Sekolah Tak Seindah Bayangan
Pukul 10.00 WIB jadwal sekolah selesai. Saat saya menjemput, ternyata anak saya tidak terlihat gembira seperti saat berangkat. Saya yang penasaran pun bertanya tentang pengalamannya sekolah tatap muka pertama kali.Â
Ternyata dia menjawab bahwa dia tidak senang di sekolah. Bosen, panas, sumuk, nggak boleh main, nggak boleh jajan, cuma boleh duduk-duduk, itulah keluhan yang disampaikan oleh anak saya.
Memang di masa transisi dan masih dalam rangka kewaspadaan terhadap penyebaran virus covid-19, banyak prosedur yang harus dijalankan.Â
Di antaranya jam belajar yang dibatasi hanya 2 jam, kantin sekolah belum boleh buka, pelajaran-pelajaran yang memerlukan aktivitas fisik belum boleh dilaksanakan, masih harus memperhatikan prokes dengan ketat seperti cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan cek suhu badan saat hadir dan pulang sekolah, pakai masker, serta wajib menjaga jarak.
Perlunya Penyesuaian Kebiasaan Baru
Mendengar keluhan belajar di sekolah dari anak saya, cukup dapat saya maklumi. Anak saya tipe yang suka aktivitas fisik dan tidak terlalu suka jika hanya harus duduk-duduk saja di kelas.Â
Apalagi, jika mengingat kebiasaan yang sudah terbentuk selama satu tahun bersekolah di rumah. Anak terbiasa belajar dengan baju rumahan yang lebih bebas dan nyaman, sekolah anak saya tidak mewajibkan anak berseragam saat pembelajaran jarak jauh.Â
Selain itu, belajar di rumah tentu lebih nyaman karena tidak banyak aturan seperti di sekolah. Anak mau makan dan minum juga bebas tentunya.
Kalau sudah seperti ini, rasanya masih banyak yang harus dipersiapkan untuk anak bisa nyaman dan bahagia belajar tatap muka di sekolah.Â
Bukan hanya masalah ada tidaknya pandemi, namun secara psikologis juga harus disiapkan untuk anak mengikuti sekolah formal dengan kondisi yang jauh berbeda dengan sekolah jarak jauh tentunya.Â