Mohon tunggu...
Enang Suhendar
Enang Suhendar Mohon Tunggu... Administrasi - Warga sadarhana yang kagak balaga dan gak macam-macam. Kahayangna maca sajarah lawas dan bacaan yang dapat ngabarakatak

Sayah mah hanya warga sadarhana dan kagak balaga yang hanya akan makan sama garam, bakakak hayam, bala-bala, lalaban, sambal dan sarantang kadaharan sajabana. Saba'da dahar saya hanya akan makan nangka asak yang rag-rag na tangkalna.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Belajar Toleransi dari Tayangan Upin dan Ipin

22 Januari 2020   09:29 Diperbarui: 22 Januari 2020   09:59 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dipagi yang cerah itu, di kedainya yang bersahaja, Uncle Muthu dengan pakaiannya yang khas, kaos singlet dan sarung tergulung terlihat melamun. Dia membayangkan bahwa esok hari adalah Hari Raya Deepavali dimana dikediamannya akan terlihat gemerlap cahaya dari lilin-lilin kecil dan hiasan lampu lainnya. 

Tampak kebahagiaan tersirat pada senyumnya. Dalam bayangannya Hari raya Deepavali sebagai simbol harapan dan suka cita bagi kehidupan umat manusia tersebut akan semarak.

Namun Uncle Muthu terkejut bukan kepalang ketika yang hadir dihapannya justru adalah Upin Ipin yang memesan minuman dan membuyarkan lamunan paginya itu. Selera wirausaha Uncle Muthu pun surut, di enggan melayani Upin Ipin malah menyampaikan bahwa warungnya akan dia tutup lebih awal. 

Dia mengatakan akan mempersiapkan upacara Hari Raya Deepavali esok. Dia pun mengundang Upin, Ipin, Koh Ah Tong dan Datuk Dalang untuk datang kerumahnya. Muthu menjanjikan kepada mereka sajian istimewa yang khas pada hari raya besok.

Dengan raut kebahagiaan, Muthu menarik gerobaknya yang penuh dengan bahan makanan dan perlengkapan. Sambil bernyanyi sepanjang jalan dia berpapasan dengan Opah yang pulang dari warung. 

Kepadanya Muthu mengundang Opah agar besok hari datang ke rumahnya untuk merayakan Deepavali. Dengan senyum ramah Opah mengatakan "Selamat Deepavali", dan berjanji bahwa besok dia akan datang.

Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, jalan berbatu yang dilaluinya memaksa gerobak berjalan oleng, ban gerobak yang telah dimakan usia pun menggelinding lepas, seabrek makanan dan perlengkapan hari raya jatuh berserakan. 

Lampu-lampu tua yang berbahan keramik sebagai perlengkapan hari gemerlap cahaya besok pun pecah tak terbantah. Muthu murung, kesal, marah, dan sedih. Lamunan tentang gemerlap cahaya nan kaya pelita di rumahnya pada hari raya terancam pupus, seketika itu hatinya kelabu dan pikirannya gelap.

Upin dan Ipin dua anak kembar yang menyaksikan kejadiaan nahas tersebut lantas bergegas bercerita kepada Opah, dan mengadukannya kepada Datuk Dalang dan Koh Ah Tong. Koh Ah Tong sebagai pengepul barang-barang bekas mempunyai berjuta solusi atas masalah tersebut. Barang-barang langka berupa tampan keramik untuk lampu pelita tidak susah dia cari.

Di rumahnya Muthu menggerutu, sebab keceriaan dan kebahagiaan di Hari Raya Deepavali terancam ambyar. Namun matanya yang sayu seketika berbinar dan tubuhnya yang layu menjadi segar ketika Upin dan Ipin datang membawa kejutan berupa tampan-tampan keramik cantik dari Koh Ah Tong. Gemerlap cahaya, pelita, kebahagiaan, keceriaan, dan kesejahteraan pun menyeruak kedalam diri Muthu.

Raut wajahnya senang bukan kepalang. Seraya mengundang kembali semua warga untuk dapat ikut larut dalam gemerlap cahaya di kediamannya petang nanti.

Benar saja, ketika malam mulai menyapa, rumah Uncle Muthu tampak bermandikan cahaya. Gemerlap lampu dan hiasan dari bunga warna warni menambah indah auranya. Hiasan bunga merak yang cantik di depan rumah seakan menyambut ramah setiap tamu yang datang.

Datuk Dalang, Koh Ah Tong, Opah, Kak Ros, Upin, Ipin dan teman-teman serta seluruh warga Kampung Durian runtuh tampak hadir dan bersuka cita dalam lagu dan dendang tari India yang dibawakan Uncle Muthu dan anaknya Devi. 

Tak lupa beragam macam makanan istimewa tersaji untuk menjamu para tamu yang datang. Lezatnya muruku, gurihnya halwa, nikmatnya jalebi adalah sesajian yang khas pada hari itu. Roti cannai, cappati, thirasam, nasi briyani dan kari kambing serta dalca betul-betul memanjakan lidah seluruh tamu yang hadir.

Cerita diatas merupakan cuplikan serial TV Upin dan Ipin dengan judul Pesta Cahaya yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta yang sarat pesan dan makna tentang arti penting sebuah toleransi. 

Uncle Muthu yang seorang Hindu terancam tidak dapat merayakan hari specialnya sebab tampan-tampan keramik yang langka untuk menyalakan cahaya lilin pecah berserakan.

Upin, Ipin, Datuk Dalang yang beragama muslim serta Koh Ah Tong yang seorang Konghucu tidak segan untuk membantu Muthu agar dapat merayakan semarak hari raya yang mempunyai perlambang spiritual mengenai "kemenangan terang atas kegelapan, dan kebaikan atas kejahatan".

Warga-warga sekitar Kampung Durian runtuh yang mayoritas muslim pun datang menuju rumah Uncle Muthu dan turut berbahagia dan bersuka cita dalam perayaan Hari Deepavali. 

Tayangan diatas juga mengajarkan tentang pentingnya persatuan diatas keberagaman dan contoh sederhana tentang upaya untuk menyemai kebajikan diatas kemajemukan, serta sikap toleransi dalam perbedaan agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun