dan membangun masyarakat yang lebih produktif dan berdaya saing di era globalisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H