Mohon tunggu...
Enang Suhendar
Enang Suhendar Mohon Tunggu... Administrasi - Warga sadarhana yang kagak balaga dan gak macam-macam. Kahayangna maca sajarah lawas dan bacaan yang dapat ngabarakatak

Sayah mah hanya warga sadarhana dan kagak balaga yang hanya akan makan sama garam, bakakak hayam, bala-bala, lalaban, sambal dan sarantang kadaharan sajabana. Saba'da dahar saya hanya akan makan nangka asak yang rag-rag na tangkalna.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Belajar Toleransi dari Tayangan Upin dan Ipin

22 Januari 2020   09:29 Diperbarui: 22 Januari 2020   09:59 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upin Ipin - Pesta Cahaya. sumber eyesonasia.blogspot.com

Benar saja, ketika malam mulai menyapa, rumah Uncle Muthu tampak bermandikan cahaya. Gemerlap lampu dan hiasan dari bunga warna warni menambah indah auranya. Hiasan bunga merak yang cantik di depan rumah seakan menyambut ramah setiap tamu yang datang.

Datuk Dalang, Koh Ah Tong, Opah, Kak Ros, Upin, Ipin dan teman-teman serta seluruh warga Kampung Durian runtuh tampak hadir dan bersuka cita dalam lagu dan dendang tari India yang dibawakan Uncle Muthu dan anaknya Devi. 

Tak lupa beragam macam makanan istimewa tersaji untuk menjamu para tamu yang datang. Lezatnya muruku, gurihnya halwa, nikmatnya jalebi adalah sesajian yang khas pada hari itu. Roti cannai, cappati, thirasam, nasi briyani dan kari kambing serta dalca betul-betul memanjakan lidah seluruh tamu yang hadir.

Cerita diatas merupakan cuplikan serial TV Upin dan Ipin dengan judul Pesta Cahaya yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta yang sarat pesan dan makna tentang arti penting sebuah toleransi. 

Uncle Muthu yang seorang Hindu terancam tidak dapat merayakan hari specialnya sebab tampan-tampan keramik yang langka untuk menyalakan cahaya lilin pecah berserakan.

Upin, Ipin, Datuk Dalang yang beragama muslim serta Koh Ah Tong yang seorang Konghucu tidak segan untuk membantu Muthu agar dapat merayakan semarak hari raya yang mempunyai perlambang spiritual mengenai "kemenangan terang atas kegelapan, dan kebaikan atas kejahatan".

Warga-warga sekitar Kampung Durian runtuh yang mayoritas muslim pun datang menuju rumah Uncle Muthu dan turut berbahagia dan bersuka cita dalam perayaan Hari Deepavali. 

Tayangan diatas juga mengajarkan tentang pentingnya persatuan diatas keberagaman dan contoh sederhana tentang upaya untuk menyemai kebajikan diatas kemajemukan, serta sikap toleransi dalam perbedaan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun