Bergembira menyambut bulan Ramadhan adalah tanda keimanan, sudah semestinya kita bergembira dengan karuniaNya ini yang diberikan khusus pada umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam. so it hasn't to be blue, bila memang ada sesuatu yang menyedihkan, atau kehilangan, maka lampauilah dengan kegembiraan Ramadhan.Â
Mengapa mesti bergembira? karena pada bulan ini, Allah menjanjikan ampunanNya, belum lagi bonus Lailatul QadrNya, adakah karunia lain yang lebih besar selain hal ini?Â
Suasana saat Ramadhan, umumnya intensitas kebersamaan dalam keluarga saat berbuka, terawih dan bersahur  menjadi satu moment yang mesti diupayakan oleh tiap anggota keluarga. seorang ayah yang biasanya masih ada di jalan, akan berusaha sudah ada di rumah sebelum magrib, begitu pula seorang ibu karir, kaka dan adik, semuanya akan menyesuaikan jadwal, at least ramadhan hari pertama dapat kumpul bersama.Â
Dan bagi sesiapa yang pernah melewati hal tersebut, maka indahnya kebersamaan itu will last forever dalam ingatan kita. we'll miss that kind of moments...
***
it's almost 8 years, keluarga kami tak melewatkan suasana kebersamaan seperti itu lagi, dalam proses hijrah, keindahan ramadhan kami telah bertransformasi, suami sejak 10 hari menjelang ramadhan tiba sudah pamitan pada keluarga untuk kemudian bergabung dengan jamaah, melakukan kegiatan dakwah selama 40 hari, melakukan safari dakwah dari mesjid ke mesjid, bertemu dengan banyak orang, membuat amal dengan cara bergerak mendatangi umat dengan berjalan kaki, atau berkendara darat, laut, udara, sesuai kemampuan masing-masing orang. Â So then, aku pun dan anak-anak, mau tak mau, senang tak senang, mesti menyesuaikan diri with all these ramadhan's transformation.
Sekarang kami tak merasa dalam masa transformasi lagi, yang dulu dirasakan sulit sekarang tidak lagi, sudah nge"blend", sudah enjoy dengan perbedaan pola hidup dan tidak lagi menjadikan situasi umum yang terjadi dalam masyarakat sebagai standar untuk mengukur kebahagiaan. Justru kami sering merasa bersyukur dengan segala perbedaan yang telah kami mulai dan tengah kami jalani. So far so good.
***
Ramadhan hari pertama tahun ini kami menerima tamu dari Pakistan, pernah pada ramadhan tahun 2015, kami pun menerima rombongan tamu dari Bangladesh,  mereka tamu-tamu Allah yang walk on talk dalam berdakwah, tidak hanya mendengarkan taujih  dan berbicara agama, tapi mereka inilah yang rela meninggalkan keluarganya for the sake of Allah.Â
Pelajaran besar yang dapat aku ambil dan ajarkan pada anak-anak yaitu, perbanyak berkorban untuk agama, termasuk korban perasaan, yaitu menahan hawa nafsu dari melakukan hal-hal yang mereka suka. Â
Mendengarkan taujih dari mereka ini terus terang membuat aku berderai air mata, mengakui kelemahan iman, bagaimana para masyaikh-masyaikh yang sudah mewakafkan sebagian besar waktu, harta, tenaga, pikirnya, untuk kepentingan agama, rasanya "moal kataekan" (istilah sunda, baca : tidak akan terkejar) oleh kita yang awam ini.