Mohon tunggu...
SURAT TERBUKA
SURAT TERBUKA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pingin Masuk Syurga Bi Ghoiri Hisab

Mencari Doa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pendidikan Keluarga: Program Wajib Membaca dan Menulis..., Namun Demikian

23 April 2016   22:30 Diperbarui: 23 April 2016   22:46 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maka sangat bijak Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga dengan segala Adicita penyusunan konsep terdapat beberapa point yang mengatakan minimal 15 menit sebelum hari pembelajaran, siswa melakukan aktivitas membaca buku atau kegiatan jurnal. (Petunjuk Teknis Penguatan Kemitraan Keluarga Satuan Pendidikan dan Masyarakat. Dirjen Pembinaan Keluarga 2015).

Namun demikian, (yang ketiga) Kondisi ini menjadi cerita semu yang diapatiskan karena dukungan minat membaca dan menulis masih kalah dengan dukungan minat selfi dan pornografi (wong mereka tidak terpacu untuk membaca dan menulis). 

Karena tanpa pembiasaaan kegiatan ini maka bertriliun-trliunan anggaran akan sia-sia yang hanya sebatas mengatasnamakan Pembinaan Keluarga. Sebagaimana anggaran-anggaran lainnya yang hanya berhasil terlihat sukses hanya sebatas seragam sekolah anak, yang dicoret saat pengumuman kelulusan. Jika tidak percaya, saksikan saja pada hari H pengumuman kelulusan. (mumpung sebentar lagi). Dan kasian anak.

Maka sebagai Adicita untuk pembiasaan dan pendidikan karakter anak, maka Penulis sebagai perintis Kelompok Studi dan Ekstrakurikuler Jurnalisme Adiwiyata Bermitra (Juwiter) sejak 2005, sejak SMA, yang dulunya bernama Ekstrakurikuler Jurnalistik dan kini berkonversi menjadi Juwiter,  merasa sangat terbantu dengan munculnya Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga.[caption caption="Juwiter Memacu Program Bermitra"]

[/caption]

Namun demikian (yang ke empat). tentu saja perasaan ini semoga tak sebatas mimpi karena trauma masalalu dari tempat merintis yang menyebabkan kegagalan dan kemiskinan pada ekonomi penulis karena idelisme yang menolak karena seringkali menyaksikan SDM Tri Pusat Pendidikan hari ini  “Habis Anggaran, Kegiatan (terapannya)-pun Tenggelam”.

Maka dalam kesempatan ini, Penulis sangat berharap program 15 menit (penulis minta 25 menit) membaca dan menulis menjadi sebuah prioritas, penekanan, dan pembiasaan, berangkat dari motto Juwiter, “Membaca dan Menulis - Dipaksa, Terpaksa, Terbiasa, Bisa, Luar Biasa”. Opini ini juga sekaligus menjadi pernyataan konsep dan aspirasi, dengan rincian, tujuan dan manfaat sebagai berikut ;

1. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga harus Pro Aktif membina bukan mengucurkan anggaran saja untuk memacu Kebijakan kepada Pemerintah daerah, Dinas Pendidikan dan Satuan Pendidikan agar memprogramkan pembiasaan menulis dan membaca dengan beberapa cara yang sudah Juwiter jalankan dan terbukti berhasil namun masih tertatih-tatih karena SDM yang dihadapi di lapangan tumpang tindih. Bukti kecil keberhasilan tersebut bisa dilihat dalam Buletin Komunitas terbitan Sekolah yang memprogramkan JUWITER dengan dokumentasi kegiatan.

2.  Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga harus memberikan reward kepada Guru Pro Pendikar dan Siswa Penulis minimal 1 kali 3 bulan, karena mereka langsung sebagai praktisi yang berkarakter PEMALU untuk kejar-kejaran dan sorot-sorotan anggaran, (karena kejar-kejaran & sorot-sorotan angaran ini cendrung dilakukan oleh oknum OMDO saja). Sehingga kedepan cara ini akan menjadi motivasi Keluarga, Satuan Pendidikan dan Masyarakat untuk pembiasaan membaca dan menulis.[caption caption="Dimana anak merasa termotivasi, disana anak akan berprestasi "]

[/caption]

3.  Pernyataan Konsep dan aspirasi ini juga akan mampu secara otodidak, perlahan, bersama motto Juwiter “Membaca dan Menulis - Dipaksa, Terpaksa, Terbiasa, Bisa, Luar Biasa”. InsyaAllah dengan membaca semua tak kan sia-sia dan dengan menulis akan menginspirasi. Karena menulis dan membaca adalah fitrah kehidupan yang kian hari kian punah, padahal dengan tulisan dan bacaan. Kitab-kitab agama dan panduan hidup bisa dinikmati sampai detik ini.

Maka bersama Direktorat Pembinaan Keluarga yang menunjukkan Indikator & Tujuan pada poin nomor 24 di Juknis terkait, semoga Indonesia semakin Pintar, meskipun tanpa kartu pintar. “Membaca dan Menulis - Dipaksa, Terpaksa, Terbiasa, Bisa, Luar Biasa”.

Namun demikian (yang terakhir), terkait tema, Penguatan Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak, akan menjadi pajangan tema semata karena hanya yang berkepentingan yang membaca. (wong kegiatan membaca dan menulis, belum………atau masih………. Yah begitulah. ).   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun