Tembang Lir-ilir adalah salah satu tembang Jawa yang popular di kalangan masyarakat dan sampai hari ini masih sering dinyanyikan, termasuk oleh saya. Sebagai ibu yang punya anak batita, saya sering menyanyikan lagu yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga ini saat menidurkan anak. Berikut nasihat yang terkandung dalam syair lagu Lir ilir yang pernah dikisahkan secara turun temurun dalam keluarga saya.
Syair Tembang Lir-ilir
Lir ilir lir ilir
(Bangunlah bangun)
Tandure wis sumilir
(Tanamannya sudah tumbuh subur)
Tak ijo royo-royo
(Terlihat hijau)
Tak sengguh penganten anyar
(Terlihat menyenangkan seperti pengantin baru)
Cah angon cah angon
(Anak gembala)
Penekna blimbing kuwi
(Panjatlah belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekna
(Walaupun licin tetap panjatlah)
Kanggo mbasuh dodot iro
(Untuk membersihkan pakaianmu)
Dodot iro dodot iro
(Pakaianmu itu)
Kumitir bedah ing pinggir
(Rusak sobek di pinggirnya)
Dondomana jlumatana
(Jahit dan rawatlah)
Kanggo seba mengko sore
(Untuk menghadap nanti sore)
Mumpung padang rembulane
(Selagi terang bulan)
Mumpung jembar kalangane
(Selagi terbuka kesempatan)
Yo surako ... o ... o ... o ...
(Mari bersorak)
Surak hiyo
(Sorak hiyo)
Makna Tembang Lir-ilir
Nasihat yang secara implisit terkandung dalam lagu lir ilir yaitu ajakan untuk umat Islam selalu menjalankan rukun iman yang berjumlah lima (diibaratkan dengan belimbing yang punya lima sisi) sebagai bekal kehidupan. Selagi masih bisa dan punya kesempatan, umat Islam diminta untuk selalu memperbaiki diri dan menjaga keimanan (diibaratkan dengan menjahit pakaian yang koyak) sebagai bekal untuk menghadap tuhan nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H