Mohon tunggu...
Wanita Penikmat Rindu
Wanita Penikmat Rindu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya orang biasa

About life, friends, and love

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Mengingat Mu

26 April 2022   15:28 Diperbarui: 26 April 2022   15:37 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Trimakasih sudah meninggalkanku berjalan sendirian, membiarkanku dengan rasa kesepian. Kepergianmu banyak meninggalkan luka dan sedikit kenangan, sehingga mengobatinya saja aku bingung harus bagaimana. Kepergianmu mungkin akan membuatku menjadi wanita tangguh, tetapi apakah aku akan membenci diri ini setelah kepergianmu ? pertanyaan itu pasti akan membuatmu bingung bagaimana menjawabnya, atau mungkin saja kamu mulai memberikanku ceramah yang menginspirasi.

Kau meninggalkanku dengan cara yang menyedihkan, dengan pelukan dan dengan kecupan. Dirimu hilang tidak berkabar, sebelumnya alasanmu hanya tidak ingin aku selalu mengingatmu. Tidak ada lagi suaramu terdengar ditelingaku, dan tidak ada lagi senyuman yang bisa kutatap dengan lekat.

Aku tidak begitu kuat untuk menahan semua ini, tetapi waktu terus mengujiku, dan mengajariku bahwa mengikhlaskanmu memang berat, namun itu yang menjadikanku semakin kuat.

Sesekali aku membuka pikiranku untuk mengenangmu kembali, sesaat juga aku pasti tersenyum tipis, mengingat hal yang pernah kita lakukan, dan tidak kusangkal aku akan mulai menangisi kenangan itu, bodoh bukan ?.

Sedikit membosankan jika aku harus menceritakan dirimu didepan teman-temanku, padahal nyatanya kamu hanyalah sebuah kenangan yang tidak mungkin kugapai kembali menjadi hal yang nyata untuk kujadikan pemeran dicerita hidupku.

Keinginan itu ada tetapi itu mustahil, mengingat kita hanya sebuah perkenalan yang tidak sengaja dan memberatkan satu pihak saja. Aku tidak menyalahkan apapun atau siapapun diantara kita, hanya saja aku merasa terombang ambing oleh keadaan saat ini.

Ada banyak hal yang ingin kubagi denganmu, namun aku menahannya karena aku tidak ingin lukanya semakin lama untuk sembuh. Aku sering bertanya sendiri, apa kamu merasakan hal yang sama denganku ? uhmm seperti sedih mungkin atau menangis hampir setiap malam. Ahh.. sudahlah mungkin kamu berpikir aku terlalu melebihkan segalanya bukan ? aku mulai berbicara sendiri diatas kasurku, mempertanyakan sesuatu yang jawabannya aku sendiri yang menjawabnya. Tenang saja, aku belum gila karenamu, untungnya ada obat tidur yang aku minum untuk mengurangi beban pikiran yang tidak ada habisnya.

Sesekali aku lepas kendali, kenangan kemarin liar menari dipiranku. Melamun menjadi kegemaranku, entahlah semuanya berbeda sejak hari itu. Aku mulai menutup diri kembali, jauh dari hiruk pikuk yang mengganggu ketenanganku. Yang aku mau hanya ketenangan dan itu tidak berakhir baik. Aku berpikir bagaimana aku bisa menenangkan diri yang ada didalam tubuh ini.

Saat bersamamu, ketenangan itu ada, dan kita selalu larut dengan malam yang dingin dan berubah menjadi hangat karena obrolan yang tidak begitu penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun