Mohon tunggu...
Reca Ence AR
Reca Ence AR Mohon Tunggu... wiraswasta -

1964 Lahir di Sukabumi, Jawa Barat. Salam kompasiana ...salam bahagia dan tetap bersahaja\r\n\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terpesona Mu

27 Agustus 2012   15:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:15 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_208955" align="alignleft" width="300" caption="Gambar koleksi Negeri Seribu Cinta"][/caption]

Nyai...

Dari geliat ruh yg dihembuskan-Nya penuh kesucian

Dari dalamnya  jiwa yang padanya  diilhamkan ‘fujuroha wataqwaha’

Aku tersungkur dalam ampun pada  al-Ghaffar

Belum mampu mengelola deras debur kefasikan yang terus menampakkan keindahan dalam janjinya

Belum sanggup memutih jernihkan istiqomah taqwa yang diamanahkan

Hingga ku berlumur rindu di sekujur tubuh yg menutup pori-pori janji

Tak berdaya menahan rasa suka yang terus memapah rasa padamu .

Nyai...

Sungguh aku luluh dalam keindahanm

Walau kuyakin keindahanmu tak seindah fatamorgana yang kucipta

Lembut suaramu bukan badai, namun mampu melantakkan teguhnya rasa

Menghantar debar meretak dada

Kalimatmu bukan ayat-ayat suci, tapi mampu membius kesadaran hingga tersungkur lemas ke bawah

Ceritamu bukan dari kahyangan, namun mampu menjerat hati mempesonakan Dalam bahasamu berserak cahya keIlahian

Hingga harus kupasang beberapa telinga lagi agar tak terlewatkan makna didalamnya

Tuturmu terenda rapih melukis wajah-wajah asli duniawi

Memaksa merona nyala wajah para pelaku rapuh dimana aku dalam kerumunnya

Bukan aku memujimu, karena ada yang lebih harus kupuji selainmu

Bukan juga mencari perhatianmu, karena kau tak akan sempat memperhatikanku

Hanya sekedar membaca keindahan-Nya yang tercurahkan padamu .

Nyai....

Duuuhh...entah dimana kemudiku

Sepertinya terbujuk fujur yang merayu dayu

Pahatan janjipun memasir dipeluk riak bibir pantai

Walau kupaksakeras agar tak limbung terhuyung

Tetap saja suaramu seperti symphonyLudwig van Beethoven dikeheningan malam dalam sinaran lilin

Meremangsuasana, meremang rasa

.

Nyai

Ketika kau memanggilku, Oohhhh …..ampun

Jangan kau bawa terbang ketika sayapku hilang

Walau ku suka melayang di belantara entah apa namanya

Yang penuh keindahan, wewangian dan sajian lezat yang kau hidangkan

Bermain di taman yang kau tata menyejukkan dan tak ada api disana

Sungguh, aku tak kuasa menahan gejolak, walau kerasan menikmatinya

.

Nyai

Kau indah walau tak semua indah

Kebaikan yang kau tampakkan membawaku tuk menyadari dibaliknya

Kerinduanku mungkin tak kau rindukan, namun biarlah kumerindu hingga menemukan maknanya

Menelusuri keindahan al-Jamal di lekuk lakumu

Memahami cahaya al-Alim dari ucak sikapmu

.

Nyai

Biarkanlah kuterpesona-Nya

Aku suka

.

.

‘Negeri Seribu Cinta’

EAR Ciputat 270812

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun