Mohon tunggu...
Endah Fazriah
Endah Fazriah Mohon Tunggu... -

SISWI SMK PRUDENT SCHOOL

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buku Vs Globalisasi

31 Januari 2012   10:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:14 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BUKU Vs GLOBALISASI

Kini zaman telah canggih dan tajam dengan ilmu, semakin banyak hal-hal baru berbau teknologi muncul dalam peran yang begitu memabukkan. Bagaimana tidak? Semakin berganti hari hidup semakin mudah dengan ilmu teknologi didalamnya. Kondisinya kini, siapa yang lemah dia yang kalah, siapa yang tak mampu mengikuti zaman dialah yang tertinggal, dan siapa yang tak berilmu dialah yang tak mampu. Inilah zaman persaingan, banyak orang berlomba-lomba mencari bahkan menciptakan pengetahuan baru. Negriku kini telah maju, begitupun dengan para manusianya. Baru-baru ini saja hadir kabar terkemuka bahwa siswa SMK mampu menciptakan mobil, bukankah itu sebuah karya yangluar biasa?

Perkembangan masa ini adalah secepat perjalanan awan, yang tak dapat diperkirakan jadinya seperti apa. Yang jelas sudahlah terbukti, apabila tersusun sejarahnya secara detail mengenai perkembangan zaman ini mustahillah dengan manusia yang tak takjub mendengarnya. Teknologi yang kerap memenuhi lingkaran bumi ini tentu banyak sekali manfaatnya, namun bukan berarti manfaatnya dapat menutupi kerugian dari perkembangannya itu. Seperti halnya dahulu buku yang menjadi pusat para pelajar mendapati ilmu, serta mengerjakan tugas dari guru. Namun kini, tanpa harus mencari dan membolak balikkan lembaran yang penuh tulisan itu, dengan mudahnya sebuah media canggih dapat menggantikan usaha manusia dalam penjelajahannya yang cepat. Kini pelajar lebih mengandalkan internet dibandingkan buku. Pelajar lebih banyak menggandeng laptop dari pada setumpuk buku. Kalau sudah begini, timbul pertanyaan, “Masihkah sebuah buku bernilai tinggi dikalangan perlajar?”. Sementara sedikit demi sedikit manusia terus bergantung dengan internet yang didalamnya meluap banyak ilmu. Tinggal ketik, klik atau enter, begitulah mudahnya menemukan sesuatu yang dicari didalamnya. Buku kian menjadi nomor yang terbelakang untuk masalah kecepatan menemui ilmu, apalagi bagi seorang yang senangnya instan. Belum lagi kita perhatikan dan bandingkan antara Warung Internet (Warnet) dengan Toko Buku, manakah yang lebih banyak pengunjungnya?. Warung Internet lebih banyak dikunjungi dan diminati kaum pelajar dari pada toko buku atau perpustakaan.

Akibatnya ketika kita lebih bergantung dan memanfaatkan internet adalah munculnya rasa malas dalam diri. Bukan hanya itu, minat baca yang seharusnya dimiliki semua orang apalagi oleh para pelajar kini kian surut. Kaum pelajar lebih memilih duduk santai dihadapan monitor kemudian mengetik kata demi kata yang dicari lalu langkah selanjutnya mengcopy hasil, ketimbang membaca kata demi kata dalam sebuah buku yang penuh ilmu, menggaris bawahi poin penting didalamnya kemudian mencatatnya dalam catatan kecil. Kalau minat baca yang tinggi dimiliki para pelajar maka Koran atau media cetak lainnya yang mencakup wawasan luas telah menjadi sarapan rutin para pelajar, namun kenyataannya media semacam Koran menjadi cemilan rutin para orangtua. Buku memanglah tua namun sampai kapanpun ia kan tetap berharga. Ilmunya terangkai baik dalam lembaran-lembaran yang tersusun hingga menjadi kumpulan ilmu.

Dalam tulisannya pengetahuan yang kita dapati dalam sebuah buku telah terangkai baik oleh penulisnya, mencakup pengetahuan yang luas dan berharga. Buku itu memiliki ilmu tetap, tidak akan membingungkan si pembaca, terangkai dengan alur, dan makna yang tajam. Banyak perpustakaan umum berdiri untuk kaum pelajar, sebagaimana kebutuhan ilmu para pelajar. Tidakkah buku itu penuh ilmu?. Membaca itu lebih menyenangkan, menghayati ilmu itu lebih memuaskan ketimbang para pelajar melihat tajam kearah monitor. Perkembangan zaman memanglah tidak akan sampai disini. Seiring melajunya usia zaman ini maka akan terus menerus muncul kekayaan teknologi maupun yang hal lainnya yang mampu menghilangkan kekayaan yang lama yang seakan tertinggal zaman. Kalau buku semakin tertinggal maka dapat dipastikan minat baca para pelajar dapat hilang. Atau dapat dinyatakan, apabila minat baca para pelajar yang tidak dipelihara dan tidak mampu dikembangkan maka mampu dipastikan itulah yang menjadi penyebab terbelakangnya buku.

Mengenai kebaikan internet dan keburukannya…?

Internet merupakan salah satu media canggih yang manfaatnya banyak, diantaranya adalah memudahkan kita dalam mencari pengetahuan atau ilmu-ilmu lainnya secara cepat, mudah sekali hanya ketik sesutu yang hendak dicari lalu enter, secara kilat software cerdas itu akan menunukan hasil pencarian kita. Selain itu ia juga mampu mengungkap informasi secara terinci, mecakup pengetahuan umum, berita tersorot dan lain halnya yang selalu up to date. Media canggih ini telah menjadi teman remaja, begitulah kesannya ketika ada tugas sekolah yang rumit maka dengan sigap para pelajar mencari keperluannya di media itu. Selain itu, internet juga mencakup jaringan yang sangat luas bahkan sanpai ke mancanegara. Dalam hal ini, tidak ada sama sekali larangan mengenai penggunaan internet, hanya saja kita tidak boleh bergantung pada sistem canggihnya. Karena akan membuat kita lebih santai untuk sebuah usaha. Beruntung memang dalam kondisi serba rumit ada jejaring yang menghubungkan manusia dengan komunikasi dan ilmu yang luas. Namun, hal yang tidak lain dengan kualitas canggihnya internet mampu mengambil hatipara penggunanya. Tentu saja pelajar lebih memilih cara cepat itu, dan sadarilah! Kalau telah demikian pelajar lebih malas membaca, artinya bisa jadi akan rendahnya kualitas si kutu buku. Banyak situs-situs yang berbahaya didalamnya. Seperti situs-situs porno yang dengan mudah diakses pelajar dan mampu merusak pelajar. Hal lainnya disamping keburukan internet adalah mampu membuat orang yang mengolah jaringannya mabuk sehingga sulit untuk meninggalkan monitor, maka tak heran kalau seseorang mampu menghabiskan banyak waktu atau berlama-lama menyibukkan dirinya dalam hal cari mencari ilmu atau hiburan di internet.

Bagaimana dengan buku...?

Apabila para pelajar telah terhipnotis dengan kecanggihan media internet, lalu bagaimana dengan keadaan buku yang menyimpan kajian ilmu. Akankah buku hanya menjadi referensi saat dibutuhkan saja? Atau malah hanya menjadi pajangan saja?

Tapi, perlu diperhatikan bahwasannya para penulis yang hebat tidak akan kehilangan ide untuk menyajikan kualitas buku yang oke! Mereka akan terus menari-kan pena untuk menuliskan ilmu-ilmu indah begitu juga dengan pesan yang menyimpan makna sehingga menjadi berlembar lembar dan membentuk karya tebal. Apakah kita akan menyia-nyiakan tenaga dan pikiran mereka? Padahal telah tampak karya mereka dengan fisik yang dibuat indah agar pembaca tertarik mencari manfaat didalam lembarannya. Hadirnya buku bukan hanya menghantarkan ilmu, namun dengan hal demikian, sosok kotak berlapis-lapis kertas ini memacu seseorang untuk giat membaca. Memang bicara tentang minat baca ini maka tidak akan ada habisnya dalam waktu singkat. Seharusnya membaca adalah hobi para pelajar. Dalam usia muda para pelajar harusnya mampu memupuk minat baca, agar sampai dewasa mampu dikembangkan dan menjadi terbiasa. Bayangkan saja betapa rendahnya minat baca sekarang ini. Remaja lebih menyukai duduk berlama-lama di depan bioskop untuk menonton sebuah film ketimbang membaca novel yang telah diluncurkan penulisnya. Alasannya adalah “lebih enak nonton bioskop dari pada baca novel yang tebalnya gak karuan” atau “gak ada waktu untuk baca novel setebal itu” dam alasan terakhir adalah malas membaca. Bagaimana jadinya kalau sebuah novel saja malas untuk dibaca, bagaimana nantinya kalau dengan novel saja remaja atau para pelajar tidak terrtarik? Bagaimana dengan buku-buku yang lain, yang berhubungan dengan pengetahuan umum? apakah hanya dibaca dalam keadaan perlu? Khusus para pelajar, ingatlah! Manfaat dari sebuah buku, benda mati yang mampu menghidupkan pikiran. Seorang guru pun yang senantiasa memberikan ilmu kepada muridnya, tidak lepas dari sebuah benda kotak ini, artinya seorang guru pun masih memegang buku, membacanya, dan mempelajarinya. Dalam tulisan ini berbicara kepada para pelajar, Apakah kita bisa pandai tanpa buku dan tanpa membacanya? Apakah kita mampu selalu menghubungkan diri dengan internet disaat kita terhimpit membutuhkan ilmu? Sementara buku adalah benda yang mampu dibawa kemanapun. Maka, jangan biarkan buku dimakan zaman. Karena buku adalah gudang ilmu. Dan buku adalah sumber pengetahuan yang permanen.

Ditulis Oleh: Endah Fazriah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun