Karena tidak mendapatkan Sunrise yang bagus saya segera sarapan pagi dan packing barang kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pondok saladah yang hanya berjarak 5 menit saja dari Ghoberhoet. Setelah sampai di Pondok saladah saya menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak menikmati kesejukan area Pondok Saladah TWA Papandayan. Di Pondok Saladah kita bisa beristirahat dan berfoto dengan background bunga Edelweiss (Anaphalis javanica) bunga abadi yang dilindungi tidak boleh dipetik.Â
Perjalanan saya lanjutkan menuju point terakhir TWA Papandayan yaitu hutan mati yang begitu memanjakan mata dan membuat kita ingin berlama-lama disana. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan melewati hutan-hutan lebat dan hamparan bunga Edelweiss maka kita akan sampai di area hutan mati TWA Papandayan. Berdasarkan sejarah hutan mati gunung Papandayan bermula dari letusan maha dahsyat gunung Papandayan yang telah terjadi ratusan tahun silam. Kira-kira terjadinya letusan tersebut pada tanggal 11 sampai 12 agustus 1772. Karena hasil letusan, hingga mengakibatkan area sekitar empat desa rata tanah. Selain itu ada 3.000 penduduk sekitar area gunung juga terkubur di danau vulkanik. Begitu halnya hewan peliharaan pun ikut terkena dampak letusan gunung. Bahkan karena hebatnya fenomena itu, seorang jurnalis luar negeri ikut mendeskripsikan kejadian itu ke dalam bukunya berjudul Natural Disaster.Â
Ayo kita eksplore dan bertualang ke Taman Wisata Alam Gunung Papandayan 2665 MDPL. Dengan Adaptasi Kebiasaan Baru semua itu bisa dilakukan tanpa rasa cemas, petualangan ke TWA Papandayan dengan nuansa baru akan memberikan suntikan semangat yang lebih besar untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Perjalanan yang dimulai dari Bandung menuju Garut memang cukup melelahkan, namun terbayar dengan indahnya pemandangan di area kawasan konservasi alam Indonesia dalam hal ini adalah TWA Papandayan Garut. Langkah demi langkah melewati hutan Cantigi Gunung menuju point Sunrise Ghoberhoet, lalu dilanjutkan menuju Pondok Saladah dan berakhir di kawasan Hutan Mati TWA Papandayan memang tidak akan pernah terlupakan. Ayo berkunjung ke Taman Nasional dan Taman Wisata Alam dengan Adaptasi Kebiasaan Baru.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H