Mohon tunggu...
Endah Lestariati
Endah Lestariati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang banci kolam [renang] yang sedang butuh vitamin K; Kamuuuuuuuuuu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fast and Furious 6; Find The Home!

26 Mei 2013   10:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:01 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang pertama kebayang tentang Fast and Furious di kepala saya adalah balapan dan sederet tongkrongan keren lengkap dengan mbak-mbak hot miskin baju yang pada seikhlasnya gitu buat joged hip hop. Tapi tetep ajah, tiap sequelnya tayang di biskop, saya selalu sayang buat ngelewatinnya. Mbak-mbak hotnya sih abaikan lah, saya nggak minat melototinnya. Tapi Vin Diesel-nya yang meranin karakter Dominic Toretto, meskipun as physicly, he’s not my type (Gile! Macem dia mau ama elu aja, Ndah!), badannya terlalu gedhe, saya takut mempan dicengkiwing begitu saja. Tapi hatinya loh, so drama! Dijamin lah bikin cewek sebiskop raya pada melting . Kekmana enggak? Segitu bangetnya dia berprinsip mengukuhkan Mbak Letty (Michelle Rodriguez) terpatri dalam di hati. #eaaaa. Ada yah, orang, cowok banget, badan gedhe, botak, tapi lembut so so gitu sama wanita, yang meskipun si wanitanya udah amnesia akut nggak inget apa-apa, bahkan udah jadi musuh, tapi teteeeeuuph aja dibelain abis. Deuh... #menatap_iri

Awal cerita dibuka dengan adegan Hobbs (Dwayne Johnson), agen DSS, semacem layanan keamanan diplomatik yang menemui Dom untuk menawarkan kesepakatan berupa kebebasan untuk kembali ke negaranya dan berkumpul bersama keluarga (setelah kisah-kisah sudah sebelumnya yang mengukuhkan Dom and team dengan sederet catatan kriminal dan nggak bisa kembali ke negaranya). Hobbs mengajukan syarat kepada Dom and team untuk dapat mengungkap jaringan/ organisasi tentara bayaran dengan pentolan bernama Shawn (diperankan oleh Luke Evans) yang lihai, mematikan, ahli kebut-kebutan dan semacemnya. Pokoknya udah jahat paling mentok deh.

Dom membentuk team yang diperkuat oleh tokoh-tokoh dari fast and furious sebelumnya, adalah Brian (Paul Walker), Han (Sung Kang) yang saling flirting dengan mbak-mbak satu teamnya Gisele (Gal Gadot) serta duo rapper Tej (Ludacris) dan Roman (Tyrese Gibson) yang membuat sepanjang film penuh celoteh kocak. Mereka menerima tawaran Hobbs karena disamping tawaran kebebasan, terlebih misteri tentang Letty yang selama ini dianggap telah meninggal kemungkinan bisa terungkap. Nggak tau kenapa, ketika penyusunan team dan strategi ini sedikit mengingatkan saya pada film squel Ocean (Ocenan 11, 12,13). Nggak cuman urusan di balapan dan kontak fisik saja, tapi saling stalking dan adu kepandaian dengan team lawan juga.

Dan begitulah, adegan kebut-kebutan di jalanan tak terelakkan. Setting film disebut-sebut dari Moskow, Macau, London, Spanyol hingga Tokyo. Awalnya sih tangguhnya tim lawan yang jumawa. Gear balapan team Shawn jelas lebih unggul dibandingkan dengan team Dom meski sepenuhnya disupport oleh Hobbs dan asistennya Riley (Gina Carano). Ya nggak seru lah, kalau film baru mulai jagoannya udah menang aja. Jangan tanya sederet merk tongkrongan yang mejeng di sepanjang film, saya cupu kalo urusan merk. Pokoknya bagus, branded, mahal, dan menaikkan pamor siapapun yang naik. Justin Lin sebagai sutradara patut diacungi jempol untuk membuat setiap detail adegan baku hantam menjadi menarik. Apalagi antusiasme penonton Indonesia yang penasaran dengan adegan berantemnya Joe Taslim di film ini sebagai Jah, tokoh antagonis anak buah Shawn yang memperoleh jatah cukup lumayan lama berada di depan layar. Adegan tangan kosong yang keren oleh si Joe untuk kabur dari kejaran Han dan Roman di sebuah publik area. Atau beranteman ala cewek-cewek tangguh antara Riley dan Letty yang ternyata setelah amnesia, ia rela mengabdikan diri menjadi salah satu anggota team Shawn.

Nggak melulu itu, Justin Lin pandai mengemas banyak adegan balapan menjadi tidak membosankan. Sebut saja ketika sesi kebut-kebutan antara Dom dan Letty diiringi sirine polisi kota London yang mampu membuat pemirsa merasa nostalgia dengan ciri khas fast and furious. Atau ketika setting film mulai berpindah ke Spanyol, adegan di sepanjang fly over yang menghubungkan tebing-tebing, ketika team lawan berhasil menyabotase tank milik NATO, dikendarai oleh Jah yang tanpa ampun menggilas segala mobil di depannya. Lalu sebuah adegan heroic Dom yang membuat seluruh penonton biskop menahan nafas karena saking dramatisnya (kalau mbak-mbak sebelah saya nonton agak lebay sih, sampe teriak-teriak sadis dan menuai tatapan aneh seisi biskop). Atau ketika penonton mendapat bonus surprise ketika mulai menganggap film happy ending dengan tertangkapnya jaringan Shawn, ternyata masih menyisakan adegan baku hantam dan balapan team Dom untuk menahan pesawat angkut tinggal landas.

Yang membuat saya bertanya-tanya, kenapa Han ‘hidup’ lagi di seri ke 6 fast and furious ini, sementara aturan mainnya dia sudah meninggal di seri tokyo drift? Atau alur per sequel film ini memang dibuat terbalik? Terlepas dari pertanyaan nggak penting saya dan spoiler di ocehan ini, tetep aja nonton filmnya adalah hiburan dan kepuasan tersendiri. Selalu ada pesan tersirat yang patut diambil, seperti prinsip Dom tentang mencintai keluarga, jangan meninggalkan keluarga, meski ia meninggalkanmu. Nggak persis gitu sih, hanya kira-kira, sejauh pemahaman saya.

**copy image semena-mena dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun