Mohon tunggu...
Encep Nurdin S.Pd
Encep Nurdin S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi di SMAN 1 PARONGPONG

Saya seorang guru Biologi alumni dari UNPAS Tahun 2001 yang mempunyai hobby sebagai Fotografer, Membaca dan Menulis, Videografer dan Editor untuk konten-konten film pendek, video tutorial, Fotografer Wedding dan lain-lain. Selain itu saya juga seorang penulis Artikel dan sedang belajar menulis puisi dengan tema bebas yang berhubungan dengan kemanusiaan serta menyukai traveling, camping dan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam. Contact Person : 0881022164165

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Pendakian Gunung Ciremai dan Aura Mistisnya yang Kental

25 Agustus 2023   10:14 Diperbarui: 28 Agustus 2023   09:23 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur Linggasana Gunung Ciremai Sumber Foto: Dokpri

Gunung Ciremai dengan ketinggian 3078 MDPL merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, gunung Ciremai, juga dikenal sebagai Gunung Cereme, adalah gunung berapi bertipe Stratovolcano yang terletak di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini merupakan salah satu gunung tertinggi di Jawa Barat dan sering dijadikan destinasi pendakian oleh para pendaki gunung. Berikut beberapa informasi mengenai Gunung Ciremai:

1. Lokasi: Gunung Ciremai terletak di perbatasan antara Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Koordinatnya berkisar antara 643'10"S dan 10824'28"E.

2. Ketinggian: Puncak tertinggi Gunung Ciremai, yang disebut Puncak Jaya (dalam bahasa Sunda disebut "Tinggi," dengan ketinggian sekitar 3.078 meter di atas permukaan laut.

3. Aktivitas: Meskipun Gunung Ciremai saat ini tidak diketahui aktif secara vulkanik, namun dalam sejarahnya, gunung ini pernah mengalami letusan. Namun, sejak saat itu, tidak ada catatan tentang aktivitas vulkanik yang signifikan.

4. Pendakian: Gunung Ciremai menjadi tujuan pendakian yang populer di Jawa Barat. Terdapat beberapa jalur pendakian yang dapat dipilih oleh para pendaki, seperti jalur Apuy, Linggarjati, Palutungan, dan lainnya. Gunung ini menawarkan pemandangan alam yang indah, termasuk hutan tropis, hamparan bunga Edelweis, serta pemandangan pegunungan sekitarnya.

5. Budaya: Selain keindahan alamnya, Gunung Ciremai juga memiliki nilai budaya dan religius bagi masyarakat setempat. Terdapat tempat ibadah di lereng gunung, seperti Makam Nyi Roro Kidul dan Makam Embah Dalem Rangga Gempol.

6. Konservasi: Bagian dari Gunung Ciremai termasuk dalam Taman Nasional Gunung Ciremai, yang memiliki tujuan utama untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistem alam gunung tersebut.

Pendakian ke Gunung Ciremai memerlukan persiapan yang matang, termasuk perbekalan, pakaian hangat, dan pengetahuan mengenai rute pendakian yang akan diambil. Pastikan untuk mematuhi aturan-aturan pendakian dan menjaga kebersihan serta kelestarian alam selama perjalanan. Sebelum melakukan pendakian, selalu periksa informasi terbaru mengenai kondisi gunung dan rute pendakian.

Gunung Ciremai memiliki beberapa jalur pendakian yang dapat dipilih oleh para pendaki, tergantung pada tingkat kesulitan dan preferensi Anda. Berikut adalah beberapa jalur pendakian populer di Gunung Ciremai:

  • Jalur Apuy: Jalur ini sering menjadi pilihan utama para pendaki karena dianggap cukup mudah. Jalur ini dimulai dari Desa Linggasana, Kabupaten Majalengka, dan memiliki perjalanan yang relatif pendek. Meskipun relatif mudah, tetaplah mempersiapkan diri dengan baik dan perhatikan kondisi fisik serta cuaca.
  • Jalur Linggarjati: Jalur ini juga termasuk salah satu jalur pendakian yang cukup populer. Dimulai dari Desa Linggarjati, Kabupaten Kuningan, jalur ini memiliki pemandangan alam yang indah dengan perjalanan yang lebih menantang dibandingkan Jalur Apuy.
  • Jalur Palutungan: Jalur ini biasanya dimulai dari Desa Palutungan, Kabupaten Kuningan. Jalur ini menawarkan pengalaman pendakian yang lebih menantang dengan medan yang lebih beragam.
  • Jalur Cipari: Jalur ini dimulai dari Desa Cipari, Kabupaten Kuningan. Meskipun tidak sepopuler jalur-jalur lain, jalur ini menawarkan keindahan alam yang masih alami.
  • Jalur Linggasana: Jalur ini dimulai dari Desa Linggasana, Kabupaten Majalengka. Meskipun kurang dikenal, jalur ini memberikan pengalaman pendakian yang unik dan menantang.

Jalur Linggasana Gunung Ciremai Sumber Foto: Dokpri
Jalur Linggasana Gunung Ciremai Sumber Foto: Dokpri

Sebelum melakukan pendakian, pastikan untuk melakukan persiapan yang matang, termasuk memeriksa kondisi cuaca, membawa peralatan pendakian yang sesuai, serta mendapatkan informasi terbaru mengenai rute dan kondisi gunung dari sumber yang terpercaya. Juga, patuhi aturan-aturan pendakian dan berhati-hati terhadap lingkungan sekitar agar keindahan alam Gunung Ciremai tetap terjaga.

Saya sudah melakukan pendakian ke Ciremai sebanyak 11 kali, banyak sekali hal-hal mistis yang saya rasakan selama pendakian tersebut. Kejadian yang tidak akan pernah terlupakan adalah saat mendaki Ciremai pada September 2002, saat itu saya masih berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Hari itu kamis 22 September 2002 saya berangkat berdua dengan teman saya dari Bandung pukul 16.00 sore, kami menuju terminal Cicaheum dan berangkat menuju Cirebon karena kami akan menggunakan jalur Linggarjati jadi harus ke Cirebon terlebih dahulu. Kami sampai di terminal pukul 23.00 WIB, kemudian dilanjutkan perjalanan menuju pos Linggarjati dan sampai di pos sekitar pukul 00.00 WIB tepat tengah malam. Kami menuju Basecamp untuk melakukan registrasi dan Simaksi, ketika kami mendaftar penjaga pos berkata untuk tidak melakukan pendakian karena sudah tengah malam. Namun kami bersikeras untuk mendaki malam itu juga, kami lihat di buku tamu cuma berdua saya dan teman yang mendaki malam itu. Setelah selesai mendaftar kamipun melanjutkan perjalanan dengan membawa senter sebagai alat penerangan di jalur.

Ada sekitar 10 pos yang akan kami lewati melalui jalur Linggarjati ini, antara lain adalah Pos Cibunar, Leuweung Datar, Kuburan Kuda, Pangalap, Tanjakan Seruni, Tanjakan Bapa Tere, Batu Lingga, Sanggabuana, Pangasinan, Puncak 4 dan Puncak 1. Kami berjalan dengan hati-hati karena kondisi tempat yang gelap dan memasuki hutan, setelah berjalan sekitar 2 jam tak terasa kami mulai merasa lelah dan memutuskan untuk berhenti sekedar istirahat di tempat yang tidak tau pos mana. Kami letakan Carier dan rebahan serta menyalakan lilin untuk penerangan. Baru saja saya memejamkan mata tiba-tiba terdengar banyak sekali suara langkah kaki dan suara seperti orang-orang sedang mengobrol, bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda yang halus dan sopan. Suasana nya seperti di sebuah pasar tradisional karena saya mendengar jelas beberapa orang sedang tawar-menawar harga sembako dan lauk pauk, saya kaget tapi mata tidak bisa membuka sedikitpun sangat berat mata ini untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. 

Saya hanya bisa mendengar percakapan mereka, keringat dingin mengucur deras karena saya benar-benar merasa ketakutan. Saya takut nyasar ke suatu tempat (Alam Ghaib), hanya bisa berdo'a dalam hati semoga tidak terjadi apa-apa malam itu. Saya merasa berada di tengah orang-orang yang berseliweran lalu lalang, terasa sangat lama waktu itu saya lalui. Tiba-tiba terdengar samar-samar suara adzan karena memang perjalanan kami belum terlalu masuk ke dalam hutan, jadi masih terdengar sayup-sayup suara adzan dari kampung di bawah Basecamp pendakian. Lama-lama suara orang-orang itupun menghilang lalu saya mulai bisa membuka kedua mata dan melihat ke atas langit yang cukup terang dengan hamparan bintang diatas. Kemudian saya goyang-goyang teman saya yang berada disamping saya waktu itu, teman saya merespon dan dia berkata "Nold, maneh ngadenge sora naon tadi" ( Nold, kamu mendengar suara apa tadi?). Panggilan aku arnold, lalu aku jawab kalau aku mendengar banyak sekali suara orang-orang disekitar ku, temanku menjawab "sama Nold". Kami berdua tertegun lalu melihat jam menunjukkan pukul 03.00 WIB, berarti adzan yang kami dengar tadi adalah adzan awal sebelum adzan subuh. Setelah beberapa saat kami saling keheranan terdengar suara adzan subuh, saya bergegas Tayamum untuk melakukan solat subuh sementara teman ku beres-beres barang untuk segera melanjutkan perjalanan.

Waktu menunjukan pukul 05.00 WIB tepat, setelah beres-beres kamipun melanjutkan perjalanan. Teryata tempat yang kami jadikan tempat istirahat berada di pos 3 yaitu pos Kuburan Kuda karena ada papan penunjuk diatas pohon yang menunjukan bahwa kami berada di Kuburan Kuda. Kami berjalan sambil mengobrol membicarakan pengalaman kami semalam yang diteror oleh suara-suara aneh. Namun kami bersyukur karena tidak terjadi hal-hal yang menyebabkan kami celaka. Tak terasa waktu menunjukan pukul 08.30 WIB, dan apa yang terjadi teryata kami sudah berada di puncak. Benar-benar kaget dan heran kenapa bisa secepat itu kami sampai, kami tak percaya namun memang begitu kenyataan nya. Dari kuburan kuda sampai ke puncak hanya 3,5 jam saja sungguh sangat tidak masuk akal. Kami tidak merasa cape sedikitpun malah selama perjalanan saya merokok seperti biasa namun tidak terasa perjalanan yang berat. Karena perjalanan normal dari basecamp ke puncak melalui jalur Linggarjati paling cepat adalah 12 jam sampai 16 jam kalau jalan santai, sedang kami hanya 5,5 jam saja sudah sampai puncak. 

Setelah cukup puas diatas puncak kami segera turun melalui pos Palutungan kuningan, pukul 10.00 WIB pagi kami sudah sampai di basecamp Palutungan, sangat cepat dan tidak terasa. Yang saya rasakan adalah kami seperti tidak membawa beban apapun dan tidak ingin berhenti walau hanya untuk istirahat dan minum. Segera kami naik elf menuju terminal Cirebon, kemudian lanjut pulang ke Bandung dan sampai rumah pukul 23.00 WIB. jadi total perjalanan kami tidak lebih dari 2 hari sungguh perjalanan yang sangat cepat dan tidak masuk akal.

Setahun berlalu kami melakukan pendakian lagi pada September 2003, perjalanan normal dan sampai puncak sekitar 14 jam dari basecamp, masih ingat pendakian tahun sebelumnya yang hanya 5,5 jam saja namun tidak terulang di pendakian selanjutnya hehe.

Terakhir saya mendaki Ciremai via Linggarjati pada tahun 2016, fenomena itu tidak pernah terjadi lagi. Semoga tahun depan saya masih bisa melakukan pendakian ke Ciremai yang notabene adalah gunung tertinggi di Jawa Barat dengan trek yang sedang sampai sulit untuk di daki. Terimakasih ya Allah sudah memberikan saya pengalaman yang sangat berharga di pendakian tahun 2002 yang lalu.

                                                                                                       Pendakian Ciremai 3078 MDPL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun