Kami capek melihat keadaan rakyat yang tak sedikit mengalami hal yang sama dan kami capek menulisnya. Pliss…mengertilah.
Maaf. Sasaran curhat ini bukan kepada insane mulia yang sudah mengadili dengan seadil-adilnya perkara ini. Tetapi kepada para insan yang menyebabkan kasus-kasus seperti ini terjadi. Para insan yang mengatasnamakan bantuan hukum, tapi cerita rakyat, korbannya sampai menggadai tanah untuk menyeselaikan persoalannya. Â Â
Ada beberapa hal yang kami herankan dalam perkara sejarah hidup ini, yaitu Pihak tergugat ini keluarga kami yang sabar. Â Tapi (pertanyaan kami)
- Mengapa beliau tega atau berani menempati tanah yang sudah dijualnya dengan aksi-aksi yang sangat menyakitkan?
- Mengapa keluarga kami itu berani melakukan aksi yang sungguh sangat menyakitkan jika diingat. Â
- Mengapa keluarga kami itu berani menebang pohon-pohon berharga serta menggarap hasil dari tanah yang sudah lebih dari 10 tahun pihaknya jual dan menjadi milik kami?
- Mengapa keluarga kami ini sampai infonya menggadai tanahnya puluhan juta untuk menyelesaikan perkara ini?
Lalu kemudian yang kami herankan pasca mempelajari perkara ini adalah ; Kami meyakini dari informasi yang beredar bahwa ada pihak lain yang membuat mereka berani dan melakukan sesuatu yang diluar dugaan sampai menyebabkan kami sebagai korban.
Lalu kemudian. Ketika perkara ini sudah sampai kepada keputusan dan melihat kondisi tergugat atau pembanding, istilahnya setelah pihaknya melakukan banding dan pengadilan mengadili sesuai dengan informasi yang kami baca, maka pertanyaan kami adalah
- Apa yang dilakukan oleh pihak lain itu?
- Ketika pihak lain itu sudah mengetahui putusan pengadilan, lalu kemanakah pihak lain itu?
- Tidakkan pihak lain itu memberikan keberanian sesuai pertanyaan nomor satu sampai nomor empat diatas?
- Apakah pihak lain itu tidak memberikan informasi hasil keputusan dari pengadilan?
Jujur saja perkara ini sudah terasa sangat melelahkan, terutama terlihat di pihak penggugat baik karena melihat asal usul mengapa gugatan tersebut terjadi sampai pengadilan memutuskan seadil-adilnya, walau permohonan penggugat dikabulkan sebagian. Terimakasih.
Terasa melelahkan karena dalam perkara ini ada jiwa yang tersiksa, tersakiti dan benar-benar merasa terdzholimi. Kami merasakan dibenturkan dengan keluarga, dimana posisi kami kurang berpendidikan. Ada silaturrahmi yang terputus dan keadaan lain yang secara kasat mata menjadi duri dalam daging.
Lalu pertanyaan kami adalah ;
- Sampai kapan pihak lain yang bisa saja menjadi penyebab dalam istilah yang kami sebut sebagai problema rakyat VS rakyat ini melanglangbuana di antara kehidupan rakyat yang entahlah.
- Bagaimana cara melaksanakan putusan pengadilan tersebut, karena kami yang bodoh, belum paham dan sampai saat ini, Kamis, 21 Juli 2016, sejak putusan tersebut diumumkan, pihak tergugat belum ada pengumuman sedang melakukan Kasasi ?. Jika ada kami sabar menunggu. Tapi ini sudah lebih dari 14 Hari.
- Itu saja. Saya capek. Â
Terimakasih Jurnal Warga Kompasiana
Sebagai Rakyat ada tempat kami meluahkan keluh kesah kami.
Salam....Problema Rakyat VS Rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H