Kamis, 18 Oktober 2012 kemarin Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNSOED Purwokerto, mengundang kesenian Sintren ke halaman kampus. Kesenian itu diundang oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Komunikasi Tradisional. Setiap tahunnya jurusan ini, mendatangkan kesenian tradisional yang berbeda-beda. Untuk tahun ini sintrenlah yang menjadi pilihan.
Mahasiswa yang pada umumnya tidak pernah menyaksikan kesenian khas Cirebon dan Banyumas ini, sangat antusias. Terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang berkerumun menyaksikan pertunjukan itu.
Pertunjukan itu digelar bermaksudkan untuk melestarikan kesenian tradisional. Selain itu, juga untuk melihat bagaimana proses komunikasi transindental yang mewarnai pertunjukan kesenian tersebut. Hal itu dimaksudkan agar mahasiswa paham, jika komunikasi itu tidak hanya dilakukan dengan sesama makhluk saja. Tapi komunikasi juga dapat dilakukan dengan makhluk-makhluk lainnya. Termasuk para bidadari yang masuk kedalam tubuh seorang gadis dan kemudian menjadi sintren.
Pada mulanya para penabuh gamelan memainkan musiknya. Kemudian seorang sinden bernyanyi dengan penuh semangatnya. Lalu seorang anak perempuan duduk, dan di hadapkan kearah yang telah ditentukan oleh dukun. Selanjutnya anak perempuan tersebut dikurung dengan menggunakan kurungan (seperti kurungan ayam) yang ditutupi oleh kain-kain. Sinden pun menyanyikan lagu “turun sintren”. Kemudian sang dukun membacakan jampi-jampi beserta kemenyan. Dukun itu berjalan memutari kurungan yang di dalamnya terdapat seorang gadis yang masih suci. Beberapa menit kemudian kurungan itu bergetar tandanya sintren sudah siap pentas. Dan setelah kurungan di buka, hadirlah seorang gadis cantik yang mengenakan baju hitam yang bermotif warna emas, memakai kaca mata hitam dengan bedak lengkap dan rapi.
Kemudian sintren pun menari-nari layaknya seorang penari yang profesional. Matanya terpejam, membuat kagum semua mahasiswa yang menontonnya. Para wartawanpun tak kalah antusiasnya, mereka memotret dari berbagai sudut untuk menemukan angel yang cocok. Selain itu para dosen dan karyawan serta mahasiswa dari jurusan lain yang ikut memenuhi area pertunjukan tersebut bedecak tak percaya.
Klimaks dari pertunjukan itu adalah ketika sintren itu menangis. Dia menangis karena sinden menyanyikan lagu layem tangis yang bermakna orang mati. Dan setelahnya ada seorang mahasiswi yang juga ikut menari. Konon katanya mahasiswi itu sedang mendem, karena mempunyai indhang sebagai penari.
Pertunjukan itu berakhir ketika sintren kembali masuk ke kurungan. Setelah pertunjukan itu usai, mahasiswa semester lima dan tujuh yang mengambil mata kuliah ini, mengerubuti orang-orang yang terlibat dalam pertunjukan itu, untuk melakukan wawancara guna memenuhi tugas mata kuliah yang diampu oleh Pak Chusmeru tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H