Mohon tunggu...
Encep Nurdin S.Pd
Encep Nurdin S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi di SMAN 1 PARONGPONG

Saya seorang guru Biologi alumni dari UNPAS Tahun 2001 yang mempunyai hobby sebagai Fotografer, Membaca dan Menulis, Videografer dan Editor untuk konten-konten film pendek, video tutorial, Fotografer Wedding dan lain-lain. Selain itu saya juga seorang penulis Artikel dan sedang belajar menulis puisi dengan tema bebas yang berhubungan dengan kemanusiaan serta menyukai traveling, camping dan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam. Contact Person : 0881022164165

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bertualang ke Kawasan Konservasi Gunung Papandayan Garut

14 Agustus 2023   11:54 Diperbarui: 14 Agustus 2023   12:00 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keanekaragaman hayati di Pondok Saladah TWA Papandayan Sumber Foto:Dokpri

Taman Wisata Alam Papandayan terletak diketinggian 2665 MDPL dan merupakan Gunung yang masih aktif serta mempunyai keindahan alam yang sangat eksotis.

Bertualang ke TWA Papandayan memberikan pengalaman yang takkan pernah terlupakan, meskipun sangat menguras tenaga untuk mencapai puncaknya. Keanekaragaman hayati yang terdapat di TWA Papandayan sangat unik dan berlimpah, mulai dari flora maupun fauna nya

Saat ini TWA Papandayan dikelola oleh PT. AIL (Asri Indah Lestari), dengan sistem pengelolaan yang modern dan fasilitas yang sangat lengkap. Hal tersebut dilakukan demi meningkatkan pelayanan kepada para pengunjung TWA Papandayan. Bertualang ke Gunung Papandayan Garut ini dilakukan saat pandemi Covid-19 berlangsung.

Keindahan dan keunikan TWA Papandayan membuat saya sangat tertarik untuk mengunjunginya, berbekal pengetahuan yang saya dapat dari artikel-artikel di internet saya mencoba untuk mendaki dan melihat secara langsung kekayaan alam yang terdapat didalamnya. Sudah terbayang akan keindahan panorama TWA Papandayan dan itu membuat saya semakin semangat untuk melakukan petualangan ke alam yaitu ke Taman Wisata Alam Gunung Papandayan.

Info yang saya dapat untuk bisa mengunjungi TWA Papandayan diharuskan semua pengunjung untuk membawa surat sehat dari domisili masing-masing hal ini merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh PT. AIL dalam mencegah penyebaran Virus Covid-19 yang mewabah di Indonesia

Sebagai pengunjung kita harus mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pengelola agar tercipta rasa aman dan nyaman meskipun di masa pandemi ini.

Pada kesempatan kali ini penulis akan membawakan sebuah artikel ilmiah yang berjudul "Pengalaman Berpetualang ke Taman Wisata Gunung Papandayan yang eksotis" kegiatan ini dilakukan pada 15-16 November 2020. Dengan persiapan yang matang seperti membawa Handsanitizer, masker, dan surat sehat dari dokter saya melakukan pendakian ke Taman Wisata Alam Gunung Papandayan. 

Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi Taman Wisata Alam di masa pandemi Covid-19, semoga informasi yang penulis sampaikan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke TWA Papandayan. Selalu mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pihak pengelola Taman Wisata Alam Gunung Papandayan.  

Gunung Papandayan merupakan Gunung Vulkanik yang terletak di antara dua Desa, yaitu Desa Sirnajaya dan Kramatwangi, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, dan merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Garut yang terkenal dengan domba bertanduk panjangnya itu.

Untuk harga tiket tahun 2020 pengelola menerapkan harga tiket Hiking sebesar Rp. 35.000, dan Camping Rp. 65.000, harga tersebut naik dibandingkan tahun kemarin. Namun, harga tersebut tidak menjadi masalah buat para pengunjung karena kemudahan dan keindahan yang didapatkan saat mendaki gunung papandayan. 

Gunung Papandayan merupakan salah satu gunung di Indonesia yang ramah bagi para pendaki, dengan trek yang relatif ringan dan sedang gunung ini menjadi favorit pendakian para wisatawan yang menyukai petualangan di alam bebas.

Jalan yang sudah tertata dengan rapi dan nyaman membuat saya semangat untuk segera mencapai puncaknya, ditambah dengan pemandangan di kiri kanan jalan yang sangat memanjakan mata. Hamparan pohon Cantigi Gunung dengan pucuk daun nya yang khas berwarna merah semakin menambah keindahan perjalanan kali ini.

Tidak lupa saya mengeluarkan kamera untuk menangkap moment-moment yang bagus di sepanjang jalan, keindahan gunung papandayan sudah terlihat dengan jelas dari pos awal pendakian.

Trek papandayan banyak menyediakan bonus pemandangan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, setiap kali beristirahat selalu saya sempatkan untuk sekedar selfie dengan latar belakang pemandangan yang menakjubkan. Ini adalah pengalaman pertama saya mendaki gunung papandayan namun begitu berkesan dan tidak akan pernah terlupakan. 

Bagi teman-teman yang ingin cepat sampai ke atas, di sini juga disediakan jasa angkutan ojek yang bisa membawa kita berkeliling sampai ke atas.

Namun saya tidak menggunakan ojek tersebut karena ingin menikmati seru nya petualangan menuju puncak papandayan. Setelah beristirahat cukup lama, saya melanjutkan perjalanan menuju titik-titik kawah yang berada tepat di tengah perjalanan, kawah-kawah disini sangat banyak dan masih aktif sehingga mengeluarkan asap dan bau belerang yang sangat menyengat hidung.

Betapa indah karunia Sang Pencipta yang telah menciptakan hamparan pemandangan yang sangat eksotis ini, semoga keindahan ini dapat disaksikan oleh semua orang dan dinikmati keberadaan nya. 

Kawasan kawah aktif Gunung Papandayan Sumber Foto: Dokpri
Kawasan kawah aktif Gunung Papandayan Sumber Foto: Dokpri
Sudah hampir 1,5 jam saya berjalan menuju kawasan kawah aktif papandayan, selanjutkan kaki ini melangkah menuju ke tujuan utama petualangan saya saat ini yaitu menuju ke poin sunrise Ghoberhoet.

Rencana awal untuk pendakian hari pertama yaitu camp di Ghoberhoet agar bisa menyaksikan matahari terbit tepat di depan saya berkemah, membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di poin sunrise Ghoberhoet.

Kaki mulai terasa lelah namun rasa penasaran membuat semua itu tidak terasa capai, semangat di dada untuk segera mencapai tujuan camp hari ini.

Tepat pukul 18.30 WIB sampailah saya di Ghoberhoet, setelah cek data ke petugas saya bergegas berjalan menuju tempat perkemahan yang ada di Ghoberhoet, dari pos pendataan hanya membutuhkan waktu sekitar 2 menit untuk sampai ke lokasi. Tidak menunggu waktu lama saya memasang tenda untuk beristirahat dari lelahnya perjalanan hari ini, tidak lupa memasak terlebih dahulu mengisi perut yang sudah lapar dari awal pendakian.

Begitu nikmat walaupun makan seadanya namun rasanya sangat enak dan berbeda nuansa nya saat makan dirumah, alam telah memberikan begitu banyak kenikmatan hari ini. Malam pun larut dan mata perlahan terasa berat, saya terlelap dalam tidur dengan udara yang sangat dingin menusuk sendi tulang, berharap besok pagi dapat menyaksikan matahari terbit dari ufuk timur.

Pagi pun tiba, dibangunkan oleh suara alarm yang sebelumnya sudah di setting pukul 05.00 pagi, saya bangkit dan membuka tenda untuk menyaksikan pemandangan di luar, namun sangat disayangkan cuaca saat itu tidak mendukung, langit berselimut kabut yang tebal sehingga sang mentari tidak mau menampakkan sinarnya. Kecewa dengan keadaan saat itu yang jauh dari harapan, namun semua ini alam yang mengatur mungkin pendakian kali ini belum tepat dan saya berjanji akan megulanginya lagi suatu saat nanti.

Point Sunrise Ghoberhoet Sumber Foto: Dokpri
Point Sunrise Ghoberhoet Sumber Foto: Dokpri
Saya segera menyiapkan sarapan pagi karena perjalan masih panjang, tujuan selanjutnya adalah Pondok Saladah yang hanya 5 menit saja jaraknya dari Ghoberhoet tempat saya berkemah. Setelah semuanya selesai saya segera bergegas menuju ke tujuan selanjutnya, berjalan dengan penuh semangat karena sudah tidak sabar ingin melihat ada apa di Pondok Saladah TWA Papandayan.

Dengan melewati hutan yang cukup lebatdan tumbuhan Cantigi Gunung akhirnya sampai juga di Pondok Saladah, papan pengumuman himbauan kesehatan nampak ada di sini untuk saling mengingatkan kepada kita agar selalu mengutakan kesehatan saat Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Di lokasi ini saya beristirhat cukup lama, berkeliling melihat hamparan bunga Edelweiss Jawa (Anaphalis javanica) atau bunga abadi yang hanya ada di ketinggian tertentu, bunga Edelweiss Jawa ini dilindungi oleh karena itu kita tidak boleh memetiknya, cukup menikmatinya saja. Selain itu banyak saya temukan berbagai jenis fauna seperti kupu-kupu dan kumbang yang hinggap diatas bunga Edelweiss.

Tidak lupa saya mengeluarkan kamera untuk mengabadikan flora dna fauna yang ada di kawasan Pondok Saladah TWA Papandayan. Keanekaragaman hayati di TWA Papandayan masih terjaga dengan sangat baik, kita harus bersama-sama untuk menjaganya agar keanekaragaman hayati ini akan dapat disaksikan oleh anak cucu kita kelak.

Mari kita jaga bersama kelangsungan hidup mereka agar dapat bermanfaat bagi umat manusia. 

Keanekaragaman hayati di Pondok Saladah TWA Papandayan Sumber Foto:Dokpri
Keanekaragaman hayati di Pondok Saladah TWA Papandayan Sumber Foto:Dokpri
Setelah cukup puas di Pondok Saladah saya melanjutkan perjalanan menuju hutan mati, berjalan dengan penuh semangat karena hutan mati merupakan lokasi terakhir yang akan saya kunjungi di pendakian kali ini.

Pemandangan yang sangat indah menghiasi perjalanan ku menuju hutan mati, ekosistem yang terdapat di kawasan ini masih sangat alami. Akhirnya saya sampai di kawasan hutan mati setelah berjalan cukup lama sekitar 30 menit dari Pondok Saladah. Hutan mati terbentuk ketika erupsi tahun 2002 menyisakan banyak sekali pohon-pohon Cantigi yang terbakar membentuk ranting yang sangat unik.

Kawasan hutan mati wajib dikunjungi oleh setiap pengunjung yang datang ke TWA Papandayan, di hutan mati kita tidak boleh menaiki ranting pohon untuk menjaga agar keindahan nya tetap terjaga. Banyak momen yang saya abadikan disini sehingga terasa betah dan tidak mau segera beranjak dari tempat ini, tapi waktu semakin sore mengisyaratkan saya untuk turun kebawah. 

Sungguh pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan sampai kapanpun, Taman Wisata Alam Papandayan dengan eksotisme alamnya yang sangat indah telah menorehkan kenangan di petualangan perdana yang saya lakukan tahun ini. Ayo bertualang lupakan penat yang selama ini kita rasakan, keindahan alam Indonesia merupakan anugerah dari Sang Pencipta untuk kita jaga dan rawat bersama.

Pengalaman petualangan alam pertama yang sangat indah di Taman Wisata Alam Papandayan, dan telah mengajarkan saya bahwa begitu penting untuk bisa menjaga kelangsungan keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan kita, keindahan itu tercipta berkat kesadaran dari semua pihak untuk menjaga dan melestarikan alam.

Petualangan ini adalah awal dari petualangan-petualangan selanjutnya yang akan saya lakukan, Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan keberagaman hayati dan keunikan setiap Flora dan Fauna nya. Meskipun lelah tapi semua terbayarkan oleh keindahan yang ada di Taman Wisata Alam Gunung Papandayan, salam lestari salam petualangan.

Demikian yang dapat saya tuliskan smeoga bermanfaat untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun