Mohon tunggu...
Encep Nurdin S.Pd
Encep Nurdin S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi di SMAN 1 PARONGPONG

Saya seorang guru Biologi alumni dari UNPAS Tahun 2001 yang mempunyai hobby sebagai Fotografer, Membaca dan Menulis, Videografer dan Editor untuk konten-konten film pendek, video tutorial, Fotografer Wedding dan lain-lain. Selain itu saya juga seorang penulis Artikel dan sedang belajar menulis puisi dengan tema bebas yang berhubungan dengan kemanusiaan serta menyukai traveling, camping dan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam. Contact Person : 0881022164165

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Eksplore Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Garut

4 Desember 2022   09:50 Diperbarui: 4 Desember 2022   09:52 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Edelweis, Sumber Gambar Encep Nurdin

Taman Wisata Alam Gunung Papandayan terletak di Desa Sirnajaya dan Kramat Wangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat dengan ketinggian 2665 MDPL. Taman Wisata Alam ini merupakan Kawasan Konservasi Indonesia dan terdapat berbagai macam kekayaan Flora dan Fauna serta kekayaan hayati lainnya yang terdapat di Taman Wisata Alam Gunung Papandayan ini. Meskipun dalam masa pandemi Covid-19 namun kegiatan petualangan di alam ini tetap berjalan mengikuti protokol kesehatan yang di tetapkan oleh pengelola Taman Wisata Alam Gunung Papandayan yaitu PT. AIL ( Asri Indah Lestari ). Petualangan alam ini saya rangkum dalam sebuah artikel ilmiah, artikel ini mengkaji tentang petualangan keindahan alam di Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Garut.

Pada kesempatan kali ini penulis akan membawakan sebuah artikel ilmiah yang berjudul “Eksplore Taman Wisata Alam Gunung Papandayan ”. Kegiatan petualangan alam ini dilakukan pada tanggal 14-15 November 2020. Meskipun kondisi sekarang yang masih dalam masa Pandemi akibat mewabahnya virus Corona, namun penulis dapat melakukan semua kegiatan dengan lancar dan tidak terkendala apapun. Melakukan petualangan ke tempat konservasi alam di masa seperti ini memberikan tantangan tersendiri Karena adanya penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di hampir semua tempat wisata. 

Gunung Papandayan merupakan salah satu gunung yang masih aktif di Indonesia, Gunung Papandayan termasuk gunung api tipe A yaitu gunung api yang pernah meletus setelah tahun 1600, Erupsi yang pernah terjadi di gunung api Papandayan tercatat pada tahun 1772 yang menelan korban jiwa sekitar dua ribu jiwa dan melenyapkan banyak sekali perkampungan di sekitar wilayah gunung Papandayan. Kegiatan yang terjadi tahun 1772 ini merupakan kegiatan Erupsi yang besar dimana sebagian dari puncak gunung dilontarkan dan melanda daerah seluas lebih kurang 250 km, kegiatan tersebut diawali dengan dimuntahkannya api yang sangat besar, dan Erupsi ini terjadi di kawah sentral. Awan panas meluncur ke arah timur laut dan sebagian besar dari bahan erupsi dialirkan oleh sungai Ciparugpug dan Cibeureum ke arah hilir. 

Pendakian yang kedua kali bagi saya ke Taman Wisata Alam Papandayan, banyak sekali perubahan yang terjadi saat ini. Saya pertama naik ke papandayan pada tahun 2017, waktu itu kondisi TWA Papandayan sudah bagus dan sekarang semakin meningkat karena pengelolaan yang tepat oleh pihak pengelola PT. AIL. Sebagai informasi harga tiket untuk tahun ini sedikit mengalami kenaikan, meskipun mengalami kenaikan namun fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola sudah sangat baik dan memuaskan.

Perjalanan saya mulai dari Bandung sekitar pukul 09.00 WIB, berangkat menuju Garut tepatnya ke TWA Papandayan. Saya sangat berharap pendakian kali ini akan mendapatkan moment yang bagus dengan kondisi cuaca yang cerah sesuai dengan harapan. Setelah 3 jam baru lah saya sampai di lokasi, langsung menuju tiket untuk mengurus simaksi pendakian. Persyaratan utama yang harus di penuhi adalah kita harus membawa surat sehat dari domisili kita masing-masing, setelah pengurusan simaksi selesai saya segera menuju ke tempat parkir dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk langsung melakukan ekplore dan petualangan. Jangan lupa untuk selalu memakai masker dan ,membawa handsanitizer, lepaskan masker saat perjalanan dirasa berat untuk bernafas, jaga jarak aman antara satu dengan yang lainnya. Proses selanjutnya adalah pendataan yang dilakukan oleh pihak keamanan TWA Gunung Papandayan, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab untuk melengkapi berkas persyaratan pendakian. Setelah semuanya selesai maka petualangan alam ini akan segera dimulai. Berjalan ke ujung temnpat parkir dan mata melihat ke atas ada sebuah gapura bertuliskan “Selamat datang di TWA Papandayan”, semakin membuat saya semangat untuk melakukan pendakian. Di sepanjang jalan yang beraspal, tampak tulisan-tulisan himbauan kepada semua pengunjung akan penting nya menjaga kesehatan dan mentaati protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pihak pengelola TWA Papandayan. Kondisi pandemi Covid19 yang sekarang melanda Indonesia tidak mengurangi sedikitpun antusias para petualang untuk mendaki atau sekedar hiking ke TWA Papandayan, selama kita bisa mentaati dan mengikuti semua aturan yang sudah di tetapkan oleh pengelola dan pemerintah setempat, maka perjalanan ini akan terasa sangat mengasyikan. Adaptasi Kebiasaan Baru yang sekarang diterapkan membuat kita menjadi lebih waspada dimanapun berada, hikmah dari mewabahnya Virus Corona ini kita menjadi lebih mementingkan kesehatan dan menjaga pola makan serta pola hidup yang lebih sehat.

 

Panduan Kesehatan, Sumber Gambar ENcep Nurdin
Panduan Kesehatan, Sumber Gambar ENcep Nurdin

Lokasi pertama setelah melewati beberapa jalan berbatu adalah kumpulan kawah-kawah yang masih aktif dan mengeluarkan asap serta bau khas belerang yang menyengat hidung, lokasi ini sangat bagus untuk selfie dan berfoto bersama. Tidak berlama-lama disini saya melanjutkan perjalanan kembali menuju spot selanjutnya, semakin semangat langkah kaki ini unruk segera sampai ke lokasi di depan. Waktu semakin sore beranjak menuju senja, setelah puas berfoto di kawasan kawah yang masih aktif perjalanan saya lanjutkan ke Ghoberhoet untuk camp malam pertama dan berharap dapat Golden Sunrise di Ghoberhoet. Tepat pukul 19.00 WIB saya tiba di Ghoberhoet, udara dingin menusuk tulang dan sendi, segera saya dirikan tenda di tengah rintik hujan yang semakin lama semakin lebat dan membasahi sekujur tubuh. 

Lokasi Kawah Papandayan, Sumber Gambar Encep Nurdin
Lokasi Kawah Papandayan, Sumber Gambar Encep Nurdin

Tertidur cukup pulas dalam kedinginan malam dan terbangun pagi itu, segera melirik jam di tangan yang menunjukkan pukul 05.00 WIB, saya bangkit dan segera keluar tenda, namun sangat disayangkan cuaca pagi itu kurang mendukung, kabut tebal menyelimuti langit dan tidak nampak mentari pagi yang di tunggu dari kemarin. Sedikit kecewa tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mendaki saat ini, saya berjanji akan dating kembali karena TWA Papandayan selalu membuat saya ingin kembali. Sekedar info bahwa point Sunrise yang bagus memang terdapat di Ghoberhoet, disana kita bisa mendirikan 20-30 tenda pendaki, lahan yang cukup luas dengan view gunung Cikuray tepat di depan camp area Ghoberhoet. Jadi buat kalian yang mau melihat sunrise yang dengan latar belakang gunung Cikuray, dirikan tenda di Ghoberhoet dan berdoalah semoga dapat Golden Sunrise di pagi hari. 

Lokasi Camp dan Sunrise, Sumber Gambar Encep Nurdin
Lokasi Camp dan Sunrise, Sumber Gambar Encep Nurdin

Karena tidak mendapatkan Sunrise yang bagus saya segera sarapan pagi dan packing barang kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pondok saladah yang hanya berjarak 5 menit saja dari Ghoberhoet. Setelah sampai di Pondok saladah saya menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak menikmati kesejukan area Pondok Saladah TWA Papandayan. Di Pondok Saladah kita bisa beristirahat dan berfoto dengan background bunga Edelweiss (Anaphalis javanica) bunga abadi yang dilindungi tidak boleh dipetik. 

Bunga Edelweis, Sumber Gambar Encep Nurdin
Bunga Edelweis, Sumber Gambar Encep Nurdin

Perjalanan saya lanjutkan menuju point terakhir TWA Papandayan yaitu hutan mati yang begitu memanjakan mata dan membuat kita ingin berlama-lama disana. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan melewati hutan-hutan lebat dan hamparan bunga Edelweiss maka kita akan sampai di area hutan mati TWA Papandayan. Berdasarkan sejarah hutan mati gunung Papandayan bermula dari letusan maha dahsyat gunung Papandayan yang telah terjadi ratusan tahun silam. Kira-kira terjadinya letusan tersebut pada tanggal 11 sampai 12 agustus 1772. Karena hasil letusan, hingga mengakibatkan area sekitar empat desa rata tanah. Selain itu ada 3.000 penduduk sekitar area gunung juga terkubur di danau vulkanik. Begitu halnya hewan peliharaan pun ikut terkena dampak letusan gunung. Bahkan karena hebatnya fenomena itu, seorang jurnalis luar negeri ikut mendeskripsikan kejadian itu ke dalam bukunya berjudul Natural Disaster. 

Hutan Mati Papandayan, Sumber Gambar Encep Nurdin
Hutan Mati Papandayan, Sumber Gambar Encep Nurdin

Ayo kita eksplore dan bertualang ke Taman Wisata Alam Gunung Papandayan 2665 MDPL. Dengan Adaptasi Kebiasaan Baru semua itu bisa dilakukan tanpa rasa cemas, petualangan ke TWA Papandayan dengan nuansa baru akan memberikan suntikan semangat yang lebih besar untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Perjalanan yang dimulai dari Bandung menuju Garut memang cukup melelahkan, namun terbayar dengan indahnya pemandangan di area kawasan konservasi alam Indonesia dalam hal ini adalah TWA Papandayan Garut. Langkah demi langkah melewati hutan Cantigi Gunung menuju point Sunrise Ghoberhoet, lalu dilanjutkan menuju Pondok Saladah dan berakhir di kawasan Hutan Mati TWA Papandayan memang tidak akan pernah terlupakan. Ayo berkunjung ke Taman Nasional dan Taman Wisata Alam dengan Adaptasi Kebiasaan Baru.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun