Mohon tunggu...
Endah Wahyunni
Endah Wahyunni Mohon Tunggu...

Jangan pernah larang saya untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adikku Korban Bullying, Hal Biasa?

18 Februari 2016   15:05 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:51 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya teteh (bahasa sunda) kalau mau lanjut melapor, mau menyelesaikan lagi lebih jauh dengan anak anak ini silahkan. Tapi ya diluar sekolah. Sekolah sudah mendamaikan dengan musyawarah. Kalau mau lapor polisi silahkan, toh nanti adik teteh yang RUGI. Nanti dia harus sering bolos untuk pemeriksaan dll" ujar guru tersebut. Pelaku pun bukannya merasa bersalah atau setidaknya beretika. Tapi malah nyengir dan menatap saya dengan sinis. Entahlah apa yang ada difikiran anak SMA jaman sekarang.

Guru tersebut menambahkan lagi "TOH KALAU ANAK ANAK INI KELUAR KAMI NGGAK RUGI. YANG BUTUH KAN SEKOLAH TUH KAN ANAK, BAHKAN ADA YANG SAMPE MOHON MOHON BUAT SEKOLAH ANAKNYA. MALAH KAMI KEBANYAKAN MURID TUH. YANG NGANTRI MASUK SEKOLAH SINI BANYAK". Entah apa maksud ucapan guru tersebut. Tapi apa pantas seorang guru berkata hal seperti itu di depan anak murid dan walinya? Apa pantas yang seperti itu saya sebut guru? Saya rasa tidak.

Saya tetap bersikeras meminta jaminan pihak sekolah untuk meyakinkan saya dan keluarga bahwa adik saya aman selama bersekolah disana kedepannya. Namun jawaban dari guru tersebut hanyalah "Saya itu punya 1800 anak, bukan cuman adik teteh doang yang saya awasi".

"Toh disini hal hal kaya gini itu bukan sekali dua kali. Saya udah sering nanganin hal kaya gini. Namanya juga ANAK-ANAK, salah paham dikit lah"....... apa bangga ya sekolah punya anak murid yang bermasalah?

Di mata sekolah, masalah ini sudah selesai. Karna pihak pelaku sudah diberi surat peringatan dan skorsing. Di mata sekolah pun tidak ada yang benar dan yang salah tapi sekolah minta baik pelaku dan adik saya harus sama sama interopeksi. Lah, interopeksi apanya? Masa kita harus mengubah gaya jalan gaya kita yang padahal faktanya tidak mengganggu orang lain.

Tapi kedepannya siapa yang menjamin pelaku tidak berbuat hal yang sama? Apa saya dan keluarga harus menunggu kejadian ini terlulang lagi baru sekolah menindak? Sedangkan setelah saya pulang ke rumah. Adik saya bilang bahwa teman temannya bilang jika bermasalah dengan para pelaku ini akan "bahaya". Entahlah bahaya apa yang anak anak ini maksud.

Saya minta pendapat saja dari netizen, solusi yang baik apa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun