Mohon tunggu...
Endah Retnosari
Endah Retnosari Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA di SMP Negeri 2 Wangon

Sebagai Tenaga Pendidik di SMP Negeri 2 Wangon, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa tengah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesona Bintang

3 Februari 2022   07:49 Diperbarui: 3 Februari 2022   07:50 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                  PESONA BINTANG

 

              Perkenalkan, namaku Candra. Lebih lengkapnya namaku Arsyla Candra Maheswari. Namaku ini memang kedengarannya seperti cowok, tapi aku ini cewek. Memang aku ini agak tomboy, seperti namaku, tapi yang namanya cewek ya tetep cewek. Aku mempunyai sahabat bernama  Pesona Bintang dia adalah seorang cowok. Ia dan aku sudah bersahabat sejak TK karena kami selalu berada di satu sekolah dan kelas yang sama. Rumah kami juga berdekatan, tidak lebih dari 1 kompleks perumahan. Kami selalu bersama. Jika Bintang ada, aku pasti ada bersamanya. Mungkin itu yang menyebabkan aku jadi agak tomboy, suka bermain bola yang merupakan kesenangan laki-laki. Menurutku, saat-saat seperti itulah yang paling menyenangkan.        

              Ketika malam mulai menampakkan diri, aku duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Aku memandang langit yang gelap, hanya ada rembulan yang memantulkan sebagian dari sinarnya seakan dialah benda yang paling indah di angkasa. Tak ada bintang yang dapat aku lihat, semua bersembunyi dibalik awan, barangkali malu untuk kulihat, kataku dalam hati sambil aku tersenyum sendirian. Angin malam berhembus sepoi-sepoi, seolah-olah menghembuskan udara pada wajahku yang lembut. Awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri di kegelapan malam. Ah, ternyata hanya ada satu bintang di balik awan, senyumku tersungging di balik bibirku yang mungil.

              Ya Rabb...bintanglah yang selalu menyinarkan cahaya yang begitu nyaman untuk bumi. Bintang juga yang membuat bulan dapat memiliki cahaya. Ya Rabb...ternyata setitik cahaya pun bisa memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang gelap di malam hari. Ah, seandainya ketika aku  membuka jendela, memandang langit dan tak aku temukan bintang mungkin malam itu akan menambah kesedihanku. Aku sempat bertanya kepada bintang' Wahai bintang, kenapa kamu tetap diam, tidakah kamu mau menjadi sahabatku. Dengan kerendahan hatinya, bintang seakan tidak mempedulikan semua keluh kesahku, bintang hanya bisa tersenyum. Dengan senyuman yang begitu manis, bintang tidak menjawab semua pertanyaanku."Lalu aku harus bagaimana? Bukankah tugas bintang untuk menemani malam yang begitu mencekam? Apakah aku harus iri? Padahal Dia tidak pernah marah meskipun hamba-Nya lupa."

              Suatu malam, aku dan Bintang sahabatku sedang jalan-jalan dialun-alun Kotawa, jalan-jalanku bersama Bintang dipenuhi dengan canda tawa. Hingga ada satu pertanyaan dari Bintang yang membuat jalan-jalanku terhenti sebentar.

"Candra, kalau seandainya aku pergi, kamu mau gimana?"

"Mana mungkin kamu berani pergi sendiri, aku tau kamu itu masih penakut!" Aku tertawa.

"Iiih...ini bukan candaan tau, aku serius!" Ujar Bintang. Aku berhenti tertawa dan memandang ke Bintang.

"Memang kamu mau ke mana?"

"Emm, nanti aku ceritain, sekarang kamu jawab dulu!" Bintang berusaha menyembunyikan sesuatu.

"Aku akan membuat kenangan indah bersamamu agar engkau tak melupakanku, terus aku juga tak ingin persahabatan kita putus karena kita tak berdekatan" jawab Bintang.

"Terus kalau seandainya aku pergi malam ini, gimana?"

"Iih, kamu sebenernya  mau ke mana sih?"

"Duduk dulu yuk aku cape, nanti kita lanjutkan lagi jalan-jalannya!" Bintang duduk disebelahku, dia tak mau menjawab pertanyaanku.

Dengan perasaan bingung aku duduk terdiam. Aku memilih duduk di hamparan tanah yang sudah tertutup oleh rumput yang hijau. Lalu aku memulai kembali untuk mengobrol.

"Memang Bintang mau pergi ke mana sih?" Tanyaku penasaran.

"Engga usah dibahas, toh sekarang aku masih disini, masih bersamamu, malam ini kita ngobrol yang lain aja,"Pinta Bintang.

"Ntar kamu juga tek kasih tahu, kira-kira aku mau pergi kemana, ha..ha kamu kan sahabatku" Jelas Bintang sambil tertawa.

Hari sudah malam aku dan Bintang akhirnya memutuskan untuk pulang. Ketika perjalanan pulang entah mengapa perasaanku tidak enak.

"Perasaanku ngga enak banget ya,"Ucapku cemas.

"Sudahlah Ndra, santai aja, ngga bakalan ada apa-apa,"Jawab Bintang dengan santai.

Entah saking asyik aku dan Bintang mengobrol, aku tidak menyadari ada sebuah kijang berwarna hitam melintas cepat didepan aku dan Bintang. 

"Awaaasssss! Bintaaaaang! Di depan ada mobil!"Teriak Aku.

Bruuukk. Bintang sahabatku jatuh terserempet mobil kijang itu. Aku tak kuasa menahan air mata yang terus menerus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku membuka mataku sedikit demi sedikit, aku melihat ibu berada disampingku.

"Ndra..kamu sudah sadar Nak?"Tanya ibuku.

"Ibu, aku dimana? Dimana Bintang Bu..?"Tanyaku.

"Kamu berada di rumah sakit Nak." Kamu yang sabar ya?" Bintang tidak tertolong di lokasi kecelakaan." Jawab ibuku sambil menitikkan air mata.

Aku terdiam mendengar ucapan ibuku dan air mataku perlahan-lahan turun membasahi wajahku, tangisku pecah, dadaku terasa sesak mendengar pernyataan ibuku.

"Bintang kenapa kamu tinggalkan aku, padahal kamu mau bercerita...inikah jawaban akhir yang kau maksud...Bintang kau sahabatku yang paling baik, kenapa kamu meninggalkan aku begitu cepat.  Kamu tidak sayang sama aku," Batinku berontak,"Alloh tidak adil kepadaku,"

Sebulan berlalu, aku ditemani keluargaku pergi berkunjung ke makam Bintang. Aku berhadap aku bisa menghabiskan waktu bersama Bintang seperti dulu lagi.  Tetapi sekarang semua itu hanya angan-angan saja. Yang aku dapati hanya segunduk tanah merah yang basah bertabur bunga yang mulai mengering. Aku hanya bisa merasakan kehadiran Bintang...dipusaran merah itu air mataku menetes, dalam hatiku aku berjanji akan mengenang Bintang sahabatku selamanya. Kini, bila aku kangen bertemu Bintang, yang kulakukan hanya melihat Bintang di langit, karena Bintang yang selalu bersamaku sekarang menjauh dariku. Aku hanya bedoa, semoga sahabatku Bintang damai di alam keabadian. Bintang sahabatku, engkau hanya seperti setitik bintang di kegelapan malam, terkadang aku tak menyadari ada cahaya kecil dalam malam yang gelap, yang bernama bintang. Betapa indahnya persahabatan kita walaupun sekarang aku tidak bisa bersamamu lagi, cahayamu seperti bintang yang akan selalu menyinari hatiku dan aku hanya bisa mengenangmu. Selamat jalan sahabatku Bintang.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun