Mohon tunggu...
Endahparawangsa 273
Endahparawangsa 273 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya, maka dengan menulis izin aku mendekap banyak jiwa yang jauh dari pandang untuk memberi kebermanfaatan berbagi kasih sayang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

20 April 2022   06:40 Diperbarui: 20 April 2022   07:41 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggemar dunia peran Indonesia baru-baru ini dibuat senang dengan hadirnya kembali    seorang artis tampan yang sempat menghilang dari panggung hiburan karena menderita OCD (Obsessive Compulsive Disorder). 

Apasih OCD itu? Obsessive Compulsive Disorder atau biasa disebut OCD, adalah gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi pikiran (obsesif) dan perilaku (kompulsif) manusia. 

Kelainan ini mengganggu pikiran penderitanya dengan menghasilkan rasa gelisah, cemas, khawatir, takut, dan menuntut melakukan hal yang sama berulang kali. Perilaku ini akan terus dilakukan penderitanya hingga keinginan dari pikiran mereka terpenuhi. (Joseph:2021). 

Umumnya gangguan ini dialami oleh orang dewasa, namun tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada usia anak-anak atau remaja.(Nugraha:2021).

Lalu, apasih penyebabnya? Penyebab dari OCD ini belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa dugaan menyatakan bahwa penyebabnya adalah karena hadirnya masalah pengiriman informasi pada bagian otak yang satu dengan lainnya, dugaan lain menyatakan mungkin juga bisa disebabkan oleh masalah stress yang berat, genetika, serta kecelakaan psikologis masa lalu juga bisa memicu seseorang mengalami OCD.

Penderita obsessive compulsive disorder dapat memiliki gejala obsesif dan kompulsif, bahkan keduanya. (Yunita:2022). Gejala yang ditimbulkan dapat mengganggu hampir segala aspek kehidupan penderita OCD, baik itu pekerjaan, sekolah, hingga hubungan personal. Obsesif merupakan pikiran, dorongan, atau gambaran mental yang berulang-ulang sehingga menyebabkan kecemasan.

Gejala pada gangguan OCD dapat berupa takut kuman, takut melakukan kesalahan, takut dipermalukan atau berperilaku yang tidak diterima secara sosial, pikiran tabu atau larangan yang tidak diinginkan meliputi seks, agama, dan bahaya pikiran agresif tentang diri sendiri atau orang lain, memerlukan hal-hal simetris atau dalam urutan sempurna atau tepat pikiran ragu-ragu yang berlebihan dan keperluan untuk memastikan berulang-ulang. 

Selanjutnya, kompulsif adalah perilaku berulang penderita OCD karena merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif, gejala yang terjadi umumnya meliput mandi atau bersih-bersih atau mencuci tangan berlebihan dan berulang-ulang, menolak untuk berjabat tangan atau memegang pegangan pintu, mengurutkan dan menata barang dengan cara yang tepat dan khusus memeriksa sesuatu berulang-ulang, berhitung secara kompulsif, makan dengan urutan spesifik terjebak pada kata-kata, gambar atau pikiran yang biasanya mengganggu dan tidak akan hilang dan bahkan mengganggu ketika tidur mengulangi kata-kata atau kalimat atau doa tertentu perlu melakukan tugas dalam beberapa kali mengumpulkan atau menimbun barang tanpa nilai jelas. Bahkan, menurut wawancara pada sebuah media ia tidak dapat mengendalikan amarahnya.

Hal ini merupakan hal yang baru di Indonesia, orang hanya akan peduli bahwa seseorang mengalami masalah dalam kesehatan mental jika seseorang sudah divonis depresi oleh dokter hingga divonis orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). 

Kita patut memberikan banyak argumen terhadap berbagai sikap yang diberikan kepada orang yang mengalami masalah mental seperti OCD ini, menyedihkannya banyak orang acuh tak acuh dan menganggap sepele orang-orang yang memiliki gejala OCD. Bagaimanapun ketika mental seseorang sakit maka sama saja tubuhnya seluruhnya sedang sakit. 

Perilaku tak peduli ini sering di tunjukan di berbagai kalangan misalnya pada mahasiswa, mahasiswa yang satu mengejek mahasiswa lain yang memiliki sikap ulet, rajin dan teliti hingga memeriksa tugasnya berkali-kali, merapikan barang-barang di kost-nya dengan rapi dan tersusun sesuai warna hingga mengatakan lebai atau alai pada mahasiswa yang menangis atau khawatir cemas berlebihan menunjukkan rasa sedih atau stresnya karena banyak tugas. 

Padahal hal tersebut seharusnya mendapat apresiasi dan dukungan, sedangkan sikap yang ditunjukkan dapat memicu terjadinya stres hingga OCD. Sikap acuh tak acuh tersebut patut diberikan komentar dan tidak untuk dinormalisasikan, karena setiap jiwa adalah berharga dan menghargainya adalah tugas kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Joseph,N. (2021). 4 Gejala yang Dialami Penderita OCD. https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/gejala-ocd-obsesif-kompulsif/

Nugraha, J. (2021). OCD adalah Obsessive Compulsive Disorder, Ketahui Gejala dan Cara Mengatasinya.

https://m.merdeka.com/jateng/ocd-adalah-obsessive-compulsive-disorder-ketahui-gejala-dan-cara-mengatasinya-kln.html

Yunita, T.R. (2022). Penyakit OCD.

https://m.klikdokter.com/penyakit/ocd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun