Mohon tunggu...
Ena Djuanda
Ena Djuanda Mohon Tunggu... -

I'm the best version of myself.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masuk Sastra Mau Jadi Apa?

2 Januari 2013   16:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:36 15431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

And that's the end of the story.

Mungkin, bagi sebagian orang, Fakultas Kedokteran adalah Fakultas Ter-WOW se-dunia perkuliahan. Tapi sayangnya, tidak untuk saya. Saya gak punya maksud untuk menjelek-jelekan fakultas tersebut. Yang saya tekankan disini adalah bagaimana cara pandang orang-orang mengenai cita-cita orang lain.

Benar adanya bahwa passing grade tertinggi di kuliah adalah Fakultas Kedokteran. Yang artinya butuh tenaga dan mental yang kuat buat ngadepin SNMPTN/SIMAK (atau katanya sekarang cuma pake nilai rapot, gonna criticize it later!).  Tapi, bukan berarti karena adanya passing grade itu kita jadi membatasi mimpi kita sendiri atau lebih parahnya mimpi orang lain. Mungkin banyak ibu-ibu atau bapak-bapak yang menginginkan anaknya untuk jadi orang sukses. Nah, definisi orang sukses inilah yang akhirnya membawa pola pikir "Orang sukses itu ya contohnya dokter, insinyur, direktur, menteri". Bagi saya pribadi, orang sukses bukanlah orang yang mempunyai gaji atau jabatan yang besar. Orang sukses adalah orang yang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, berdasarkan usaha mereka tanpa mengeluh, dan mereka memilih cita-cita atau profesi tersebut karena mereka menyukainya dan mereka bisa melakukannya dengan senang.

Kalo kita mengeluh saat melakukan sesuatu atau ingin mencapai sesuatu, itu tandanya kita nggak sepenuh hati menyukai hal tersebut. Lalu, untuk apa kita mencapai atau mengerjakan sesuatu yang nggak kita suka? Don't you think it's just wasting our times? Balik lagi ke statement pertama saya, saya mau masuk Sastra Inggris karena saya suka Bahasa Inggris. Karena setiap saya belajar, nonton film, denger dan nyanyi lagu, baca buku yang berbahasa Inggris, saya senang. Yes, it's just as simple as that.

Masih mengenai jurusan kuliah, ada banyak sekali teman saya yang memilih jurusan untuk kuliah berdasarkan hasil Try Out mereka. Menurut saya, itu adalah hal paling menyedihkan yang pernah ada.

Benar adanya bahwa selain mengejar mimpi-mimpi, kita juga harus mengukur kemampuan kita. Tapi, bukan berarti nilai-nilai Try Out itu bisa mengontrol mimpi kita. Saya bisa menulis seperti ini bukan karena saya pintar atau nilai Try Out saya selalu di atas rata-rata. Saya hanya sedih melihat teman saya yang pada akhirnya tidak memilih jurusan Hubungan Internasional bukan karena dia gak mampu ngedapetin jurusan itu, tapi karena tekanan dari dalam dirinya sendiri yang mengatakan bahwa hasil-hasil Try Out-nya telah membuktikan kalo dia gak mampu ngedapetin itu bahkan sebelum kesempatan itu mampir di hidupnya. Lebih parahnya lagi, (ini saya denger sendiri), guru pembimbing di les bimbelnya bilang "nilai kamu kurang untuk masuk HI, mendingan kamu pilih yang passing grade-nya lebih rendah supaya aman". That was the saddest thing I've ever heard from a teacher's mouth. Seharusnya seorang guru mendukung murid-muridnya untuk dapetin apa yang mereka mau. Bukan justru membatasinya dengan asumsi-asumsi negatif  'kamu gak bisa dapetin blablabla' atau bahkan menyarankan untuk, secara tidak langsung, mengubah mimpi mereka.

Saya sendiri udah ngelewatin banyak hal untuk ngedapetin yang saya mau dan tetap bertahan pada pilihan yang saya buat. Saya sekarang kuliah di Sastra Inggris UI, bulan depan masuk semester empat. Saya sangat bersyukur saya masuk Sastra Inggris. Lagi-lagi karena saya suka belajar Bahasa Inggris dan saya punya teman-teman yang juga suka belajar Bahasa Inggris. Banyak hal yang mau saya ceritakan ke teman-teman SMA saya mengenai kuliah saya yang sangat menyenangkan. Tapi, sayangnya, biasanya saat reuni sama teman-teman SMA, hal pertama yang mereka tanya itu "Kuliah di Sastra Inggris belajar apa aja sih? Bahasa Inggris doang?" atau "Emang kalo udah kuliah di Sastra, nanti lulusnya mau jadi apa?"

Awalnya, saya sakit hati banget kalo disinggung-singgung sama pertanyaan-pertanyaan itu sampe bingung mau jawab apa. Bukan bingung karena gak tau lulusnya mau jadi apa,  tapi bingung kenapa orang bisa memandang serendah itu ke sesuatu yang saya suka.

Kuliah di Sastra Inggris itu ya belajar banyak, sejauh ini, ini mata kuliah wajib di Sastra Inggris yang udah saya pelajarin:

Bahasa Inggris I, II, III (Grammar, Reading, Listening & Speaking, Writing), Pengantar Kesusastraan Inggris (Puisi, Prosa, Teater), Fonetik dan Fonologi, Pengkajian Teks Sastra Inggris (Puisi, Prosa, Teater), Semantik dan Pragmatik, Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern, Perkembangan Kebudayaan dan Kesusastraan Amerika, Perkembangan Kebudayaan dan Kesusastraan Inggris.

Masih banyak mata kuliah wajib fakultas/universitas dan mata kuliah pilihan yang saya ambil yang kayaknya kalo saya tulis semua juga gak guna hahaha. Intinya, saya nggak belajar Bahasa Inggris DOANG, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun