Mohon tunggu...
Endah Lestariati
Endah Lestariati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang banci kolam [renang] yang sedang butuh vitamin K; Kamuuuuuuuuuu

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kuliner Bali, Melebur Bersama Tradisi

7 Februari 2014   01:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rintik gerimis menyapa langkahku ketika turun dari bis rombongan di daerah Ubud, Gianyar. Teman-temanku di barisan depan sudah berlomba berlari kecil menembus tirai air, mencari kanopi pelindung terdekat; entrance Bebek Tepi Sawah Resto. Suasana pedesaan menyapa kami. Teduh. Apalagi irama gamelan mengalun lembut, memberi sensasi kenyamanan bagi pengunjung. Beberapa meja panjang sudah ditandai papan "reserved" penanda otoritas tidak tersentuh kecuali untuk yang berhak. [caption id="attachment_294198" align="aligncenter" width="614" caption="Suasana pedesaan Bebek Tepi Sawah"]

1391708563639515254
1391708563639515254
[/caption]

Konon kabarnya, meskipun sudah memesan beberapa jam sebelumnya, apabila pemesan terlambat datang, maka tanda otoritas ini otomatis diabaikan dan diserahkan kepada pengunjung berikutnya. Aturan yang diberlakukan pemilik resto karena tingginya permintaan dan ramainya fase kunjungan.

[caption id="attachment_294199" align="aligncenter" width="395" caption="Balinese Indeed"]

13917086582005384630
13917086582005384630
[/caption]

Aku dan teman-teman rombongan kantor dari Surabaya, mengunjungi Pulau Bali dalam rangka wisata program tahunan. Beruntung kami datang ke Resto Bebek Tepi Sawah tepat waktu, belum saatnya pemilik menurunkan papan "reserved" untuk diserahkan pengunjung lain. Dalam jumlah rombongan besar, tentu saja menjadi kendala apabila kami tidak kebagian tempat. Duduk berderet dengan meja panjang di hadapan kami, sebagian terpisah dalam kelompok-kelompok kecil dan tempat duduk lesehan, menanti hidangan utama terhampar, apalagi kalau bukan bebek goreng.

[caption id="attachment_294200" align="aligncenter" width="614" caption="Menu utama bersama hidangan pembuka"]

13917087531893206426
13917087531893206426
[/caption]

Bangunan pendopo dengan kolom-kolom kayu penyangga atap genteng bernuansa vernakular, yang hampir semua sisi terbuka menuju halaman hijau, dominasi petak-petak sawah, galangan yang ditanami pohon kamboja, khas tradisional Bali. Tidak lupa nuansa payung berumbai, kain papan catur hitam putih, dan warna warni properties sesaji yang semakin menambah kesakralan.

[caption id="attachment_294201" align="aligncenter" width="411" caption="suguhan tarian tradisional Bali"]

13917088821415384813
13917088821415384813
[/caption]

Sup hangat dengan pelengkap roti sebagai hidangan pembuka disajikan, cukup pas dikonsumsi di cuaca hujan rintik, semakin menambah kehangatan dan keakraban di antara kami, hubungan teman kantor yang selama ini berkutat seputar pekerjaan, menjadi semakin cair dan menyenangkan. Nasi dan seperangkat bebek goreng pun tak lama berselang mulai dihidangkan. Bebek muda dengan tekstur lembut, dua tusuk sate, kerupuk dan irisan jeruk selain sebagai pencuci mulut juga memberi kesan segar pada tampilan hidangan. Tak lupa sambel matah khas Bali yang kaya irisan bawang merah semakin menggoda selera.

Jus buah ditawarkan sebagai minuman pendamping makanan utama. Aku memilih jus melon. Ternyata paket hidangan yang kami pesan tidak berhenti sampai di situ, es putar dihidangkan sebagai penutup. Belum selesai kami menikmati es putar, alunan gamelan tari penyambutan khas Bali mengalun mengambil alih perhatian. Dua orang penari putri melenggok di pendopo, sesekali menampilkan lirikan khas. Bonus suguhan tradisional yang jarang dinikmati di luar pulau penuh sakral ini.

[caption id="attachment_294202" align="aligncenter" width="614" caption="kerlip cahaya pantai jimbaran"]

1391709138987129147
1391709138987129147
[/caption]

Belum lengkap menjamah Bali kalau belum menikmati makan malam di Pantai Jimbaran. Jajaran resto yang menawarkan berbagai hidangan laut ini pernah mengalami masa kelabu beberapa waktu setelah peristiwa Bom 2005. Namun geliat pelaku perdagangan sudah lama kembali bersemangat. Datang sebelum matahari terbenam boleh jadi memperoleh bonus view sunset. Sayangnya kedatanganku dan rombongan di hari kedua kami berada di Bali bertepatan dengan cuaca yang sedang sangat mendung, bahkan sekedar semburat senja pun enggan terlihat.

[caption id="attachment_294203" align="aligncenter" width="411" caption="varian sea food"]

13917092131408053090
13917092131408053090
[/caption]

Berbagai macam biota laut yang dimasak ala barbeque memenuhi piring hidangan masing-masing dari kami; ikan kerang, udang, cumi, dalam beberapa varian. Sambal pun disajikan dalam beberapa versi; tapi yang paling dominan adalah sambal kecap dan matah. Di bawah temaram cahaya artifisial restoran, ditambah kerlip nyala lilin di dalam gelas kaca memberi nuansa hangat tersendiri. Refleksi city light di atas permukaan laut pun menjadikan restoran di sepanjang pantai jimbaran menjadi pilihan lebih bagi wisatawan yang mengadakan kunjungan ke Bali.

[caption id="attachment_294204" align="aligncenter" width="411" caption="candle light dinner jimbaran"]

1391709286833391133
1391709286833391133
[/caption]

Lagi-lagi gerimis mendominasi acara kuliner rombonganku di Denpasar Bali. Setelah agak ribet dengan urusan parkir bis (sekali lagi, datang dengan rombongan besar perlu memikirkan efisiensi parkir kendaraan supaya tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan lain namun tidak menyulitkan akses bagi kelompok sendiri), kami tetap bersemangat untuk mencoba masakan Bali yang melegenda; ayam betutu. Di sebuah warung yang mengusung nama Ayam Betutu Gilimanuk di area Kuta, aku mantap memasuki restoran karena label halal terpampang jelas pada entrance bangunan. Tak sabar untuk mencicipi masakan ayam kuah kaya rempah khas Bali yang konon katanya adalah salah satu varian lauk-pauk sehat anak bangsa dan menurut informasi dari pemandu kami, masakan ayam betutu (karena kaya akan rempah) berkhasiat melarung pegal. Tentu saja setelah berkeliling mengunjungi tempat-tempat menarik di Bali, ayam betutu seolah menjadi obat penawar lelah yang melezatkan.

[caption id="attachment_294205" align="aligncenter" width="411" caption="ayam betutu"]

13917093381505930704
13917093381505930704
[/caption] [caption id="attachment_294206" align="aligncenter" width="614" caption="sambal matah yang melegenda, sangrai kacang tanah dan plecing kangkung"]
13917103522054418846
13917103522054418846
[/caption]

Ayam yang dimasak dengan cara kukus sekaligus panggang ini memiliki cita rasa yang berbeda, unik karena setelah dikukus masih harus melalui proses pemanggangan dalam oven, dan tentu saja rasa pedasnya memanjakan lidah. Disajikan bersama nasi hangat, plecing kangkung, kacang tanah sangrai, sambal dan yang tidak pernah ketinggalan adalah irisan bawang merah. Tentunya aku tidak akan pernah keberatan untuk kembali mengulang selera apabila memiliki kesempatan di waktu mendatang. Barangkali berkeliling Bali dan bahkan mencicipi kuliner Indonesia bersama Daihatsu akan lebih seru dan efektif, terlebih karena tidak perlu diributkan dengan urusan kesulitan parkir kendaraan.

*** Seluruh illustrasi koleksi penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun