Aku, Kamu, dan Dia
Aku,
pelajar bangsa yang mengobral jeritan terhadap keadaan
mengeluh letih hanya untuk mengingat seribu patah kata di hariku
terlepas dari belenggu? tertipu oleh bias intan
Kamu,
pahlawan devisa menakjubkan bagi negara
penuh peluh keringat mengais hidupmu
terlepas dari belenggu? tertipu oleh Dia
Dia,
istana bak kerajaan surga akhir pekan
telunjukpun dapat bergaung sejak belia
melepas dari belenggu? tidak akan!
Aku dan kamu tiada beda
Kasta hanya membuatku mengorek kata lebih dalam
Maafkan kaumku tak pernah terpikir untuk menjadi Dia
Karena intan yang terbias oleh malam
Puisi ini saya buat sebagai renungan untuk kita semua agar memberi solusi bukan hanya mencaci.
Marilah kita gerakkan roda perekonomian kita sendiri. Agar tak ada lagi siksaan yang lebih mendalam terhadap sendi-sendi bangsa kita.
Kalau bukan kita siapa lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H