Pada kesempatan ini saya ingin bercerita tentang pengalaman pribadi. Â Kisah ini tidak bermaksud takabur, sombong, atau membanggakan diri. Tujuan tulisan ini semata-mata hanya ingin memotivasi rekan guru atau sejawat yang memiliki impian ingin menjadi juara satu guru berprestasi (gupres) tingkat nasional. Saya berharap dengan membaca kisah ini, rekan-rekan akan termotivasi untuk mengikuti rekam jejak yang pernah dialami.Â
Pengalaman adalah guru terbaik. Itulah sebabnya, sesuatu yang tidak bisa dikejar oleh seseorang dalam menjalani hidup ini adalah jam terbang atau pengalaman hidup. Seseorang dengan mudah bisa meraih pendidikan S1, S2, atau S3, asal memiliki semangat kuliah dan biaya. Namun, untuk mengejar pengalaman hidup seperti orang lain tentu tidak mudah.Â
Nah, berdasarkan asumsi di atas, saya berharap cerita ini bisa menjadi referensi dalam mengejar mimpi. Mimpi harus diciptakan sekaligus diwujudkan. Untuk bisa mewujudkan mimpi, maka teknik terbaik yaitu banyak membaca rekam jejek perjalanan hidup seseorang dalam mewujudkan mimpi tersebut. Dengan banyak membaca, menyimak, dan bertanya tentang mimpi yang senada, kita akan lebih cepat melesat menjadi seorang pemenang dalam kehidupan ini.
Rahasia Sukses menjadi Guru Berprestasi
Sejak saya diterima menjadi guru PNS, saya memiliki mimpi ingin menjadi juara pada lomba gupres. Lomba gupres ini setiap tahun selalu diselenggarakan Kemendikbud. Â Untuk mewujudkan mimpi itu, saya banyak bertanya kepada rekan yang pernah ikut lomba gupres. Baik yang bersangkutan pernah menjadi juara ataupun belum pernah menjadi juara. Bagi saya pengalaman mereka sangat berharga untuk mewujudkan impian saya.
Singkat cerita, menurut informasi yang saya peroleh, kriteria para juara tingkat nasional adalah mereka yang memiliki banyak buku dan tulisan yang dimuat diberbagai media cetak. Informasi ini bagi saya merupakan tantangan tersendiri. Mengapa demikian? Karena pada waktu itu saya belum memiliki satu pun buku yang diterbitkan berISBN. Pada sisi lain, saya baru diangkat menjadi guru. Untuk mengikuti lomba gupres, syaratnya harus memiliki pengalaman mengajar  minimal 5 tahun.Â
Nah, selama lima tahun saya mempersiapkan "amunisi" untuk ikut lomba gupres. Salah satu "amunisi" yang saya siapkan adalah menulis berbagai jenis tulisan yang saya kirim berbagai media cetak. Baik, tulisan berupa puisi, cerpen, artikel, opini, atau esay. Target saya setiap hari adalah menulis. Kemudian tulisan itu saya kirim ke surat kabar atau majalah lokal dan nasional. Selama 4 tahun saya mampu menghasilkan tulisan yang dimuat diberbagai media sebanyak 250 tulisan.
Pada tahun 2016 saya ikut ajang lomba gupres. Alhamdulilah dengan takdir Allah, saya menjadi juara kesatu tingkat nasional dengan hadiah dari kemendibud pada saat itu sebesar Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) plus leptop dan hadiah lainnya. Apa yang menyebabkan saya menjadi juara kesatu? Â Wasilahnya karena artikel yang saya ajukan kepada dewan juri pada saat itu sangat banyak. Ya, sekitar 150 tulisan. Kondisi ini disebabkan karena karya tulis yang diminta harus tiga tahun terakhir. Dari 250 ttulisan yang dimuat, hanya 150 yang bisa diajukan.
Catatan Akhir
Dari rekam jejak yang saya paparkan di atas, dapat ditarik garis simpul bahwa rajin menulis artikel ke media cetak ternyata dapat mewujudkan impian saya menjadi juara satu gupres tingkat nasional. Ayo, yang memiliki mimpi seperti saya, silakan dari sekarang siapkan "amunisinya". Jangan lupa setiap tulisan yang dimuat di koran dan majalah dikliping ya sebagai bukti fisik portofolio.
Majalengka, 17 April 2022
Tulisan ke-22 dari 1000 tulisan yang akan disajikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H