“menulis itu bekerja untuk keabadian. Dengan menulis, maka seseorang akan terus ada sekalipun jasadnya sudah dipendam tanah. Seseorang yang rajin menulis maka hidupnya akan abadi, tak lekang digerus zaman. Ia senantiasa hidup berkat karya-karyanya. Keabadiannya terletak pada karya-karya tulisannya yang dibaca banyak orang, yang pada akhirnya mengalirkan pahala kebaikan bagi si empunya tulisan.”
(Pramoedya Ananta Toer )
Dewasa ini globalisasi diyakini membawa dampak yang luas diberbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang pendidikan. Pendidikan adalah hal urgen yang tak pernah terhenti dari pembahasan, karena pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Kemendigbud (2015:32) Indonesia dalam Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005—2025 menyatakan bahwa visi 2025 adalah menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna).
Untuk mewujudkan visi tersebut membutuhkan banyak keterlibatan, termasuk dari obyek pendidikan itu sendiri yaitu manusia. Mahasiswa adalah salah satu elemen yang harus berkontribusi untuk mewujudkan visi tersebut. Mahasiswa adalah siswa dalam tataran maha atau yang paling tinggi yang menempuh pendidikan tinggi disebuah perguruan tinggi ,atau mahasiswa bisa disebut sebagai pemuda yang siap membuat perubahan untuk Indonesia dengan ilmunya.
Sebagai wujud pengamalan dari ilmunya sudah saatnya mahasiswa berkontribusi untuk pembangunan pendidikan di Indonesia sedini mungkin. Salah satu bentuk kontribusi yang dapat dilakukan adalah dengan menuliskan ilmu yang telah dipahaminya. Menulis bukanlah suatu hal yang sulit, yang menjadikan sulit salah satunya adalah ketidakmauaan untuk memulainya, dan merasa takut mendapat kritikan dari tulisannya. Ini lah yang lama-lama menjadi sindrom ketakutan untuk menulis, dan ini haruslah dikikis dan dihentikan.
Oleh karenanya mahasiswa harus memahami bahwa menulis merupakan salah satu simbol peradaban manusia. Melalui tulisan, kita bisa tahu ada sesuatu yang ditinggalkan dan diwariskan peradaban masa tertentu. Menurut Pramoedya Ananta Toer menulis itu bekerja untuk keabadian. Dengan menulis, maka seseorang akan terus ada sekalipun jasadnya sudah dipendam tanah. Seseorang yang rajin menulis maka hidupnya akan abadi, tak lekang digerus zaman. Ia senantiasa hidup berkat karya-karyanya. Keabadiannya terletak pada karya-karya tulisannya yang dibaca banyak orang, yang pada akhirnya mengalirkan pahala kebaikan bagi si empunya tulisan.
Setelah memahami pentinya menulis maka amalkanlah. Menulislah jangan pernah takut dengan kritikan-kritikan karena dengan keterbukan untuk siap dikritik melalui kritikan yang mebangun adalah awal dibukanya untuk menambah khazanah keilmuan. Dalam era ini banyak media elektronik sebagai sarana yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan menulis.
Sederhana, beranilah memuluai untuk menulis, dari mulai yang sederhana misalnya artikel, esai, cerita hikmah, atau dapat berupa jurnal dan lain-lain. Tulisan ini bisa dikirimkan di koran atau di unggah. salah satunya bisa melalui blog atau kompasinana. Pembuatan blog melalui web blog atau kompasiana cukup sederhana. Tinggal ketik daftar , kemudian akan muncul langkah-langkah nya. Melaui media Blog atau Kompasiana tulisan ini bersifat terbuka artinya tulisan ini bisa dikomentari oleh pembaca lain, sehingga dengan ini akan terjadi tukar menukar informasi.
Pentingnya menulis juga dijelaskan dalam Al Quran surat Al-‘Alaq 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.,3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.