Mohon tunggu...
Encon Rahman
Encon Rahman Mohon Tunggu... Guru - Encon Rahman Guru penerima penghargaan internasional dari PMCA Thailand 2017. Narasumber berbagai pelatihan di tingkat nasional.

Encon Rahman narasumber dan trainer.. Pengawas sekolah dinas pendidikan Kabupaten Majalengka.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

(30) 4 Kiat agar Artikel Selalu Dimuat di Surat Kabar

26 April 2022   02:51 Diperbarui: 26 April 2022   03:23 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa rahasianya agar setiap mengirim artikel selalu terpilih oleh redaktur surat kabar?"

Banyak motivasi seseorang menulis artikel ke surat kabar. Salah satu motivasi itu, untuk memperoleh honorarium. Honorraium dari surat kabar di Indonesia sangat menjanjikan. Betapa tidak, honorarium terkecil dari surat kabar nasional belakangan ini sekitar Rp 300.000,00. Jika dari 30 hari tulisan kita dimuat 10 kali saja, kita akan mengantongi penghasilan Rp 3.000.000,00. Penghasilan itu setara dengan penghasilan PNS golongan III per bulan.

Terlebih koran nasional seperti harian umum Kompas yang menghargai satu tulisan artikel untuk pembacanya sebesar Rp 1.000.000,00 (pengalaman tahun 2018). Andai saja tulisan kita dimuat 10 kali  dari 30 hari di harian umum Kompas, maka Rp 10.000,000,00 akan kita kantongi setiap bulan. Penghasilan itu setara dengan gaji manajer perusahaan. 

Manisnya memperoleh honorarium dari berbagai surat kabar  pada hakikatnya sebanding dengan perjuangan tanpa kenal lelah. Meminjam istilah rekan saya, harus berdarah-darah. Betapa tidak, untuk memperoleh honor sebanyak itu seorang penulis harus fokus. Ya, fokus seperti seorang pekerja di perusahaan. Tanpa keseriusan, mustahil angka yang menggiurkan itu bisa diperoleh.

Banyak penulis pemula yang mimpi tulisannya bisa dimuat di koran, seraya memperoleh honorarium. Namun, faktanya lain. Selain tidak dimuat, juga tidak pernah mendapatkan honor serupiah pun dari tulisannya itu. Nah, jika demikian adanya ia menjadi tidak lagi semangat untuk menulis. Pada akhirnya, ia mengalami mati suri dalam aktivitas menulis.

Agar kita tidak  mati suri pada saat memiliki niat mengirim tulisan ke koran atau majalah. Maka tipsnya antara lain, pertama carilah surat kabar lokal terlebih dahulu. 

Kirimkan tulisan kita ke koran tersebut. Jangan dulu berambisi mengirim tulisna ke media cetak nasional. Di koran lokal ada dua kemungkinan. Tulisan kita dibayar atau sebaliknya. Jika dibayar biasanya tidak lebih antara Rp50.000 -Rp 150.000,00. 

Kedua,  jika tidak dibayar itung-itung latihan menulis. Sejujurnya, apabila tulisan kita dimuat di koran, wah senengnya bukan main! Itulah sebabnya, menulis di koran lokal yang tidak dibayar pun bisa memelihara semangat kita sebagai penulis pemula. 

Ketiga, jika tulisan kita sudah dimuat di koran lokal jangan dulu berambisi ingin menulis di koran nasional. Saya menyarakan fokus dulu di koran lokal minimal satu hingga dua tahun agar nama kita dikenal oleh redaktur dan pembaca. 

Nah, setelah dua tiga tahun baru silakan Anda mencoba berpetualang di koran tingkat nasional. Cara-cara ini pernah saya lakukan. Dampaknya, motivasi saya menulis tetap terjaga. Saya hingga hari ini, tidak pernah rewel dengan honorarium menulis di koran. 

Maksudnya, meskipun honor yang saya peroleh dari koran lokal  hanya memberi Rp 50.000,00 saya tetap konsisten menulis. Biasanya saya kumpulkan beberapa edisi pemuatan dalam satu bulannya. 

Setelah mencapai angka Rp 300.000,00 atau Rp 500.000,00 baru saya datang ke redaksi untuk mengambil honor tersebut. Tidak akan hilang kok honor kita, yang penting kita memiliki bukti pemuatan berupa kliping koran tersebut.

Selanjutnya agar setiap mengirim artikel selalu terpilih oleh redaktur surat kabar ini rahasianya. Ada empat rahasia yang bisa Anda coba agar tulisan yang Anda kirim selalu dimuat redaktur. 

Pertama, artikel harus faktual. Kedua, gagasan kita harus berbeda dari sudut pandang penulis lain. 

Ketiga, perhatikan etika dan tatakrama penulisan naskah ke koran. Keempat, fokus satu bidang ilmu. Jangan menulis berbagai cabang ilmu. Banyak penulis pemula yang bernapsu ingin menulis berbagai disiplin ilmu. 

Puisi ditulis, cerpen ditulis, artikel ditulis, feature ditulis, kesehatan ditulis, politik ditulis. Penulis seperti ini sejujurnya kurang disukai redaksi. Saran saya jika berminat menulis untuk koran cukup satu bidang ilmu saja. Jika nama kita sudah terkenl baru boleh menulis bidang ilmu berikutnya. Itu pun paling banter dua bidang ilmu.

Majalengka, 26 April 2022

Tulisna ke-30 dari 1000 tulisan yang akan disajikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun