Mohon tunggu...
Nandar Cakradiwirya Ibrahim
Nandar Cakradiwirya Ibrahim Mohon Tunggu... -

manusia yang ingin selalu bermanfaat... :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anarkisme Makassar Makassar Merugikan Perantauan

25 April 2014   18:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:12 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja kami dapat kabar dari Makassar, mahasiswa asal bone meninggal di temukan mengapung di sungai. Kejadian ini bukan saja pertama kali terjadi, bahkan bisa dikatakan telah menjadi budaya di Makassar, budayayang salah yang terpelihara. Setelah mendengar dari kawan-kawan yang kuliah di Makassar masalah yang sering terjadi itu disebabkan salah satunya oleh perang suku antar kelompok mahasiswa atau organisasi daerah asal mereka yang ada di Makassar. Organda Mahasiswa ini jumlahnya banyak terbagi dengan asal kabupaten masing-masing. Masalahnya pun beragam, dari masalah dendam senior, gengsi daerah, bahkan masalah cintapun terkadang dikaitkan. “Harga nyawa harus dibalas dengan nyawa, ini adalah SIRI’ ”, suatu istilah yang sering diucapkan para mahasiswa ketika masalah tidak kunjung usai.

Berita anarkisme ini sebenarnya selalu mempengaruhi kondisi mahasiswa rantau di luar Sulsel, mereka sering mendapatkan cemohan atau ejekan dari penduduk ditempat kuliah, bahwa orang Makassar orangnya kasardan anarkis . Di pulau Jawa, tidak jarang mahasiswa rantautidak diizinkan untuk menyewa kosannya jika diketahui bahwa mahasiswa tersebut berasal dari Makassar, alasannya karena ketakutan akan terjadi keributan. Dan begitu pula setelah para perantau masuk ke dunia kerja, beberapa kasus alumni mahasiswa Makassar tidak diterima kerja karena telah di Black list oleh perusahaan tertentudengan alasan yang hampir sama, takut akan keributan.

Sudah banyak tokoh Sulsel yang selalu menjembatani masalah seperti ini mulai dari tokoh nasional Bapak Jusuf Kalladengan menghimbau untuk mahasiswa menjadi mahasiswa entrepreneur,Mantan MENPORA A.Alfian Malarangeng pun sempat memberikan inspirasi ke mahasiswa agar mencari kegiatan positif, begitupun Gubernur Sulsel Pak Syahrul Yasin Limpo dan Walikota Makassar Ilham Arief Siradjuddin yang mendamaikan langsung.

Bisa saja mungkin Unit Kegiatan Mahasiswa di maksimalkan , diberikan hadiah yang banyak, didukung oleh swasta dan pemerintah, atau apapun kegiatan positif yang bisa mengalihkan tawuran yang menyebabkan kematian. Tapi apalah daya jika usaha telah dilakukan tapi tidak terkelolah dengan baik solusinya maka kerugian bukan saja dialami oleh individu akan tetapimasyarakat Sulsel itu sendiri yang berada dimanapun , bisa kita bayangkan para perantauan yang bisa mendapatkan penghasilan tinggi ketika bekerja di Jakarta misalnya, dapat memberikan kiriman uang kepada keluarganya di kampung halaman, tertutup rejekinya dikarenakan stigma anarkisme.

Calon Mahasiswa yang akan menjajakimasa kuliah akan segera mulai, apakah budaya negatifini akan mereka hadapi?. Kecemasan ini akan menghantui orang tua mereka dengan keselamatan anak mereka yang sedang ada di kampus.

Nilai budaya SIRI’ telah disalah artikan, tidak ada lagi nilai budaya yang mengikat kesatuan pemudanya, entah itu karena pemaknaannya yang kurang di pahami karena sudah jarang diajarkan oleh pendidik atau budaya negative ini telah mengakar. Pemerintah Sulsel dan pendidik harus tegas mengambil langkah strategis untuk menangani masalah ini, cukuplah nyawa melayang.

Nandar C.Ibrahim/ Ka. PB. Ikami (Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia) Sulsel

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun