Mohon tunggu...
Endah Tri Rachmani
Endah Tri Rachmani Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dengan 3 anak yang juga bekerja sebagai guru.

Menulis untuk berbagi kisah tentang cerita-cerita kehidupan di lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pola Asuh Orang Tua Menentukan Karakter Anak

31 Agustus 2021   04:20 Diperbarui: 31 Agustus 2021   05:46 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga dengan 6 anak. Anak pertama laki-laki, berkarakter tegas, pantang menyerah, kuat pendirian, mandiri. Secara ekonomi paling mapan dibanding saudara-saudaranya. Anak kedua perempuan, hampir mirip dengan sifat anak pertama, hanya saja cenderung paling suka mengatur di antara saudara-saudaranya. Secara ekonomi juga sukses. Anak ketiga laki-laki, keempat perempuan memiliki karakter yang kurang lebih sama, santai, tenang, tidak suka konflik, cenderung jadi penengah di dalam keluarga. Secara ekonomi cukup mapan, namun tidak lebih dari anak pertama dan kedua. Anak kelima laki-laki, dan anak terakhir perempuan dengan karakter santai, semaunya sendiri, tidak punya target. Secara ekonomi sangat bergantung pada orang tua, bahkan setelah menikah masih menjadi beban orang tuanya.

Si Bungsu Kenapa Begitu?

Perbedaan karakter anak-anak tersebut ternyata karena perbedaan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga. Anak-anak yang lahir terlebih dahulu, apalagi anak pertama, terbiasa dididik dalam suasana orang tua yang masih labil secara ekonomi sehingga mereka terbiasa dididik dengan keras, harus hidup prihatin, tidak banyak diberi fasilitas, dan didoktin dengan beragam aturan yang diharapkan bisa membuat mereka menjadi anak baik untuk menjadi contoh bagi adik-adiknya.

Semakin ke bawah, tingkat ekonomi yang semakin membaik membuat orang tua tidak lagi telalu keras dalam mendidik. Anak-anak terbiasa mendapatkan fasilitas yang nyaman dan dengan mudah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua juga tidak lagi sering mendoktrin anak dengan berbagai tututan karena tidak lagi tertekan secara ekonomi, bahkan ada kecenderungan pembiaran dan berusaha untuk selalu menyenangkan anak bungsu.

Anak-anak yang terlahir belakangan terbiasa hidup nyaman dari kecil bahkan cenderung dimanjakan dengan limpahan materi dan berbagai fasilitas yang disediakan oleh orang tuanya.

Menyenangkan dan memang ada rasa kebanggaan tersendiri saat sebagai orang tua mampu mencukupi semua kebutuhan dan menyediakan fasilitas yang memudahkan bagi anak. Namun, saat pola asuh yang baik dengan penanaman tanggung jawab tidak dilakukan dengan baik, ternyata hal itu menjadi bumerang bagi orang tua karena pada akhirnya justru membuat anak-anak tumbuh tanpa arah yang jelas. Mereka terbiasa bergantung pada orang tua, bahkan hingga sudah berumahtangga belum bisa mandiri dan lepas dari orang tua.

Mari bijak mendidik anak. Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun