Suasana rumah kontrakan yang sepi tanpa penghuni ternyata bukanlah pemandangan yang diharapkan akan terjadi dalam waktu lama. Bagi saya pribadi, ada rasa berdebar dan ingin cepat berlalu saat lewat di depan rumah tersebut, khususnya di malam hari.Â
Suasana rumah yang gelap tanpa nyala lampu memberi kesan mistis yang memaksa saya melangkahkan kaki lebih cepat. Tapi, namanya saja rumah kontrakan, tentu akan berpenghuni jika ada yang mengontrak, jika tidak tentu saja rumah itu kosong. Hal ini ternyata berlangsung cukup lama. Hampir dua tahun rumah itu kosong tanpa penghuni. Sampai akhirnya rumah itu menemukan pengontrak yang baru.
Saat ini, rumah kontrakan di belakang rumah saya kembali sudah berpenghuni. Pegawai kontrak di sebuah lembaga pemerintah menyewa bersama-sama. Meski jumlah mereka banyak, namun, pengontrak kali ini lebih pendiam. Selama hampir enam bulan menghuni rumah kontrakan, saya tidak tahu pasti berapa jumlah penghuni rumah kontrakan tersebut.Â
Ya sudahlah, mungkin memang sudah zamannya individualisme merambah sampai ke kota kecil. Saat tetangga tak kenal dengan tetangganya dan berprinsip asal tidak mengganggu, maka mari kita hidup masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H