Mohon tunggu...
Endah Kurniati
Endah Kurniati Mohon Tunggu... Penulis - Pendidik, Penulis

Penulis buku Non Fiksi yang sedang belajar jadi Novelis di platform digital. Menulis sebagai Katarsis, aktif sebagai Duta Kesehatan Mental DANDIAH CARE

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Transisi Demokrasi dan Pembatasan Sosial Media

23 Mei 2019   10:36 Diperbarui: 23 Mei 2019   10:55 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat gelagat seperti ini, rasanya  maksud demokrasi yang rakyat Indonesia perjuangkan tercederai oleh pihak-pihak tertentu yang ingin mengembalikan Indonesia pada konstitusi lama. 

Mesti dipahami bahwa negara adalah organisasi yang susah diukur kinerjanya, jadi wajar jika rakyat cerewet dan menuntut penjelasan, Negara melemah kapasitasnya, termasuk kemampuan narasi, salah satu tanda dari melemahnya kapasitas adalah dengan sikap represif terhadap keluhan masyarakat.  

Yang diinginkan rakyat adalah kejujuran dan keadilan,  maraknya hoax itu adalah akibat, bukan sumber masalah.   Bila negara sudah menggunakan cara-cara hukum pada rakyat, itu salah satu tanda kapasitas negara melemah dalam menjamin hak-hak konstitusi rakyat, yaitu hak kebebasan berpendapat.   Sehingga tak semestinya untuk melawan hoax saja pemerintah menggunakan pasal terorisme bahkan makar, padahal makar tidak bisa karena kekuatan mulut, tapi makar itu hanya bisa dengan  karena kekuatan senjata

Sosial media adalah media kebebasan milik rakyat, rasanya hanya Indonesia, negara yang gelisah dengan hoax. Dalam situasi transisi demokrasi sekarang ini, perang naratif itu mutlak, jelaskan sampai rakyat puas, siapkan juru bicara-juru bicara terbaik negara,  yang selalu siap menjawab kegelisahan rakyat 24 jam setiap hari. Rakyat negeri demokrasi bukan bagian yang harus dilawan,   membatasi sosial media yang merupakan berkah bagi rakyat demokrasi, termasuk berkah atas geliat ekonomi berbasis on line untuk alasan mengurangi hoax sama sekali bukan cara yang ideal 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun