Menuangkan gagasan lewat tulisan merupakan sesuatu yang menyenangkan. Terlebih jika tulisan tersebut dimuat dimedia cetak lokal atau nasional seraya menghasilkan honorarium.Â
Memperoleh honorarium dari tulisan nikmatnya luar biasa. Berdasarkan pengalaman saya menerima berbagai honor dari surat kabar, meskipun hanya Rp 300.000,00 dari satu naskah tulisan, aduuuh bangganya bukan main!
Bagi rekan-rekan yang tulisannya pernah dimuat di media cetak, tentu memiliki perasaan yang sama. Bangga, seneng bahkan seneng banget. Terlebih saat  kita mengecek rekening bank ternyata bertambah gemuk. Iiiiih....senengnya bukan main. Jika saya amati, kenapa kita merasa seneng banget saat menerima honorarium dari surat kabar? Salah satunya karena menulis itu keberkahan.
Menulis itu butuh waktu, butuh konsentrasi dan butuh mood. Jadi, ketiga aspek ini terasa syarat makna. Apabila mood menulis lemah, tidak mungkin bisa menulis. Jika konsentrasi berantakan, menulis pun jadi kalang kabut. Apalagi jika tidak ada waktu untuk menulis karena kesibukan rutin, tentu saja tulisan menjadi zonk.
Sejelek apapun tulisan yang kita buat pasti harus memenuhi tiga syarat itu. Waktu, konsentrasi, mood. Nah, dengan demikian jangan mudah merendahkan tulisan orang lain. Menulis itu butuh berdarah-darah. Butuh fokus dan kesiapan yang luar biasa. Tanpa itu semua, sehebat apapun kita tidak mungkin bisa menulis. Ya, siih kalau sekedar menilai dengan bahasa lisan terhadap sebuah tulisan, Â itu mah gampang saja. Tetapi coba buktikan dengan bahasa tulis, apakah orang yang mencibir tulisan yang dianggapnya jelek, ia mampu membuat tulisan yang sejenis?Â
Berbicara waktu, konsentrasi, mood  saya jadi teringat sebuah pertanyaan dari peserta bimtek cara menulis artikel di WAG beberapa waktu lalu, "Jika waktu untuk menulis ada, konsentrasi untuk menulis ok, tapi mood tidak ada, apa yang harus kita lakukan?"Â
Nah, pertanyaan ini sangat menggelitik.
Jawaban untuk pertanyaan ini sebagai berikut.
1. Perbanyak membaca tulisan orang lain yang sesuai dengan minat kita. Dengan banyak membaca karya orang lain disaat kita malas menulis dipastikan mood kita kembali normal. Tetapi ingat bacaannya yang sesuai dengan minat kita. Jangan membaca tulisan orang lain yang tidak sesuai dengan minat kita ya.Â
2. Melakukan diskusi tentang menulis. Menulis itu ibarat iman. Kadang naik kadang turun. Naik turunnya iman tergantung pada pupuknya iman, yakni ilmu. Nah, demikian juga dengan menulis. Kadang naik. Kadang turun. Jika ini terjadi, maka perbanyaklah diskusi dengan teman tentang kepenulisan. Insha Allah mood kita kembali normal.Â
3. Paksakan menulis meskipun hanya satu kalimat. Saat mood menulis kita berada di titik nol, saat yang sama tingkat malas sangat tinggi. Nah, jika ini terjadi lawanlah  dengan duduk di depan laptop untuk menuliskan sesuatu yang enggan kita tuliskan. Dengan memaksakan diri menulis di depan leptop seperti ini, dipastikan ini cara ampuh untuk mengatasi mood yang rendah.Â