Mohon tunggu...
Endah Iri Aryani
Endah Iri Aryani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Simulacra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandangan Sosiologi dalam Penerapan Pembelajaran Bahasa Asing di Sekolah, Perlukah?

3 April 2020   23:45 Diperbarui: 11 November 2020   18:52 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mata pelajaran yang seperti kita tahu bahwa memuat beberapa kajian-kajian Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan pengetahuan berbahasa. 

Di sekolah pelajar dituntut untuk memahami dan mengerti semua mata pelajaran yang berada di kelas. Namun, kemampuan pelajar hanya sebatas minat dan bakatnya saja. 

Seorang tenaga pendidik tidak perlu memaksakan pelajar agar dapat memahami semua mata pelajaran. Semua mata pelajaran yang berada di kurikulum Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat mata pelajaran yang berbeda-beda. Ada pula mata pelajaran yang selalu ada di kurikulum sekolah, salah satunya adalah bahasa asing yaitu bahasa Inggris.

Tingkatan bahasa inggris di dalam kurikulum sekolah berbeda-beda, dari mulai kemampuan reading, writing, listening serta speaking. Pada kenyataannya, banyak materi yang disajikan dari SD hingga SMA yang selalu sama. Kemudian dalam praktik pembelajaran di sekolah, fokus utama kebanyakan pemaparan materi saja yaitu hanya kemampuan reading dan writing. Padahal pelajar mengeluhkan kemampuan speaking dan listening yang kurang dan membutuhkan peningkatan. Sehingga sekolah mencetak generasi yang hanya memiliki skill reading dan writing saja.

Selain bahasa inggris, pada pendidikan tingkat menengah atas beberapa sekolah menerapkan bahasa asing pada mata pelajarannya. Yang kita tahu bahasa asing yang diterapkan biasanya hanya bahasa Jepang, bahasa Arab, bahasa Perancis maupun bahasa Jerman. Jadi, apakah perlu pendidikan bahasa asing diterapkan di sekolah ?

Bahasa asing yang diterapkan di kurikulum sekolah bukan semata-mata dibuat begitu saja tetapi memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi lingkup nasional dan internasional pada perubahan global ini. 

Akhir tahun 2019, Indonesia diguncang oleh pernyataan Mendikbud, Nadiem Karim terkait masalah dihapuskannya mata pelajaran Bahasa Inggris dan hanya dihabiskan pembelajarannya di pendidikan tingkat SD. Berita ini membawa kehebohan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Yang perlu digaris bawahi adalah penyataan tersebut belum sepenuhnya benar. 

Jika melihat keadaan zaman yang sudah dipengaruhi globalisasi, pelajar membutuhkan kemampuan berbahasa yang baik guna berkomunikasi dengan negara lainnya. Bukan hanya Bahasa Inggris saja tetapi bahasa-bahasa asing lainnya. 

Kemampuan komunikasi dalam berbahasa lainnya tentu dapat diwujudkan di dalam pembelajaran di sekolah yaitu dengan memasukan bahasa asing sebagai salah satu kurikulum pembelarajan.

Jika kita kaitkan dengan teori sosiologi, maka yang harus kita lihat media interaksinya. Interaksi sosial menurut ahli sosiologi Soerjono Soekanto dalam bukunya Pengantar Sosiologi, adalah proses sosial mengenai  cara-cara  berhubungan  yang  dapat  dilihat  jika  individu  dan kelompok-kelompok  sosial  saling  bertemu  dan  menentukan  sistem dan  hubungan  sosial. 

Pola interaksi yang terjadi disekolah merupakan suatu komunikasi antara individu dengan individu atau pun kelompok. Seperti yang kita lihat bahwa interaksi merupakan membutuhkan sebuah media pengantar yaitu bahasa. Peran bahasa sangat penting sebagai alat komunikasi yang menghubungkan interaksi sosial sebagai pencapain tujuan. 

Dalam beberapa kasus, interaksi antara individu satu dengan lainnya menggunakan bahasa yang berbeda tetapi bukan menjadi suatu halangan, mereka tetap bisa berkomunikasi dengan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. 

Interaksi ini juga memuat mengenai aksi-reaksi individu. Bukan hanya bahasa, simbol-simbol tertentu juga dapat dijadikan suatu media komunikasi manusia untuk berinteraksi.

Selain itu, kita dapat melihat dari sisi bagaimana teori interaksionisme simbolik memandang hal ini sebagaimana menurut George Herbert Mead (1969) yaitu orang bergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikan pada orang, benda dan peristiwa. 

Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri atau pikiran pribadinya. 

Interaksionisme simbolik lingkupnya kecil (mikro) sebab objeknya hanya berada pada kelompok saja atau bahkan individu. Interaksionisme simbolik memandang bahasa sebagai cara orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas. 

Bahasa yang kita gunakan sehari-hari memungkinkan terjadi interaksi sosial. Bahasa tidak serta merta hanya bahasa yang dapat digunakan verbal saja tetapi bahasa yang mengandung simbolik tertentu seperti bahasa isyarat. Bahasa sebagai simbol dalam berinteraksi dalam lingkup individu yang hanya memahami sebagai anggota kelompok tersebut.

Jadi, peran bahasa asing dalam interaksionisme simbolik dapat dikatakan sebagai simbol bahwa individu yang dapat berbahasa asing sebagai orang yang intelek serta dipandang sebagai orang yang banyak pengalamannya. 

Jika disekolah diterapkan pembelajaran bahasa asing tidak dapat memungkiri bahwa pola-pola interaksi pelajar sedang dibangun. Dengan mempelajari bahasa asing, pelajar diharapkan mampu melakukan interaksi dengan orang-orang di luar Indonesia atau native speaker yang mereka pelajari bahasanya.

Selain itu juga, banyak keuntungan yang di dapat jika bahasa asing menjadi salah satu pembelajaran pendidikan Indonesia.

1. Buku Ilmu Pengetahuan Berbahasa Asing

Buku ilmu pengetahuan banyak yang memakai bahasa asing sebagai pengantar baik bahasa asing popular hingga bahasa asing yang jumlah penuturnya sedikit. Tidak semua buku-buku ilmu pengetahuan selalu terdapat terjemahannya, sehingga pelajar dapat mempelajari bahasa asing untuk keperluan akademisi di mana membutuhkan kemampuan untuk mengerti dan memahami buku-buku akademik yang berbahasa asing sebagai acuan referensi.

2. Meningkatkan Kapasitas Diri Pelajar

Selain itu, dalam mempelajari bahasa asing manfaat membuat pelajar terampil dan penuh akan ide-ide yang kreatif. Masih berhubungan dengan poin pertama, peningkatan kapasitas diri oleh kemampuan membaca dan memahami ilmu pengetahuan dari buku-buku berbahasa asing. Peningkatan kapasitas ini juga menjadi pendorong semangat pelajar dalam belajar bahasa asing lainnya.

3. Meningkatkan Kepercayaan Diri Pelajar

Dalam hal ini mempelajari beberapa bahasa asing dinilai dapat meningkatkan kepercayaan diri pelajar sebab mempelajari bahasa asing maka mempelajari speaking di mana membutuhkan kepercayaan diri agar lancar berbicara dengan native speaker.

Selain keuntungan yang didapat pelajar apabila setelah lulus dan mulai mencari pekerjaan, akan mudah sebab banyak sekali perusahaan yang membutuhkan pekerja yang memiliki kemampuan berbahasa lebih dari satu hingga dua bahasa. Ini menjadi nilai plus yang didapat yaitu lulus dengan kapasitas diri yang maksimal. 

Jadi, apakah penting sekolah menerapkan pembelajaran bahasa asing ? tentu saja. Kepentingan ini bukan hanya untuk diri sendiri yang mampu berkomunikasi mengikuti arus global tetapi juga dapat meningkatkan jumlah multilingual Indonesia, yang semula pada tahun 2019 Indonesia memasuki peringkat pertama negara trilingual yaitu 17,4 persen dan Indonesia juga menempati peringkat ketiga negara bilingual yaitu 57,3 persen penduduknya menggunakan dua bahasa untuk berkomunikasi.

Mempelajari bahasa asing sejak masa sekolah merupakan langkah yang baik untuk mengawali sebuah bangsa yang cerdas dan komunikatif maka pendidikan Indonesia harus mempertahankan bahasa asing yang mulai dipelajari di sekolah. 

Dengan mempelajari bahasa asing, pelajar akan lebih mudah mendapatkan informasi dan dapat meningkatkan skill serta kepercayaan diri. Selain itu, mempelajari bahasa asing akan membentuk pola-pola interaksi sosial yang akan dibangun pelajar ketika mereka berhadapan langsung dengan orang-orang yang berada di negara lain. 

Hal ini tentu saja, dengan sistem pembelajaran yang menyenangkan. Mempelajari bahasa asing bukanlah kegiatan membosankan bahkan menyulitkan namun kegiatan yang dapat memenuhi kapasitas pengembangan diri guna mampu berkomunikasi dan menjalin kerjasama dengan negara-negara lainnya.

Daftar Pustaka

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Ritzer, George 2012. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soekanto, Soerjono. 2009. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun