Mohon tunggu...
Endah Tri Rachmani
Endah Tri Rachmani Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dengan 3 anak yang juga bekerja sebagai guru.

Menulis untuk berbagi kisah tentang cerita-cerita kehidupan di lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Saya (Tak) Suka Kucing

6 Agustus 2021   22:29 Diperbarui: 6 Agustus 2021   22:49 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang, memelihara kucing merupakan hobby yang menyenangkan. Mereka bahkan menganggap kucing bukan lagi sebagai binatang peliharaan, namun sahabat. Kucing-kucing tersebut diajak kemana pun pemiliknya pergi, dan seringkali diajak ngobrol selayaknya teman curhat.

Namun, bagi saya kucing semanis apapun akan terlihat menyeramkan. Saat melihat kucing, tiba-tiba saja jantung akan memompa lebih cepat, bulu kuduk merinding, perasaan cemas menyerang, seiring dengan munculnya bayangan kucing tersebut yang melompat menyerang saya.

Perasaan takut saat berhadapan dengan kucing membuat saya tidak pernah akur dengan kucing. Biasanya, yang sering saya lakukan guna mengatasi rasa tidak nyaman tersebut adalah dengan mengusir kucing tersebut dari hadapan saya.

Perihal saya yang tidak bisa berteman dengan kucing ini berawal saat saya sekolah SD. Saat itu, saya yang sedang berada di rumah sendirian tiba-tiba mendengar suara kucing kecil yang mengeong. Karena penasaran, saya pun mencari arah sumber suara. 

Setelah mencari-cari sejenak, akhirnya arah suara pun ketemu. Di gudang padi dekat pintu belakang rumah, tepatnya. Karena merasa sudah pasti, saya pun menengok ke dalam gudang padi bermaksud memindahkan anak kucing tersebut.

Berbekal tekad yang kuat, saya menyiapkan kantong sebagai tempat anak-anak kucing tersebut. Namun, saat membuka pintu gudang, secara tiba-tiba muncul induk kucing yang langsung menghadang langkah saya. Kucing itu pun mengeram dan mendesis seperti ular sambil menyeringai menunjukkan gigi-giginya yang runcing. 

Entah memang demikian suara kucing yang sedang marah atau hanya perasaan saya saja. Namun yang jelas, sejak saat itu saya menjadi punya ketakutan sendiri saat berhadapan dengan kucing.

Dulu, saat masih kuliah, saya bahkan pernah membuat heboh satu kos karena berteriak-teriak tidak jelas setelah tidak sengaja menyentuh kucing. Waktu itu, saya berniat mengambil majalah, tapi terlihat bahwa majalah itu tertutup boneka kucing. 

Tanpa ragu saya memegang boneka itu untuk menyingkirkannya dari atas majalah. Namun ternyata, itu bukan boneka kucing tapi kucing betulan. Sontak saya menjerit histeris saat kucing di tangan saya menggeliat bangun.

Sekarang, berpuluh tahun sejak peristiwa di gudang padi, saya tetap merasa takut dengan kucing. Perasaan yang sama masih tetap saya rasakan jika menatap kucing berlama-lama. Bulu kuduk merinding, jantung berdetak cepat, dan muncul bayangan bahwa kucing itu tengah bersiap untuk menyerang saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun