Pada masanya Sultan Salahuddin menyelenggarakan sayembara penulisan syair dan puisi untuk mengenang kehidupan Nabi Muhammad SAW. Pangeran mengundang para sastrawan, penyair, pujangga untuk mengikuti sayembara ini.
Pemenang sayembara ini adalah Syaikh Ja`far al-Barzanji dengan mahakaryanya yang berjudul 'Iqd Al-Jawahir (kalung permata) yaitu kumpulan syair dengan tata bahasa yang indah dan menggugah yang bernilai estetik tentang sejarah Nabi Muhammad SAW. Karya monumental yang lebih terkenal dengan sebutan al-Barzanji ini sangat populer di seluruh dunia khususnya di nusantara dan sampai saat ini sering dibaca pada peringatan Maulid Nabi.
Sebagian besar riwayat menyatakan bahwa pada masa inilah pertama kalinya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW digelar, yaitu sekira tahun 1184 M/580 H. Peringatan Maulid tersebut ternyata mempunyai peran yang sangat monumental dalam merebut Kota suci Yerusalem yang telah dikuasai pasukan Salib hampir sembilan dekade lamanya. Tepatnya pada tahun 1187, kota sebagai kiblat pertama umat Islam tersebut dapat direbut kembali.
Alunan puisi dan indahnya syair al-Barzanji ini ternyata mampu membakar semangat, melecut energi, menggugah kesadaran, dan memantik jiwa patriotisme umat Islam pada masa itu.Â
Hingga kini pembacaan Kitab al-Barzanji merupakan tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan khususnya pada peringatan Maulid Nabi.
Tradisi Maulid dan kesusastraan ternyata dalam sejarahnya mempunyai relevansi yang erat dan saling berhubungan. Kitab al-Barzanji dikenal sebagai karya sastra agung nan fenomenal yang tidak akan lekang ditelan zaman. Kitab al-Barzanji dinilai sebagai karya biografi yang menceritakan sisi-sisi kehidupan Nabi Muhammad secara puitis, sastrawi dan penuh makna.
Dibeberapa pelosok daerah di tanah air, kitab ini sangat familiar, bahkan beberapa orang kerap kali melafalkan al-Barzanji diluar kepala, tanpa harus membaca kitabnya. Memperingati Maulid Nabi dan membaca al-Barzanji adalah wujud kecintaan pada Baginda Nabi sekaligus penghargaan yang tinggi pada karya sastra.
Kitab Al-Barzanji memulai dengan menceritakan Sislilah Nabi Muhammad, beberapa perikan liriknya antara lain:
Aku hamparkan kain yang baik, anggun lagi indah tentang kelahiran kisah Nabi SAW.Â
Dengan merangkai puisi mengenai keturunan yang mulia sebagai kalung yang membuat telinga terhias dengannya.
Puisi tentang silsilah Nabi pun ditutup dengan lirik yang menawan.