Kekhawatiran akan ketidak pedulian generasi milenial pada cagar budaya nampaknya pupus sudah. Hal ini terbukti dari ratusan penulis muda yang bertutur tentang Aku dan Purbakala. Mengisahkan pengalamannya berkunjung dan bercengkerama dengan benda-benda cagar budaya, juga menyuarakan pendapat tentang kepurbakalaan di Indonesia.
Sehingga bisa diketahui sejauh mana pemahaman dan aspirasi generasi milenial tentang cagar budaya (kepurbakalaan) di negeri tercinta ini. Hal ini menjadi penting karena sebagai pewaris kepemimpinan di masa mendatang, maka lestari atau punahnya cagar budaya Indonesia sangat tergantung pada kepedulian mereka.
Tak hanya itu, Toponimi (asal usul nama daerah) juga menjadi satu topik yang tak kalah menarik. Dengan penuh rasa ingin tahu, para milenial menggali kisah apa di balik nama daerah masing-masing.
Tidak hanya berdasarkan acuan literatur, tapi mereka juga mewawancarai para sesepuh yang diharapkan dapat memberi informasi baik berupa cerita rakyat, mitos dan sebagainya. Pemahaman akan asal usul nama daerah tempat tinggal merupakan hal mendasar yang berpengaruh penting dalam proses pembentukan  jati diri dan penguatan karakter bangsa.
Penulisan Aku dan Purbakala serta Toponimi merupakan salah satu lomba yang diselenggarakan dalam rangkaian kegiatan Hari Purbakala ke-105. Dalam hal ini, Komunitas LUAR KOTAK, yang berkiprah di bidang pengembangan kebudayaan kreatif, didukung oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (Dit. PCBM) serta Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), mengajak generasi milenial, baik  umum, pelajar maupun mahasiswa yang berusia 15-24 tahun, untuk menulis tentang cagar budaya dan toponimi daerah di Indonesia.
Melalui jejaring sosial media, seperti Instagram, Facebook, Line dan Whatsap sebagai media pilihan utama, yang sesuai dengan gaya anak muda saat ini, maka proses merekrut dan amplifikasi lomba dapat berjalan dengan baik. Hingga penutupan lomba, tercatat  1.177 pendaftar  dari berbagai penjuru daerah di Indonesia. Selanjutnya, setelah melewati dua tahap penjurian maka terpilih 5 pemenang dalam setiap kategori, yaitu:
Lomba menulis Aku dan Purbakala
Juara 1. Aisya Auliya Sudrajat (Ucap Bohong Dirinya Sendiri)
Juara 2. Rosmedia Tiurmaida Hasugian (Waruga : Riwayatmu Kini)
Juara 3. Rizky Clarinta Putri (Kongkow Asik di Candi Terluas Se Asia Tenggara)
Favorit 1. M. Satrio (Purbakala Cermin Pengingat)
Favorit 2. Reza Ramadhan (Karakter "warisan" purbakala)
Lomba menulis Toponimi
Juara 1. M Yusril Mirza (Toponimi Kecamatan Patebon: Sebagai Bekas Lahan Tebu dan Sisa Kejayaan Industri Gula di Kabupaten Kendal pada Masa Kolonial)
Juara 2. M. Masrudin Firdiyansyah (Studi Komparatif Toponimi Kabupaten Gresik)
Juara 3. Khaolil Mudlaafar (Toponimi Desa Tuyuhan: Tinjauan Folklor dalam Kajian Arkeologi Sejarah -Historical Archaeology)
Favorit 1 M. Ikhsan Zulkarnain (Bekasi Kota Bulan Hingga Kota Patriot)
Favorit 2. Eko Prasetyo (Toponimi Desa Rejo Kidal)
Pemberian penghargaan kepada para pemenang dilakukan oleh Dirjen Kebudayaan Dr. Hilmar Farid, Direktur PCBM Drs. Fitra Arda, M.Hum., Ketua Umum IAAI Dr. Wiwin Djuwita Ramelan dan Pembina Komunitas Luar Kotak Andre Donas, SS.
Bersamaan dengan acara Seminar Arkeologi Nasional, dengan topik Adaptasi Bangunan Cagar Budaya dan launching Buku Warisan Budaya Maritim Nusantara. Bertempat di Kemendikbud Senayan, Jakarta. Pada hari Sabtu tanggal 20 Oktober 2018.
Semoga minat generasi milenial ini tidak berhenti hanya di sini saja, tapi tetap berlanjut dan berkembang. Sehingga kecintaan dan kepedulian  mereka terhadap sejarah dan kepurbakalaan dapat menjadi tonggak pelestarian cagar budaya Indonesia.
Salam Arkeologi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H