Berapa jumlah utang Anda sekarang? Kurang dari 100 juta? 100-200 juta? 200-500 juta? Atau lebih dari 500 juta? Utang terdiri dari dua jenis. Utang kepada perorangan. Utang kepada lembaga keuangan. Apapun jenis utang kita, yang pasti utang bikin 'sesek'.Â
Utang lahir karena beberapa penyebab. Pertama, membangun rumah. Kedua, investasi usaha. Ketiga, biaya berobat. Keempat, mengkuliahkan anak. Â Kelima, hajatan.
Setiap orang pasti memiliki utang. Besar kecilnya utang tergantung perbandingan. Utang sepuluh juta bisa termasuk kategori besar bisa juga kategori kecil.Â
Jika utang sepuluh juta dibandingkan dengan utang 100 juta, utang itu termasuk kecil. Namun, jika utang sepuluh juta dibandingkan dengan utang satu juta. Maka, utang sepuluh juta itu terasa besar.Â
Kenapa setiap orang Indonesia dipastikan memiliki utang? Karena negara ini infalasinya masih tinggi. Itulah sebabnya, hanya dua tiga orang yang tidak memiliki utang ketika yang bersangkutan dijamin kehidupannya oleh orang lain.
Utang itu ada dua bentuk. Utang buruk dan utang baik. Utang buruk adalah utang yang dilakukan seseorang untuk memenuhi hasrat dan keinginan secara tidak rasional.Â
Misalnya, membeli jam tangan bermerek tetapi uangnya pinjam dari bank. Ia beli jam tangan karena gengsi. Contoh lain, melakukan pesta besar besaran padahal sebagian besar uangnya pinjam dari pihak ketiga. Adapun yang dimaksud utang baik adalah utang yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan modal usaha agar lebih berkembang.
Sebaiknya kita jangan berutang. Namun demikian, sepertinya butuh perjuangan yang luar biasa. Saya sendiri merasakan utang tidak bisa dihindari. Ingin memiliki rumah, saya berutang dulu ke Bank BJB. Ingin membeli kebun dan sawah  juga berutang ke bank untuk tambahannya.Â
Utang akan mudah diperoleh bagi mereka yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).Â
Di Indonesia, PNS merupakan nasabah empuk bagi bank. Ketika PNS masih aktif bekerja bank terus merayu agar SK nya disimpan di Bank. Ketika guru-guru memperoleh sertifikasi, bank pun melakukan jurus mautnya. Bergerilya dengan berbagai promosi yang menggiurkan. BPR dan bank sejenis datang langsung ke sekolah untuk menawarkan produk utang.Â
Selanjutnya, ketika seorang PNS akan pensiun, bank pun terus mengejarnya agar SK pensiunnya disimpan di bank. Sampai mati pun bank berharap SKnya tetap berada di bank. Itulah dinamika utang piutang yang terjadi.
Cara Melunasi Utang dari Honor Tulisan
Bagaimana cara melunasi utang? Bisa dengan cara tunai, atau nyicil. Â Tetapi ada juga cara membayar utang dari honor tulisan. Bagaimana ceritanya?Â
Kemarin saya membaca kisah nyata dari WhatsAap group. Saya kutif ya cerita tersebut seluruhnya. Menurut penulisnya ia memiliki seorang teman. Namanya Dewa Eka Prayogo. Beliau penulis buku, pembisnis, dan inspirator hebat. Menurut beliau, hidup kang Dewa sangat miris.Â
Bagaimana tidak di usia 21 tahun kang Dewa terlilit utang sebanyak 7,7 Milyar karena tertipu investasi bodong. Uang dari investor yang menanam modal diboyong kabur bersama parner bisnisnya.
Lalu apa yang Kang Dewa lakukan untuk melunasi utangnya? Menurut cerita si penulis kang Dewa menulis buku, lalu dijual. Adapun tahapnya, ia membentuk tim reseller sebagai penjual buku. Ia memiliki 2000 lebih reseller.Â
Dari satu buku untungnya Rp 50.000,00. Katakanlah satu hari seorang reseller menjual  satu buku. Maka  2000 reseller  kali  Rp 50.000,00 = Rp 100 juta. Nah, dengan pola ini dalam jangka lima tahun utang kang Dewa 7,7 M lunas. Sangat inspiratif!
Setelah saya membaca kisah tersebut, sejujurnya saya termotivasi. Termotivasi untuk terus menulis dan terus menulis. Menulis adalah awal agar kita bisa melunasi utang. Kisah sukses kang Dewa Eka Prayogo mudah mudahan bisa nenular kepada kita. Kita pun bisa sukses melunasi utang dari honor tulisan.
Majalengka, 30 April 2022
Tulisan ke-33 dari 1000 tulisan yang akan disajikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H