Lembaga Pendidikan dan Dakwah Islam Al hairat didirikan pada tahun 1930 yang berlokasi di Palu, Sulawesi Tengah. Pendiri Pondok Pesantren bernama Guru Besar Al-Alimul Allamah H. Idrus bin Salim Al-Djufri. Beliau wafat lalu kepemimpinan di lanjutkan oleh putranya bernama Al Habib Muhammad bin Idrus Al Djufri. Kemudian setelah beliau wafat diteruskan kembali oleh cucunya yang bernama Ustadz H. S. Saggaf bin Muhammad bin Idrus Al Djufri.
Berdirinya lembaga ini dimaksudkan untuk membentuk insan yang beriman dan bertakwa kepada allah. Dengan begitu lembaga ini memikul tanggung jawab moral dan ide terhadap kehidupan dan perkembangan pendidikan islam yang tentu saja untuk kepentingan dan peningkatan umat.Â
Pendiri alkhairaat menempatkan peranan dan program pendidikan pada urutan prioritas utama, sebab dianggap mampu memberikan nilai tambah terhadap peningkatan kualitas umat.Â
Dalam hal ini telah menjadi komitmen sebagai penerus untuk melanjutkan amanat pendirinya. Saat ini kepemimpinan Al-Khairaat di percayakan oleh H. S. Saggaf Al Djuffri, cucu H.S. Idrus bin Salim Al-Djufri. Beliau merupakan lulusan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Sesuai dengan cita-cita awal pendiriannya bahwa lembaga ini tidak hanya bergerak di bidang pendidikan secara khusus namun telah berupaya memberikan dan sekaligus menanamkan misi keislaman yang hakiki. Melalui jalur dakwah serta usaha sosial lainnya seperti pembinaan muallaf, suku terasing dan lainnya.Â
Beberapa hal telah dihasilkan yayasan ini dalam periode 1992 sampai 1999 antara lain adalah 1268 unit madrasah pada berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah umum seperti TK, SD, SMP, SMA, SMK hingga Perguruan Tinggi (fakultas perikanan, pertanian, ekonomi dan sastra) lembaga pendidikan tersebut berorientasi pada Departemen Pendidikan Nasional.Â
Untuk lembaga pendidikan agama, yayasan memiliki jenjang pendidikan yakni RA, MI, MTs, MA dan Perguruan Tinggi (fakultas agama) yang orientasi di bawah koordinasi Departemen Agama. Kesemuanya itu telah berhasil dibina oleh lembaga ini.Â
Penyebarannya tersebar di 8 provinsi di kawasan timur Indonesia dan 2 Provinsi kawasan Indonesia Barat. Kini memiliki lebih kurang 180.000 siswa. Walaupun dikelola swadaya dan swakelola namun kehadirannya sudah merupakan aset bangsa khususnya masyarakat kawasan Indonesia timur.
Sebagai wadah yang dikelola secara mandiri perlu dipikirkan penjabaran program pendidikannya dari berbagai aspek sebab peningkatan pelayanan pendidikan memerlukan penanganan secara proposional hal tersebut memerlukan waktu dan keras serta kebersamaan. Demikian dengan pelayanan di bidang dakwah serta usaha sosial lainnya. Peningkatan operasional dan pelaksanaan memerlukan berbagai terobosan dengan memperluas jaringan kerjasama di masyarakat luas.
Lembaga yang dipimpin oleh H. S. Saggaf bin Muhammad Al Djufri, MA itu patut bangga sebab para santrinya mahir berbahasa Arab dan Inggris. Selain itu mampu berdakwah serta memiliki keterampilan sesuai dengan tujuan pendirinya yakni membentuk insan muslim Indonesia yang cerdas, arif dan bertanggung jawab terhadap pembangunan agama dan bangsa.