Meski dengan kinerja yang mumpuni, tapi saya ingin smartphone itu masih terjangkau oleh isi dompet saya yang suka kembang kempis kalau lagi sepi job. Hehehe. Tapi, memang ada ya smartphone dengan kriteria idaman seperti itu? Setelah mengubek-ngubek dan berselancar di dunia maya, akhirnya saya menjatuhkan pilihan kepada Huawei Nova 3i.
Pertama, dia dibekali Quad AI camera yaitu 4 kamera berteknologi AI. 2 kamera depan dengan kombinasi sensor utama 24MP dan 2MP; dan 2 kamera belakang dengan sensor 16MP dan 2MP. Jadi hasil foto sudah pasti kualitas HD dong. Lalu untuk video, kamera belakang Huawei Nova 3i memiliki fitur untuk perekaman video gerak super lambat 480fps. Jadi bisa merekam gambar slow motion biar lebih dramatis tanpa perlu diedit lagi deh.Â
Kedua, disain bodinya premium. Ada warna Irish Purple yang menampilkan gradasi warna ungu neon dan biru yang menawan. Ada juga warna hitam yang memberikan kesan elegan dan tangguh. Layar tentu full view display juga lho. Huawei nova 3i menggunakan layar FHD+ generasi terbaru, berukuran 6,3 inci (2340×1080) dan rasio 19.5:9. Dengan spesifikasi seperti ini, layarnya mampu menampilkan gambar yang lebih besar dan lebih tajam. Selain itu bobotnya hanya 169 gram dengan ketebalan 7,6 mm, smartphone ini begitu ringan, tipis dan pas di genggaman dan saku celana.Â
Keempat, memorynya 128GB! Ini yang penting. Jadi punya memori besar yang bisa simpan banyak data, foto dan video.  lalu harganya Huawei Nova 3i ini termasuk  termurah di jajaran hape kelas menengah yang punya internal memory 128GB lho. Lalu ada pula slot memory external SD card yang bisa hingga 256 GB. Tidak perlu khawatir kehabisan memory deh kalau kebanyakan foto dan mengambil video. Harganya 4,199,000,- Jadi tidak ada keraguan lagi deh dengan pilihan smartphone Huawei Nova 3i ini.
Saya bertugas di kelas selama 2 hari, mengajar dan menginspirasi mereka dengan pengetahuan tentang pekerjaan saya sebagai penulis dan fotograger dan tentang Indonesia. Yang mengejutkan, salah satu murid tahu bahwa luas indonesia mencapai 1,9 juta kilometer persegi. Padahal ini pertama kalinya ada volunteer dari Indonesia disini. Ahh saya salut dengan kemauan mereka belajar mengenai dunia di luar daerah bahkan negara mereka dengan segala keterbatasan mereka di desa ini.
Usai mengajar, beberapa murid didik saya menemani saya bersepeda mengelilingi  desa mereka, desa Chaesmorn. Mereka memberitahukan setiap sisi desa dengan riang kepada saya. Bahkan memperkenalkan saya kepada keluarga yang kita temui di jalanan desa. Ada satu kalimat yang selalu mereka tanyakan kepada saya  "Teacher, are you happy?"
Saya cuma 1 minggu di Siem Reap, dan cuma 3 hari di desa Chaesmorn. Namun saya mendapatkan salah satu kenangan terbaik disana dan kenangan itu masih tersimpan rapih di memori smartphone sederhana saya saat ini. Dalam hati saya sempat berucap : "Saya ingin kembali lagi kesini dengan gadget yang lebih baik untuk mengabadikan dan menyimpan kenangan dan wajah-wajah kecil yang riang itu lagi bersama mereka di desa Chaesmorn".