Namanya hidup sebagai freelancer dan digital nomad, smartphone, laptop dan kamera adalah barang wajib yang selalu dibawa kemana-mana. Entah itu untuk short trip maupun long trip. Seperti saat saya yang mendapatkan pekerjaan freelance sebagai fotografer di salah satu perusahaan start up di Kuala Lumpur, Malaysia tahun lalu. 3 barang tersebut yang paling memenuhi ruang di dalam ransel saya. Bahkan saya rela mengurangi jatah baju untuk dibawa. Berat euy.
Sebagai penunjang kerja, beberapa memory card dengan berbagai ukuran, harddisk dan flash drive pun wajib dibawa sebagai media penyimpanan data. Kenapa butuh begitu banyak tempat penyimpanan? Selain karena pekerjaan saya sebagai Fotografer yang artinya harus punya stok foto yang banyak, saya juga pernah kehilangan beberapa data penting saat komputer mendadak ngehank dan minta diinstal ulang. Padahal saat itu saya sedang revisi skripsi. Akibatnya seluruh data di komputer pun lenyap tak bersisa bersama dengan berbagai foto kenangan. *nangis di pojokan kamar*.
Kasus kehilangan data (lagi) kembali terulang sesaat sebelum saya berangkat ke Kuala Lumpur. Laptop saya rusak total akibat konsleting listrik di kamar kost. Padahal ada beberapa data penting (lagi) yang berada di laptop dan belum terback up(lagi). *nangis di pojokan kamar (lagi)*.
Belajar dari kesalahan tersebut maka saya pun mulai melakukan back up data di beberapa tempat. Jadi kalau ada salah satu devices error saya tidak akan nelongso lagi meratapi kehilangan data-data penting.
Cuma repotnya punya banyak penyimpanan itu adalah transfer data dari kamera ke laptop, lalu dari laptop ke smartphone atau harddisk atau sebaliknya, dari smartphone ke laptop baru dipindahkan ke harddiskatau flash drive. Boo. Itu lama aja prosesnya. Belum kalau data berupa foto RAW bahkan video, saya bisa sembari bikin kopi dan mie instan nungguin transfer datanya euy.
Akhirnya sembari mikir-mikir dan browsing, saya pun mencari tempat penyimpanan yang bisa langsung menyimpan data dari smartphone. Maklum, sebagai digital nomad beberapa pekerjaan bisa saya lakukan dengan smartphone saya tanpa harus membuka laptop. Akibatnya, perangkat saya yang satu ini sering berteriak- teriak "Storage Space Running Out". Aelah. Kan jadi mesti buka laptop deh buat memindahkan atau back up datanya.
Untuk tempat penyimpanan, saya selalu mengunakan SanDisk sebagai solusi penyimpanan dan baru-baru ini SanDisk mengeluarkan 2 produk barunya yaitu SanDisk iXpand Base yang compatible untuk back up data dari perangkat IOS dan SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 yang kompatibel dengan smartphone Android. Â
Secara saya pengguna smartphone Android, maka pilihan saya pun jatuh pada SanDisk Ultra Dual Drive 3.0 berukuran 32 GB. Kelebihan flash drive ini adalah punya 2 konektor yaitu USB 3.0 dan micro USB. Jadi flash drive ini selain bisa disambungkan ke laptop, juga bisa connecting ke smartphone yang sudah memiliki support sistem On The Go (OTG). Saya jadi bisa menyimpan data dari smartphone langsung ke flash drive nya. Jadi memory di perangkat smartphone saya pun bisa langsung lowong demi data kerjaan berikutnya yang berdatangan.
Namun saya ternyata butuh tempat penyimpanan yang lebih besar nih. Maka ketemulah dengan si kakaknya yang lebih macho, SanDisk Ultra Dual Drive m3.0. Storage penyimpanannya tidak main-main lho, up to 128 GB dengan kecepatan transfer mencapai 150mb per detik. Kebayang kan mindahin data foto yang rata-rata berukuran 5 mb atau video durasi 30 detik berukuran ratusan mb butuh berapa lama, ngedip mata aja sudah langsung pindah tuh foto dan video dari smartphone atau komputer ke flash drive dan sebaliknya. Hehehe.
Selain itu SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 juga punya Memory Zone App yang bisa diunduh di playstore. Fungsinya buat apa? Jadi data bisa langsung di back up di DropBox, Google Drive dan One Drive. Canggih kan. Jadi sewaktu-waktu saya butuh data yang ada di flash drive untuk diedit di laptop, saya bisa langsung ngubek-ngubek file di DropBox dan Google Drive tanpa perlu menyambungkan si flash drive ke laptop.