[caption id="attachment_288614" align="aligncenter" width="614" caption="kesaktian ponco untuk tenda darurat/ bivak"]
Pastikan kondisi fisik kita cukup sehat untuk melakukan pendakian. Beberapa pihak posko pendakian seperti TNBTS cukup ketat dan sudah mensyaratkan surat keterangan sehat bagi setiap pendaki. Ada baiknya melakukan medical check up untuk para pendaki yang berumur di atas 40 tahun. Olah raga rutin sekedar jogging sebelum mendaki pun cukup menjadi bekal untuk menjaga ritme perjalanan supaya tidak cepat lelah. Obat-obatan pribadi sebaiknya dipersiapkan meskipun tidak punya riwayat sakit tertentu untuk berjaga-jaga dari kecelakaan kecil seperti terkilir, tersayat duri, memar dan sebagainya.
[caption id="attachment_288419" align="aligncenter" width="614" caption="episode yang selalu menggantung rindu untuk mendaki"]
Gear mendaki. Usahakan peralatan kita mencukupi untuk naik gunung; carrier, tenda, matras dan sleeping bag adalah wajib hukumnya. Tidak jarang dijumpai pendaki nekat yang sekedar membawa diri tanpa peralatan dan berakhir dengan tewas kedinginan. Matras terkesan sepele hanya mendukung kenyamanan, tetapi lebih jauh dari itu, cukup membantu fungsi alas tenda yang biasanya masih tembus oleh basah tanah. Sementara sleeping bag adalah pelengkapan lindung utama pendaki terhadap hawa dingin gunung yang cenderung ekstrim. Peralatan memasak seperti kompor dan nesting sebaiknya diadakan karena hampir semua gunung tidak terjangkau oleh delivery service makanan, atau menyediakan fasilitas warung makan berjajar. Lebih dari itu sesi memasak di atas ketinggian dan makan bersama dalam satu tempat selalu menjadi momen istimewa untuk dikenang. Headlamp atau penerangan, bisa dikondisikan dengan senter biasa, tetapi karena kegiatan mendaki lebih mengutamakan dua tangan kita terbebas dari bawaan (supaya bisa berpegangan pada akar pohon, tanaman, batu dan sebagainya apabila melalui medan halang rintang), headlamp akan sangat membantu berjalan dalam kondisi gelap dan termasuk dalam list peralatan sakti. Gunakan alas kaki yang cukup kuat berada di medan sulit. Sandal jepit tentu saja tidak recommanded meski beberapa kali kutemui teman-teman pendaki tingkat pendekar cukup nyaman mengenakannya. Minimal kenakan sandal gunung, atau jika ada lebih baik menggunakan sepatu gunung untuk melindungi kaki dari gesekan dengan ilalang maupun medan berbatu. Gaiter, tracking pole dan sederet gear mendaki yang bermunculan diciptakan, bukan untuk gegayaan tetapi untuk memudahkan manusia bertahan di alam liar.
Management logistik. Pendaki pemula biasanya punya bayangan kekhawatiran terhadap kondisi kelaparan di alam liar. Bayangkan jika setiap personal membawa bekal dan memikirkan jumlah berlebih untuk anggota lain, akibatnya bekal membludak, berlebihan dan justru memberatkan beban selama perjalanan. Ada baiknya mengadakan mapping bekal dan peralatan sebelum mendaki, termasuk jumlah air dan jenis asupan energi yang akan kita konsumsi selama pendakian supaya management logistik kita tepat, tidak berlebih, tidak juga kekurangan. Kita bisa manfaatkan potensi alam gunung yang kita daki, perhatikan sumber air dan vegetasi yang bisa dikonsumsi untuk sayuran (selada air atau jenis pakis-pakisan misalnya). Apabila peralatan maupun perbekalan berlebihan, bisa dititipkan di posko pendakian.
Buddy system. Jangan pernah mendaki sendirian. Usahakan tetap ada minimal satu orang yang menemani apabila terpaksa harus nyempal dari rombongan untuk urusan se-private apapun, termasuk kebutuhan poop di tengah hutan, tidak peduli laki-laki atau perempuan. Bukan perkara berani atau cemen, tapi karena kita tidak boleh menyepelekan kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Sebisa mungkin satu team tetap bersama-sama.
Taati peraturan yang berlaku. Standardnya kita tidak diperkenankan mengambil apa yang ada di gunung (memetik edelweis adalah haram hukumnya menurut peraturan karena ancaman kepunahan), tidak merusak alam (termasuk menorehkan graffiti), menjaga etika kesopanan berbicara dan menjauhkan hawa kesombongan sebagai penghargaan terhadap lingkungan, meminimalisir penggunaan bahan kimia, serta tidak keluar dari jalur pendakian resmi, kecuali memang berkompeten mengadakan kegiatan buka jalur.
Untukku pribadi, menjadi kebanggaan tersendiri memiliki tanah air yang berlimpah gunung-gunung dengan pesona, keindahan alam dan karakteristiknya masing-masing. Setiap kesempatan mendakinya adalah sebuah ungkapan rasa syukur yang semakin dalam. Meniti puncaknya adalah bonus lebih untuk menikmati pemandangan. Semoga setiap langkah yang ditempuh selalu menuai manfaat dan ridho-Nya. Bentuk kebahagiaan yang semakin lengkap karena selalu ada janji persahabatan di setiap jengkal lereng dan punggungan bukit, seperti janji Arjuno yang mengajarkanku untuk memaknai hidup lebih tinggi.
** foto koleksi penulis dan koleksi teman seperpendakian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H