Terlalu sulit mengkonfirmasinya satu persatu. Nah di sinilah kita membutuhkan buah pikiran tokoh yang mengarahkan kita untuk memproses informasi tersebut. Beberapa tokoh memberi ulasan tentang suatu permasalahan dengan gamblang yang tidak provokatif. Biasanya tokoh-tokoh ini memiliki ruang tersendiri di dunia maya yang dapat kita kunjungi setiap saat.
Ketiga, menahan diri untuk tidak menurutkan nafsu "kepo". Biasanya begitu ada seliweran berita di media sosial, kita terprovokasi dengan judulnya. Memang begitulah aturan di dunia jurnalistis. Penulis menarik keingintahuan pembaca melalui judulnya yang bombastis. Sekali kita mengklik tautan itu, biasanya kita akan terseret arus untuk menelusuri berita lain yang tak terkonfirmasi. Semakin jauh terseret arus, kita akan semakin tenggelam dalam pusaran informasi kelabu seperti yang sudah dijelaskan di depan.
Setidaknya, tiga hal itulah yang menurut saya dapat menyelamatkan kita dari derasnya arus informasi.
Blitar, 29 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H