Mohon tunggu...
Endah Tri Rachmani
Endah Tri Rachmani Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga dengan 3 anak yang juga bekerja sebagai guru.

Menulis untuk berbagi kisah tentang cerita-cerita kehidupan di lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Medsos dengan Nama Asli

6 Agustus 2021   08:05 Diperbarui: 6 Agustus 2021   08:13 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media Sosial/bradford-online.com

Sore tadi, suami saya pulang lebih petang dari biasanya. Saya pikir hal yang biasa saja karena beliau memang sering pulang melewati jam kerja. Namun, ada hal berbeda yang saya tangkap dari obrolan kami semalam tentang keterlambatannya pulang kemarin sore itu. Terselip kisah yang menurut saya bisa untuk pembelajaran bersama.

Ternyata, kemarin siang teman kantornya yang baru melakukan kunjungan lapangan telah kehilangan dompet. Dia tidak ingat kapan terakhir melihat, yang jelas saat kembali ke kantor dompet miliknya sudah tidak ada. Akhirnya, dia mengulang jalan yang tadi dilewati untuk mencari jejak dompet miliknya tersebut. Namun, tentu sesuai dugaan, dompetnya tidak ditemukan. Jadilah dia ke kantor polisi untuk membuat laporan kehilangan. Membayangkan saja rasanya pusing, karena terbayang berderet kantor layanan publik yang harus didatangi setelahnya untuk mengurus berbagai macam dokumen yang tersimpan di dalam dompet.

Saat sedang mampir lagi ke kantor setelah membuat laporan di kantor polisi, teman suami saya yang sedang galau ini ceritanya membuka media sosial miliknya untuk hiburan. Tiba-tiba, ada DM masuk ke pesan medsosnya. Saat dibuka, tiba-tiba saja teman suami saya tersebut berucap syukur sambil tersenyum lebar. Hilang sudah wajah kusut yang sebentar tadi sempat terlihat.

Ternyata, DM dalam medsosnya tersebut berasal dari orang yang menemukan dompetnya dan berniat mengembalikan. Jadi, setelah menemukan dompet dan melihat KTPnya, orang itu iseng memasukkan nama lengkap yang tertera dalam kartu identitas tersebut. Akun teman suami yang memang dituliskan identitas dengan nama lengkap tentu saja langsung terhubung. Dari kisah ini saya jadi melihat sisi positif dari penulisan nama lengkap di medsos.

Ada sisi baik penulisan media sosial yang kita punya menggunakan nama lengkap meski terkadang ribet karena nama lengkap yang terlalu panjang. Tapi kalau kita tengok lebih jauh lagi, fungsi utama medsos sebetulnya kan memang untuk ajang 'pamer' apa yang kita punya. Jadi, lebih afdol jika kita menggunakan nama lengkap agar teman-teman kita juga bisa tetap mengingat, terutama jika sudah lama tidak bertemu secara langsung. Selamat bermedia sosial. Salam....!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun