Mohon tunggu...
Endah Marjoen
Endah Marjoen Mohon Tunggu... Arkeolog dan Penggiat Budaya Kreatif (Komunitas Luar Kotak) -

Arkeolog UI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Manfaat Arkeologi Saat ini?

14 Mei 2018   09:54 Diperbarui: 8 Juni 2018   22:23 2501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dok. Pribadi-Endah Marjoen

Apa sih Arkeologi? 

Bagi kebanyakan orang, jika mendengar kata Arkeologi itu identik dengan benda purbakala, barang kuno dan antik. Ini betul, karena memang Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan masa lalu melalui benda-benda peninggalannya. 

Apa saja kerjanya Arkeolog? 

Mayoritas akan menjawab, kerjanya menggali benda-benda purbakala yang terpendam, mencatat dengan cermat, merekonstruksi benda tersebut supaya bisa kembali seperti wujud semula dan menjaganya supaya tidak terjadi kerusakan. Sampai sini juga betul, karena memang itu adalah sebagian besar pekerjaan Arkeolog.

Apa manfaat Arkeologi?

"Hmm.. apa yaa?" (biasanya dijawab dengan agak ragu), "Untuk menunjukan identitas diri bangsa Indonesia.Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bisa dilihat dari benda-benda peninggalan nenek moyang yang hebat, seperti Candi Borobudur, Prambanan dan lain lain." 
Ini benar, karena bagaimana kita bisa menunjuk diri sebagai bangsa yang besar kalau kita tidak mempunyai bukti yang kongkrit. 

Pertanyaan dan jawaban di atas adalah hal yang sering kita dengar saat orang bertanya tentang Arkeologi. Tapi sejatinya Arkeologi bukan hanya sekedar "benda-benda kuno itu" saja. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari benda-benda Arkeologi tersebut, ada kisah di baliknya yang justru lebih penting untuk dipahami. Dalam istilah Arkeologi, itu disebut data intagible (tidak berwujud).

Seringkali data intagible ini sering diabaikan. Masyarakat lebih senang menikmati data tangible (berwujud), seperti candi, arca dan lain lain, dibandingkan memahami  kearifan lokal (Local Genius) yang ada di baliknya (intagible data).

Foto: Dit.Wardun Kemendikbud
Foto: Dit.Wardun Kemendikbud
                                                                                                                       

Misalnya saat kita melihat Kompleks Candi Prambanan. Salah satu candi yang terbesar dalam kompleks candi tersebut adalah Candi Siwa, dengan ketingian 47 meter dan lebar 34 meter. Selain  mengagumi keindahan bentuknya, coba ambil juga pelajaran dari situ. 

siwa-1-5b18b836cf01b4416858c7a2.jpg
siwa-1-5b18b836cf01b4416858c7a2.jpg
Mari kita sedikit berimajinasi...

1. Bayangkan bagaimana cara masyarakat jaman dulu, di abad ke-9 M yang nota bene belum mengenal crane, untuk membangun candi setinggi itu?

2. Bayangkan berapa besar dana yang dibutuhkan untuk membangun kompleks percandian seluas 722 meter persegi, berisi 224 candi?

3. Bayangkan berapa besar pengorbanan yang telah dicurahkan oleh rakyatnya untuk membangun sebuah simbol kejayaan seorang raja?

Pertanyaan di atas akan menghasilkan jawaban, bukan hanya dari Arkeolog saja tapi juga dari berbagai disiplin ilmu, antara lain: Teknik sipil, Arsitektur, Desain Grafis, Ekonomi, Ilmu Kesejahteraan masyarakat, Ilmu Pemerintahan, Antropologi, Sejarah, Sosial dan lain lain.

Jawaban itulah yang sejatinya perlu kita pahami, untuk mengetahui bagaimana kompleksnya kegiatan untuk membangun sebuah candi di masa itu. Dari ketiga pertanyaan di atas, paling tidak bisa menghadirkan kisah tentang kehidupan sosial ekonomi, teknologi, dan ketatanegaraan di masa itu.

Kisah tersebut akan menjadi pelajaran yang bisa digunakan dalam konteks kehidupan masa sekarang. Yang baik dijadikan sebagai acuan, yang buruk dijadikan sebagai pelajaran agar tidak terulang kembali.

Dengan demikian Arkeologi menjadi sebuah ilmu yang menjadi trigger (pemicu) bagi berkembangnya disiplin ilmu lainnya, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat di jaman sekarang ini. Tak salah bila Arkeolog mempunyai slogan, The Past is Our Future. Dengan memahami masa lalu, kita bisa menata masa depan kita."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun