Oleh : Endah Parawangsa
NIM 2109298
PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
 Pendidikan dikatakan sebagai senjata paling ampuh untuk mengubah dunia menurut Nelson Mandela. Jika ingin menjadi bangsa yang besar, maka warga negaranya haruslah warga negara yang terdidik. Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan wajib belajar selama sembilan tahun lalu dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, kebijakan tersebut di revisi menjadi 12 tahun.
Maknanya, mendapat pendidikan yang layak hingga ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat merupakan hak dari seluruh rakyat Indonesia.Â
Pemerintah bertanggungjawab untuk memberikan kesempatan terhadap berbagai kalangan termasuk dari kondisi ekonomi keluarga menengah ke bawah yang memiliki keterbatasan biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya sebagaimana yang tercantum dalam peraturan pemerintah  terkait aturan wajib belajar.Â
Namun, pada kenyataannya di usia bangsa Indonesia yang sudah menginjak usia 76 tahun ini cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 belum sepenuhnya tercapai dan masih memiliki banyak pekerjaan rumah (PR).Â
Belum sepenuhnya pemerataan pendidikan bahkan di pulau jawa daerah yang dekat dengan pusat pemerintahan misalnya untuk pendidikan di kampung Legok Pego yang terletak di kabupaten Bandung.
Taraf pendidikan di kampung Legok Pego desa Sukasari kecamatan Paseh kabupaten Bandung Jawa Barat masih jauh dari apa yang di harapkan, padahal tempat tersebut merupakan bagian dari daerah kabupaten Bandung dimana kabupaten Bandung adalah daerah yang dapat dikatakan ramai dan selalu berprogres, ternyata diujung bagian kabupaten Bandung masih ada kampung 3T, terdepan, terpencil dan tertinggal.
Secara geografis kampung Legok Pego ini merupakan daerah perbukitan dimana mayoritas penduduknya ber-mata pencaharian sebagai buruh tani dengan penghasilan rata-rata dua puluh lima ribu per-hari. Â
Akses jalan ke kampung tersebut sangatlah sulit dengan medan yang terjal dan bebatuan terlebih jika hujan akan terdapat banyak lumpur yang menyulitkan jika dilalui. Membutuhkan waktu lebih dari tiga puluh menit dari jalan raya menuju ke Legok Pego jika di tempuh dengan sepeda motor dimana sepanjang jalan hanyalah perkebunan.Â
Berdasarkan keterangan dari Desa yang disampaikan oleh Bapak Tigin sebagai bagian Kesejahteraan Rakyat ( KesRa ), akses jalan ke Legok Pego barulah akan di aspal Januari 2021 mendatang setelah bertahun-tahun di perjuangkan.Â
Menurut Pak Engkos selalu kepala sekolah SDN Legok Pego pada pembukaan Pengabdian Pada Masyarakat (PENDAM) 3.0 Hima PGSD Universitas Pendiidkan Indonesia Kampus Cibiru, keadaan ekonomi dan jarak tempuh yang jauh membuat anak-anak di kampung Legok Pego putus sekolah hanya sampai Sekolah Dasar (SD), selain itu beliau memaparkan bahwa dengan ongkos sebesar seratus ribu rupiah untuk sekolah menggunakan ojeg pulang pergi jelas masyarakat akan merasa berat hingga mayoritas anak-anak jika ditanya akan jadi apa dan kemana setelah sekolah SD mereka menjawab ke kebun atau menikah dan ini merupakan hal yang lumrah terjadi.
Hal ini menjadi hal yang miris dimana hak mendapat pendidikan selama dua belas tahun ternyata bukanlah hal yang sederhana dan mudah untuk diraih. Pak Engkos juga memaparkan bahwa kehadiran mahasiswa ke daerah 3T ini sejak lima tahun terakhir membawa harapan baru bagi kampung Lego Pego yang juga membesarkan hati tenaga pendidik, aparat setempat juga seluruh warga kampung Legok Pego.Â
Tercatat setelah lima tahun terakhir kedatangan mahasiswa dari berbagai kampus seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Islam Bandung (Unisba), Institut Pertanian Bogor (IPB) entah itu untuk kuliah kerja nyata (KKN), merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) atau pengabdian seperti PENDAM 3.0 tercatat sudah ada empat siswa SDN Legok Pego yang melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ini memang terkesan lambat dan bukan lonjakan yang besar, namun hadirnya mahasiswa turut membangun kampung Legok Pego di berbagai sektor kehidupan. Â
Melalui berbagai program yang diadakan misalnya di bidang kesehatan masyarakat jadi lebih termotivasi untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menggosok gigi, memakai sabun dan menggunakan pakaian yang bersih walaupun saat anak sekolah ke SD masih banyak sekali anak yang tidak mandi bahkan hanya untuk cuci muka terlebih air memangkah sulit di dapatkan di kampung Legok Pego.Â
Selain itu, masyarakat dapat melalukan cek kesehatan dasar gratis misalnya saat PENDAM 3.0 dilakukan cek kesehatan tensi, buta warna, berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala bagi yang mengalami hipertensi dilakukan tindakan lanjutan yaitu diantar ke puskesmas yang jaraknya cukuplah jauh.Â
Di bidang sosial mahasiswa menjadi penyambung lidah donatur untuk memberikan pakaian yang layak dan juga sembako dimana kehidupan sosial di Legok Pego kadang anak sekolah SD menggunakam seragam dan kadang juga tidak. Hal ini karena faktor ekonomi ataupun juga faktor lain.Â
Makanan yang sehat dan bergizi diharapkan memperbaiki gizi anak-anak terlebih lingkungan yang banyak sekali lalat tentu akan berpengaruh pada kesehatan meraka. Yang krusial di bidang pendidikan mahasiswa turut membasmi buta aksara, kini lebih banyak lagi anak yang dapat membaca dan menulis, mahasiswa juga menjadi tangan yang menyambungkan donatur dan masyarakat sehingga adanya bantuan meja belajar, alat tulis dan lain-lain hingga mampu terwujud adanya taman baca.Â
Dengan diakannya pentas seni dalam acara PENDAM 3.0 anak-anak yang terbilang sangat aktif dan sangat banyak jumlahnya di bekali kemampuan softskill seperti public speaking, anak-anak dikenalkan dengan menyanyi, menari, qosidah dan berbagai hal yang mampu menumbuhkan motivasi untuk terus semangat belajar.Â
Pada saat pembelajaran di SD, mahasiswa khususnya dari UPI Cibiru dalam program PENDAM 3.0 memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan berbagai media pembelajaran dan permainan edukatif. Ditengah hiruk piruk kota dan anak muda yang malas belajar, kini anak-anak di kampung Legok Pego memiliki cita-cita baru yang patut di dukung oleh berbagai pihak yaitu untuk melanjutkan sekolah ke SMP, SMA bahkan hingga ke perguruan tinggi.
Listrik sudah ada di kampung Legok Pego yang sangat dekat dengan Garut bahkan menurut keterangan dari pemerintah setempat mereka mendapat air dari selang-selang dari Garut. Â Hanya saja untuk jaringan internet sangatlah sulit, perlu berjalan beberapa kilometer turun ke bawah atau ke belakang SD untuk mendapat sinyal padahal dua tahun belakangan ini di kota kita sudah mengadakan pembelajaran dalam jaringan (Daring).Â
Hal ini tentu menghambat globalisasi dan kemajuan iptek di kampung ini, bahkan tidak sedikit anak-anak yang masih kesulitan dalam mengoperasikan telepon genggam. Kehadiran mahasiswa ini turut pula memperkenalkan teknologi sehingga diharapkan percepatan informasi dan teknologi terus berkembang disini.Â
Masyarakat yang memiliki semangat untuk perubahan, anak-anak yang aktif dan semangat untuk belajar dibalut kentalnya agama di bawah bimbingan bapak Ustadz Rusdianto di padukan dengan berbagai keilmuan yang mahasiswa bawa sebagai manifestasi dati tri dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat.Â
Juga mahasiswa yang menjalankan perannya yaitu agent of change, iron stock, guardian of value, moral force serta social control. Serta di dukung oleh pembangunan dan perhatian dari pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat.Â
Maka, pemerataan pendidikan sebagai janji dan tanggungjawab dari peraturan pemerintah lewat program wajib belajar di tengah rintangan apapun serta untuk mewujudkan cita-cita UUD 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa di kampung Legok Pego dalam waktu dekat bukanlah hal yang mustahil untuk di wujudkan dalam waktu dekat.
Jadi, di tengah kemajuan iptek dan pembelajaran daring yang dua tahun terakhir diadakan ternyata masih banyak daerah dengan status 3T yang belum mendapatkan pemerataan pendidikan termasuk di kampung Legok Pego. Hadirnya mahasiswa sejak lima tahun terakhir untuk menjalankan perannya telah memberi banyak progres baik untuk pembangunan pendidikan di SDN Legok Pego serta secara umum di kampung Legok Pego.Â
Dengan modal semangat masyarakat, serta berbagai kebijakan dari pemerintah seperti KKN dan MBKM yang tentu juga harus terus ditingkatkan dan di dukung pembangungan infrastruktur, serta peran mahasiswa yang terus di maksimalkan untuk menyuarakan amanat Undang- Undang dan mendukung berbagai kebijakan pemerintah untuk membangun pendidikan Indonesia juga mengamalkan tri dharma perguruan tinggi.Â
Maka, pemerataan pendidikan di kampung Legok Pego dapat di wujudkan dalam waktu dekat. Selain itu, berdasarkan keterangan dari pemerintahan setempat dan tokoh masyarakat serta apa yang telah dipaparkan, maka mahasiswa berperan penting dalam kemajuan pendidikan di kampung Legok Pego dan ini harus terus  dil akukan dan terus di tingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, H. (2019). Peran Mahasiswa di Masyarakat. De Banten-Bode: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Setiabudhi, 1(1), 32-41.
Abrar, A. (2012). WAJIB BELAJAR 9 TAHUN. Jurnal Sejarah Lontar , 9 (1), 69-85.
Kharisma, B. (2018). Perencanaan, Penganggaran dan Capaian Target Program Wajib
Belajar 12 Tahun: Kasus di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bandung. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana , 7 , 2175-2190.
Yuliawati, S. (2012). Kajian implementasi tri dharma perguruan tinggi sebagai fenomena pendidikan tinggi di indonesia. Majalah Ilmiah Widya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H