MENYOAL POTRET LEBARAN DAN REKAM JEJAK JADI PENGAWAS DI KEC. SINDANG
(Refleksi malam Idulfitri 1444 H)
TMT 14 Januari 2021 adalah awal kami mendapat amanah baru. Ya, amanah menjadi pengawas sekolah (PS). Sebuah amanah  antara suka dan duka.
Disebut "duka" Karena amanah menjadi PS merupakan pilihan berat selama perjalanan karier kami seorang  PNS. Sebelum SK pengangkatan PS diberikan oleh bapak Bupati Majalengka, pihak BKPSDM Majalengka menawarkan sebuah pilihan yang menebarkan hati *lanjut jadi PS atau kembali kepada status guru/kepala sekolah*
Pada saat itu kami, Bakal Calon Pengawas Sekolah (BCPS) dari satuan pendidikan SD dan SMP berada dalam dilema serius. Kami harus memutuskan dalam tempo yang sesingkat singkatnya. Hanya beberapa jam saja. *Lanjut atau tidak*
Adapun disebut "suka" Karena harapan menjadi PS sudah di depan mata. Meminjam istilah bapak doktor Dartum, _"Saudara tinggal memilih, menebang pohon duren lalu mendirikan kandang domba atau tidak menebang pohon duren dan tidak mendirikan kandang domba!_
Pilihan yang menarik tetapi penuh dengan resiko dan tantangan yang tdk mudah. Betul betul dilema.
*MENGGAPAI MIMPI VS RESIKO*
Dengan penuh tekad dan  keyakinan, meminjam ungkapan Mas Al seorang BCPS dari Cikijing, _"Yi, rejeki mah timana bae jalanna. Kita putuskan saja "Ya" Bismillah! "_ ujarnya dengan semangat, tetapi suaranya melemah seperti angin malam.
Kami akhirnya sepakat memilih "memotong pohon duren".Ya memotong pohon duren, tetapi selama  satu tahun lamanya kami belum  bisa mendirikan kandang domba sebagaimana harapan doktor Dartum.
Pohon duren sudah kami tebang, namun ketika kami akan mendirikan kandang domba kami belum memiliki modal. Modal kami diinden terlebih dahulu, karena belum mengikuti diklat PS dari LP2KSPS sebagai syarat utama memperoleh modal. Akhirnya kami harus berlari antara sofa dan marwah selama satu tahun lamanya.
Ya, satu tahun lamanya kami bolak balik antara sofa dan marwah dengan penuh keyakinan dan ketawakalan.
*MENIKMATI AMANAH*
Waktu terus bergulir, melaju bak roda empat dengan kecepatan 60/jam. Suka dan duka tidak lagi terasa. Tetapi bolak balik lari antara sofa dan Marwah masih tersisa dalam ingatan di jam dinding kami.